BAB I
PENDAHULUAN
A.
Topik Praktikum
Pola Pembagian
Niche Oleh Serangga
B.
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui pola pembagian niche pada
serangga.
C.
Dasar Teori
Relung ekologi adalah adalah status atau peran
suatu mahluk hidup di dalam komunitas atau ekosistem. Relung ekologi tergantung
pada adaptasi struktural mahluk, respons fisiologis dan perilakunya. Relung
ekologi bukanlah ruang fisik, tetapi suatu abstraksi mencakup semua
faktor-faktor fisik,kimia,fisiologis dan biotik yang diperlukan mahluk untuk
hidup, dalam ekologi tidak pernah ada dua jenis menempati relung ekologi yang
sama. Suatu spesies dapat menempati relung ekologi sangat berbeda di daerah
yang berbeda tergantung pada suplai makanan yang tersedia dan pada jumlah macam
pesaing-pesaingnya.[1]
Konsep
relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton ilmuwan Inggris, dengan
pengertian relung adalah “status fungsional suatu organisme dalam komunitas
tertentu”. Dalam penelaahan suatu organisme, kita harus mengetahui kegiatannya,
terutama mengenai sumber nutrisi dan energi, kecepatan metabolisme dan
tumbuhnya, pengaruh terhadap organisme lain bila berdampingan atau bersentuhan,
dan sampai seberapa jauh organisme yang kita selidiki itu mempengaruhi atau
mampu mengubah berbagai proses dalam ekosistem.[2]
Relung
menurut Resosoedarmo adalah profesi (status suatu organisme) dalam suatu
komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat adaptasi struktural,
fungsional serta perilaku spesifik organisme itu. Berdasarkan uraian diatas
relung ekologi merupakan istilah lebih inklusif yang meliputi tidak saja ruang
secara fisik yang didiami oleh suatu makhluk, tetapi juga peranan fungsional
dalam komunitas serta kedudukan makhluk itu di dalam kondisi lingkungan yang
berbeda. Relung ekologi merupakan gabungan khusus antara faktor fisik
(mikrohabitat) dan kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu jenis
untuk aktivitas hidup dan eksistensi yang berkesinambungan dalam komunitas.[3]
Niche
(relung) ekologi mencakup ruang fisik yang diduduki organisme, peranan
fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misal: posisi trofik) serta posisinya
dalam kondisi lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan lain dari keberadaannya
itu. Ketiga aspek relung ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung atau
ruangan habitat, relung trofik dan relung multidimensi atau hypervolume. Oleh
karena itu relung ekologi sesuatu organisme tidak hanya tergantung pada dimana
dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat (bagaimana dia merubah energi,
bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah lingkungan fisik serta
abiotiknya), dan bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya. Hutchinson telah
membedakan antara niche pokok (fundamental niche) dengan niche yang
sesungguhnya (relized niche). Niche pokok didefinisikan sebagai sekelompok
kondisi-kondisi fisik yang memungkinkan populasi masih dapat hidup. Sedangkan
niche sesungguhnya didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik yang
ditempati oleh organisme-organisme tertentu secara bersamaan.[4]
Pengetahuan
tentang relung suatu organisme sangat perlu sebagai landasan untuk memahami
berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem dalam habitat utama. Untuk dapat
membedakan relung suatu organisme, maka perlu diketahui tentang kepadatan
populasi, metabolisme secara kolektif, pengaruh faktor abiotik terhadap
organisme, pengaruh organisme yang satu terhadap yang lainnya.[5]
Hutchinson
membedakan antara relung dasar (Fundamental Niche) dengan relung nyata (Realized
Niche). Relung dasar didefinisikan sebagai sekelompok kondisi-kondisi fisik
yang memungkinkan populasi masih dapat hidup, tanpa kehadiran pesaing, relung
nyata didefinisikan sebagai kondisi-kondisi fisik yang ditempati oleh
organisme-organisme tertentu secara bersamaan sehingga terjadi kompetisi.
Keterbatasan suatu organisme pada suatu relung tergantung pada adaptasinya
terhadap kondisi lingkungan tersebut.[6]
BAB
II
ALAT
DAN BAHAN
A.
Alat
Tabel
Alat
No.
|
Alat
|
Jumlah
|
1
|
Jaring Serangga
|
1 buah
|
2
|
Alat Tulis
|
1 buah
|
B.
