I. Topik Praktikum
Spektrum Life Form
II.
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui dan membandingkan spectrum life form
pada tipe tegakan atau stand yang berbeda (daerah ternaung, transisi, dan
terdedah)
III.
Dasar Teori
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang
umum dan beberapa spesies yang jarang semenetara yang lainnya mengandung jumlah
spesies yang di dalam komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada ciri
umumnya, konsep ini memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan spesies yang
sama tetapi jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam. Istilah keragaman
spesies seprti yang digunakan oleh para ahli ekologi. Mepertimbangkan kedua
komponen keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kelimpahan relatif.
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah
spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah
total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan
secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah
spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman
spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil.
Menurut Kimmins, variasi struktur dan komposisi
umbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal,
dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh
vertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat
perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies.
Dapat
dikatakan hampir tidak ada komunitas tumbuh-tumbuhan yang terdiri atas spesies yang hanya memiliki
satu bentuk hidup saja, dan secara umum suatu komunitas tumbuh-tumbuhan yang ada di bawah suatu perangkat kondisi
ikilim biasanya dicirikan oleh agihan kekerapan
tertentu tipe bentuk hidup diantara anggota-anggotanya. Agihan tersebut
dinamakan spektrum bentuk hidup, dan dengan membandingkan spektrum bentuk
hidup dari dua komunitas tumbuh-tumbuhan
maka dapat diperoleh sifat alami dari faktor iklim yang utama yang mengendalikan
komposisi spesies komunitas tumbuh-tumbuhan.
Spektrum
bentuk hidup dapat dibuat data berbagai tipe komposisi spesies komunitas
tumbuh-tumbuhan. Kebanyakan kajian mengenai spekrum bentuk hidup hanya sekedar
berdasarkan atas daftar spesies (flora) penyusun tegakan yang berbeda atau area
georafi yang berbeda. Dalam kondisi ini, persentase spesies yang termasuk ke
dalam setiap kelas bentuk hidup akan membentuk spektrum.
Raunkiaer
telah mengembangkan spektrum bentuk hidup normal untuk flora di dunia. Spektrum
bentuk hidup ini di dasarkan pada 1000 spesies tumbuh-tumbuhan yang dipilih
secara acak dan digunakan sebagai pembanding.[1]
Metode
untuk menunjukkan spektruk biologi yang paling banyak digunakan adalah sistem
life form Raunkier. Raunkier membuat klasifikasi dunia tumbuhan yang didasarkan
atas letak kuncup pertumbuhan terhadap permukaan tanah. Ia membagi dunia
tumbuhan ke dalam 5 golongan yaitu:
1.
Phanerophyte (P)
Merupakan
kelompok tumbuhan yang mempunyai letak titik kuncup pertumbuhan minimal 25 cm
di atas permukaan tanah. Ke dalam kelompok tumbuhan ini termasuk semua tumbuhan
berkayu, baik pohon, perdu, semak yang tinggi, liana, tumbuhan yang merambat
berkayu, epifit dan batang succulen yang tinggi.
2.
Chamaephyte (Ch)
Kelompok
tumbuhan ini juga merupakan tumbuhan berkayu, tetapi letak kuncup pertumbuhannya
kurang dari 25 cm di atas permukaan tanah. Ke dalam kelompok tumbuhan ini
termasuk tumbuhan setengah perdu atau suffruticosa (perdu rendah kecil, bagian
pangkal berkayu dengan tunas berbatang basah), stoloniferus, sukulen rendah dna
tumbuhan berbentuk bantalan.
3.
Hemicrytophyte (H)
Tumbuhan
kelompok ini mempunyai titik kuncup pertumbuhan tepat di atas permukaan tanah.
Dalam kelompok ini termasuk herba berdaun lebar musiman, rerumputan dan
tumbuhan roset.
4.
Cryptophyte (Cr)
Titik
kuncup pertumbuhan berada di bawah tanah atau di dalam air. Dalam kelompok ini
termasuk tumbuhan umbi, rimpang, tumbuhan perairan emergent, mengapung dan
berakar pada air.
5.
Therophyte (Th)
Termasuk
semua tumbuhan satu musim, dimana pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan
titik pertumbuhan berupa embrio dalam biji. Biasanya dalam pengungkapan
vegetasi berdasarkan klasifikasi Raunkier, vegetasi dijabarkan dalam bentuk
spektrum yang menggambarkan jumlah setiap tumbuhan untuk setiap bentuk tadi. Hasilnya
akan memperlihatkan perbedaan struktur tumbuhan untuk daerah-daerah dengan
kondisi regional tertentu. Dengan demikian sifat klimatik habitat yang berbeda
tercermin oleh karakteristik fisiognomi anggota komunitas dan karakteristik
akan diturunkan pada bentuk struktur yang dikenal dengan life form suatu
spesies. Dengan membandingkan life form dua atau lebih komunitas akan
didapatkan sifat klimatik penting yang mengendalikan komposisi komunitas. Sifat
komunitas terhadap berbagai faktor lingkungan yang mengendalikan ruang (yang
mengendalikan nilai penutupan) dan hubungan kompetitif komunitas tersebut.
Membantu
dalam menginterpretasi spektrum life form suatu komunitas tumbuhan, Raunkier
membuat spektrum life form normal untuk flora dunia. Spektrum life form ini
didasarkan pada 1000 spesies yang dipilih secara acak dan digunakan sebagai
pembanding. Persentasi spesies dalam kelas untuk spektrum life form normal
tersebut adalah[2]:
P
|
Ch
|
H
|
Cr
|
Th
|
|
46
|
9
|
26
|
6
|
13
|
100%
|
IV.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu;
Tabel
Alat
No.
|
Alat
|
Jumlah
|
1
|
Jaring Serangga
|
1 buah
|
2
|
Alat Tulis
|
1 buah
|
Tabel Bahan
No.
|
Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Kertas Label
|
Secukupnya
|
2
|
Kantong
Pelastik
|
Secukupnya
|
3
|
Karet gelang
|
Secukupnya
|
4
|
Tabel
Pengamatan
|
Secukupnya
|
5
|
Literatur
Pengamatan
|
Secukupnya
|
V.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dijalankan dalam praktikum kali
ini yaitu;
a. mencari tiga lingkungan atau lokasi yang berbeda yaitu; daerah
terdedah, ternaung, dan transisi, (dalam praktikum menggunakan dua daerah yaitu
terdedah dan ternaung),
b. memasang plot dengan ukuran 10 x 10 m2 pada
masing-masing daerah,
c. mencatat semua jenis tumbuhan yang ada pada masing-masing plot,
d. mengelompokkan jenis tumbuhan tersebut menurut system
klasifikasi life form Raunkier yaitu Phanerophyte (P), Chamaephyte (Ch),
Hemicrytophyte (He), Cryptophyte (Cr), dan Therophyte (Th),
e. membuat perbandingan antara life form tersebut dengan atara
daerah transisi dan ternaung.
VI.
Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
DAERAH TRANSISI
|
||||||||
No
|
Nama Spesies
|
Kelompok
|
Jumlah
|
Cover
|
||||
P
|
Ch
|
H
|
Cr
|
Th
|
||||
1
|
Rumput Krisan
|
√
|
300
|
|||||
2
|
Pohon Laban
|
√
|
3
|
|||||
3
|
Pohon Akasia
|
√
|
20
|
|||||
4
|
Pohon Jambe
|
√
|
2
|
|||||
5
|
Lavender
|
√
|
5
|
|||||
6
|
Senggani
|
√
|
3
|
|||||
7
|
Jamur Kayu
|
√
|
7
|
|||||
8
|
Jamur Grigit
|
√
|
27
|
|||||
9
|
Cemot
|
√
|
1
|
|||||
10
|
Rumput Bambu
|
√
|
204
|
|||||
11
|
Rumput
Sempritan
|
√
|
2
|
|||||
12
|
Pohon Paken
|
√
|
2
|
|||||
13
|
Pohon Jengkol
|
√
|
2
|
|||||
14
|
Pohon Cempedak
|
√
|
2
|
|||||
15
|
Rumpu Gajah
|
√
|
3
|
|||||
Jumlah (Ʃ)
|
583
|
DAERAH TERNAUNG
|
||||||||
No
|
Nama Spesies
|
Kelompok
|
Jumlah
|
Cover
|
||||
P
|
Ch
|
H
|
Cr
|
Th
|
||||
1
|
Pakis Haji
|
√
|
17
|
|||||
2
|
Tumbuhan Paku
|
√
|
24
|
|||||
3
|
Rumput Kerisan
|
√
|
47
|
|||||
4
|
Ilalang
|
√
|
36
|
|||||
5
|
Tumbuhan
Menjalar
|
√
|
1
|
|||||
6
|
Rumput
Sempritan
|
√
|
1
|
|||||
7
|
Rumput Bambu
|
√
|
22
|
|||||
8
|
Benalu
|
√
|
1
|
|||||
9
|
Pohon Jengkol
|
√
|
3
|
|||||
10
|
Jamur
|
√
|
1
|
|||||
11
|
Pohon Jarak
|
√
|
4
|
|||||
12
|
Pohon Cempedak
|
√
|
1
|
|||||
Jumlah (Ʃ)
|
158
|
No
|
Perbandingan
|
P
|
Ch
|
H
|
Cr
|
Th
|
1
|
Raunkire
|
46
|
9
|
26
|
6
|
13
|
2
|
Terdedah
|
57.29
|
5.83
|
35.51
|
1.37
|
|
3
|
Ternaung
|
53.16
|
26.58
|
15.19
|
5.06
|
VII. Pembahasan
Praktikum ini dilakukan di Wisata Alam Bukit
Tengkiling dengan tujuan
untuk mengetahui bentuk hidup tanaman dari spesies yang diamati. Pada
praktikum kali ini kita terlebih dulu menentukan 2 daerah yaitu : daerah
ternaung dan daerah transisi.