Bahan
Tabel Bahan
No.
|
Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Kertas Label
|
Secukupnya
|
2
|
Kantong
Pelastik
|
Secukupnya
|
3
|
Karet gelang
|
Secukupnya
|
4
|
Tabel
Pengamatan
|
Secukupnya
|
5
|
Literatur
Pengamatan
|
Secukupnya
|
C.
Prosedur Kerja
1.
Menetapkan 1 jenis tumbuhan
bunga yang sedang berbunga sebanyak 2 pohon.
2.
Mengamati jenis-jenis
serangga yang hinggap pada bunga tersebut dengan rentang waktu berbeda.
3.
Mengambil sampel tiap-tiap
jenis serangga yang ditemukan, kemudian memasukkan ke dalam kantong pelastik
dan memberi label sesuai dengan tempat pengambilan sampel. Pengambilan sampel
dilakukan untuk memudahkan mengidentifikasi jenis serangga.
4.
Memasukkan data pengamatan
dalam table.
BAB III
DATA HASIL PENGAMATAN
A.
Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 1.
NO.
|
NAMA
SPESIES
|
JUMLAH INDIVIDU
|
PARAMETER
LINGKUNGAN
|
TEMPAT
|
WAKTIU
|
|
Suhu
(0C)
|
pH
|
|||||
1.
|
Kumbang
|
1
(Satu) ekor
|
330C
|
7,00
|
Bunga
Jarum
|
13.30
WIB
|
2.
|
Kupu-Kupu
|
2
(Dua) ekor
|
Tabel 2.
NO.
|
NAMA
SPESIES
|
JUMLAH INDIVIDU
|
PARAMETER
LINGKUNGAN
|
TEMPAT
|
WAKTIU
|
|
Suhu
(0C)
|
pH
|
|||||
1.
|
Kupu-Kupu
|
2
(Dua) ekor
|
340C
|
7,00
|
Melati
Hutan
|
13.10
WIB
|
2.
|
Walang
Sangit
|
1
(Satu) ekor
|
||||
3.
|
Spesies
1
|
1
(Satu) ekor
|
B.
Pembahasan
A. Kupu-Kupu
Klasifikasi:
: Animalia
|
|
: Insecta
|
|
: Pieridae
|
|
Upafamil
|
|
: Eurema
|
|
Spesies
|
Kupu-kupu Eurema daira secara
umum memiliki ciri-ciri secara umum tubuh dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu
kaput, toraks, dan abdomen.Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu
adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli).
Memiliki 2 pasang sayap serupa selaput yang tertutup sisik, tipe mulut
menghisap, dan metamorfosis sempurna.[7]
B. Kumbang Xylocopa
sp
Klasifikasi:
: Animalia
|
|
: Insecta
|
|
: Hymenoptera
|
|
: Xylocopidae
|
|
: Xylocopa
|
|
Spesies
|
: Xylocopa sp
|
Kumbang Xylocopa sp secara umum
memiliki ciri-ciri yaitu, head/kepala, bagian kepala terdiri dari mata majemuk, antena, dan
mulut. Thorax/Dada, Bagian dada terdiri dari 3 pasang kaki, pada bagian ini
biasanya terdapat semacam senjata pertahanan. Abdomen/Perut, beruas-ruas. Wings,
Sayap sangat rapuh dan berfungsi untuk terbang. Mata Kumbang, seperti itu dari
serangga lainnya, tidak bergerak, dan lensa yang tidak bisa fokus. Antena
(antena) adalah organ yang mengumpulkan informasi mengenai sentuhan, suara,
rasa, bau, suhu dan kelembaban lingkungan kumbang. Serta memiliki mulut
pengisap.[8]
C. Walangsangit
Klasifikasi:
: Animalia
|
|
: Insecta
|
|
: Hemiptera
|
|
: Alydidae
|
|
: Leptocorixa
|
|
Spesies
|
: Leptocorixa Acuta
|
Walang sangit (Leptocorisa
oratorius) secara umum morfologi tersusun dari antenna, caput, toraks,
abdomen, tungkai depan, tungkai belakang, sayap depan dan sayap belakang.