Dari praktikum lapangan ini yaitu menentukan lokasi
yang memenuhi persyaratan tipe life form (Phanerophyte, Chamaeophyte,
Hemycriptophyte, Cryptophyte, Therophyte) . Kemudian membuat pada area
plot seluas 10 x 10 m2 dengan memasang patok dan tali rafia. Lalu
Mengidentifikasikan dan mengelompokan tanaman yang termasuk dalam plot
berdasarkan tipe-tipe Life form
Runkier (Phanerophyte, Chamaeophyte, Hemycriptophyte, Cryptophyte, Therophyte)
serta menghitung persentase spesies dari masing-masing Spektrum Life Form.
Tipe life form dapat dilihat dengan banyak
cara, satu diantaranya adalah dengan tipe life form dari Raunkier yang berdasarkan kuncup
perenating dikelompokan sebagai berikut :
Phanerophyte (P): kuncup perenating pada ketinggian paling tidak 25 cm
diatas permukaan tanah. Ini berupa pohon, semak tinggi, liana, tumbuhan
merambat berkayu, epifit dan batang sukulen yang tinggi.
Chamaeophyte (Ch): kuncup
perenaying berkedudukan dekat dengan permukaan tanah (dibawah 25 cm). Herba,
suffrutescent (suffruticose, perdu rendah, kecil, bagian pangkal berkayu dengan
tunas berbatang basah), atau tumbuhan berkayu rendah, tumbuhan succulent
rendah, tumbuhan cushion (bantalan).
Hemycriptophite (H): herba perenial dimana bagian aerial mati pada akhir
pertumbuhan, meninggalkan kuncup pada atau tepatv dibawah permukaan tanah.
Herba berdaun lebar musiman dan rumput-rumputan, tumbuahn roset.
Cryptophite (Cr):
kuncup perenating terletak dibawah lapisan tanah atau terbenam dalam permukaan
air. Tumbuhan darat dengan rimpang dalam, umbi atau tuber, tumbuahn perairan
emergent, mengapung atau tenggelam dan berakar pada dasar.
Therophyte (Th):
tumbuhan annual melampaui kala buruk dengan biji.[3]
Berdasarkan dari
hasil pengamatan spektrum life form di Wisata Alam Bukit Tengkiling
untuk daerah transisi dengan seluas plot kuadran 10x10 m2. Di
dapatkan hasil Pnanerophyte dengan persentase 57,29 %, Chamaephyte (Ch) dengan
persentase 5,83, Hemicrytophyte dengan persentase 35,51, dan Therophyte dengan
persentase 1,37. Pada daerah transisi
yang paling dominan adalah Pnanerophyte, sedangkan yang terendah adalah
Therophyte. Berdasarkan total presentasi daerah transisi adalah 100% (total
persentase pas 100% dapat dikatakan hal ini menunjukkan kepadatan).
Sedangkan pada daerah ternaung dengan seluas plot
10x10 m2 di dapatkan hasil pengamatan yaitu, Pnanerophyte persentase
53,16, Chamaephyte dengan persentase 26,58, Hemicryphyte dengan persentase
15,19, dan Therophyte dngan persentase 5,06. Sama dengan daerah transisi yang
paling dominan adalah Pnanerophyte dan yang terendah adalah Therophyte. Dan
total persentase di daerah ternaung adalah 100% (sama dengan daerah transisi
hal ini dikatakan menunjukkan kepadatan).
Dari data yang didapatkan di daerah transisi dan
daerah