Serangga ini memiliki sayap depan yang keras, tebal dan tanpa vena. Sayap
belakang bertipe membranus dan terlipat dibawah sayap dengan saat serangga
istirahat. Tipe alat mulut yaitu penggigit-pengunyah dengan kemampuan
mandibular berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku
Curculionadae alat mulutnya terbentuk moncong yang terbentuk di depan kepala.[9]
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca
"insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut
pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti
"berkaki enam").[10]
Serangga
merupakan kelompok hewan yang paling dominan di muka bumi, yaitu
dengan jumlah spesies hampir 80% dari jumlah total hewan di bumi. Serangga berhasil dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya
karena dapat hidup pada habitat yang bervariasi, kapasitas dalam bereproduksi yang tinggi, serta kemampuan memakan jenis makanan yang berbeda dan dalam mengindari predator.[11]
Kehadiran
populasi serangga di suatu lahan dan penyebarannya (distribusinya) selalu
berkaitan dengan habitat dan relung ekologi. Habitat suatu serangga
adalah tempat serangga itu hidup atau tempat serangga untuk menemukan makanan.
Relung ekologi suatu populasi serangga merupakan status fungsional serangga itu
dalam habitat yang ditempati berdasarkan adaptasi, fisiologi, struktural,
maupun perilakunya.[12]
4ym÷rr&ur y7/u n<Î)
È@øtª[$#
Èbr& ÉϪB$#
z`ÏB ÉA$t6Ågø:$#
$Y?qãç/ z`ÏBur Ìyf¤±9$#
$£JÏBur
tbqä©Ì÷èt
ÇÏÑÈ
Artinya: dan Tuhanmu mewahyukan
kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu,
dan di tempat-tempat yang dibikin manusia", (Q.S. An-Nahl 68)
Ayat di atas mengemukakan tentang suatu habitat
dan relung dari serangga dimana serangga di perintahkan untuk membuat sarang
atau tempat tinggalnya berdada di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat
yang dibikin manusia dalam upaya melestarikan kehidupanya. Selain itu ayat di
atas menggambarkan bagaimana pola distribusi dari serangga.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa di lokasi atau tempat 1 (melati
hutan) dan tempat 2 (bunga jarum) tidak terdapat hewan yang sejenis mendiam
satu lokasi yang sama. Lokasi 1 terdapat dua jenis serangga yang teramati di
lokasi tersebut yaitu satu ekor kumbang Xylocopa
sp dan dua ekor kupu-kupu Eurema daira dan
lokasi 2 terdapat dua ekor kupu-kupu Eurema daira, satu
ekor walangsangit, dan satu ekor 1 spesies yang belum teridentifikasi. Ini
menunjukkan bahwa konsep relung atau Niche yang diuraikan didasar teori
bertentangan “dalam ekologi tidak pernah ada dua jenis menempati
relung ekologi yang sama”. Ketika terdapat dua spesies yang sama maka akan
terjadi persaingan yang sangat kuat di relung tersebut membuat salah satu akan
keluar atau masing-masing akan memiliki relung yang terbatas.
Di lokasi pengamatan terjadi persainga atau
kompetisi yang ketat serta pembagian relung yang terbatas, kondisi ini terjadi
pada dua pasang kupu-kupu Eurema daira dua ekor
di lokasi 1 dan dua ekor 2 dimana masing-masing kupu-kupu ini memiliki
kepentingan yang sama di setiap lokasinya seperti kebutuhan trofik dalam jumlah
yang sama di dalam dimensi relung,
sehinggga menyebebkan terjadi persaingan dan saling mengalahkan untuk
mendapatkan kebutuhan tersebut.
Berbeda halnya
dengan spesies walangsangit, kumbang Xylocopa sp dan spesies 1 mereka di
dalam satu relung hanya terdapat 1 ekor sehingga dalam memperoleh
kepentingannya di relung memiliki kedudukan yang tinggi, dimana setiap individu
berbeda dalam kebutuhannya misalnya kebutuhan trofik satu spesies dengan
spesies lain memiliki perbedaan kebutuhan trofiknya ada yang besar, kecil,
ataupun sedang. Berbeda dengan kupu-kupu Eurema daira terdapat
lebih dari satu spesies yang menempati satu relung dengan kepentingan yang
sama.
”Jenis-jenis
popilasi yang berkerabat dekat akan memiliki kepentingan serupa pada
dimensi-dimensi relung sehingga mempunyai relung yang saling tumpang tindih.
Jika relung suatu jenis bertumpang tindih sepenuhnya dengan jenis lain maka
salah satu jenis akan tersingkir sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif.
Jika relung-relung itu bertumpang tindih maka salah satu jenis sepenuhnya
menduduki relung dasarnya sendiri dan menyingkirkan jenis kedua dari bagian
relung dasar tersebut dan membiarkannya menduduki relung nyata yang lebih
kecil, atau kedua jenis itu mempunyai relung nyata yang terbatas dan
masing-masing memanfaatkan kisaran yang lebih kecil dari dimensi relung yang
dapat mereka peroleh seandainya tidak ada jenis lain.”[13]
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu;
1. Relung ekologi adalah adalah status atau peran
suatu mahluk hidup di dalam komunitas atau ekosistem.
2. Di dalam relung setiap spesies memiliki kepentingan yang
berbeda-beda ada yang tinggi, sedang, dan rendah.
3. Jenis-jenis popilasi yang
berkerabat dekat atau dalam spesies yang sama akan memiliki kepentingan serupa
pada dimensi-dimensi relung sehingga menimbulkan persaingan di dalam relung, maka
salah satu jenis akan tersingkir sesuai dengan prinsip penyingkiran kompetitif
dan menimbulkan relung yang tumpang tindih. Jika relung-relung itu bertumpang
tindih maka salah satu jenis sepenuhnya menduduki relung dasarnya sendiri dan
menyingkirkan jenis kedua dari bagian relung dasar tersebut dan membiarkannya
menduduki relung nyata yang lebih kecil, atau kedua jenis itu mempunyai relung
nyata yang terbatas dan masing-masing memanfaatkan kisaran yang lebih kecil
dari dimensi relung yang dapat mereka peroleh seandainya tidak ada jenis lain.
Ini terjadi pada kupu-kupu Eurema daira di lokasi
1 dan 2.
4. Q.S. An-Nahl 68, merupakan ayat yang menggambarkan konsep
distribusi, tempat tinggal, dan relung dari serangga.
B.
Saran
Semoga
praktikum ini dapat bermanfaat, untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua serta dapat memberi pengalaman untuk kita dalam melakukan pembelajaran
kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan,Agus.
2005. Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang
Kramadibrata,
H. 1996. Ekologi Hewan. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press
Odum,
Eugene P. 1971. Fundamentals of Ecology. Saunders College Publishing
Wirakusumah.
Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: Penerbit UI Press
Usmiyatun, Penuntun
Praktikum Ekologi Hewan Edisi Pertama. IAIN Palangka Raya. 2015.
http://www.academia.edu/11576487/Makalah_Entomologi_Serangga (Palangka Raya, 21 Desember 2015.
19.52 WIB)
http://www.academia.edu/8449820/KUMBANG (Palangka Raya, 22 Desember 2015.
03.00 WIB)
https://aslam02.wordpress.com/materi/kelas-x-2/kingdom-animalia/arthropoda/ ((Palangka Raya, 22 Desember 2015.
03.00 WIB)
http://dimas-hamdayu-r.blog.ugm.ac.id/2012/11/04/identifikasi-hama-tumbuhan-identifikasi-berdasarkan-morfologi-pada-thorax-dan-abdomen/ (Palangka Raya, 22 Desember 2015,
02.48 WIB)
https://lailanurhayati1993.files.wordpress.com/2013/03/ekosistem.pdf (Palangka Raya, 20 Desember 2015,
04.01 WIB)
[1] https://lailanurhayati1993.files.wordpress.com/2013/03/ekosistem.pdf
(Palangka Raya, 20 Desember 2015, 04.01 WIB)
[3] Ibid,
hlm 35
[7] https://aslam02.wordpress.com/materi/kelas-x-2/kingdom-animalia/arthropoda/
((Palangka Raya, 22 Desember 2015. 03.00 WIB)
[8] http://www.academia.edu/8449820/KUMBANG
(Palangka Raya, 22 Desember 2015. 03.00 WIB)
[9]http://dimas-hamdayu-r.blog.ugm.ac.id/2012/11/04/identifikasi-hama-tumbuhan-identifikasi-berdasarkan-morfologi-pada-thorax-dan-abdomen/
(Palangka Raya, 22 Desember 2015, 02.48 WIB)
[10] http://www.academia.edu/11576487/Makalah_Entomologi_Serangga
(Palangka Raya, 21 Desember 2015. 19.52 WIB)
[11] http://www.academia.edu/11576487/Makalah_Entomologi_Serangga
(Palangka Raya, 21 Desember 2015. 19.52 WIB)
[12] Kramadibrata,
H. 1996. Ekologi Hewan. (Bandung : Institut Teknologi Bandung Press,
hlm. 50)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar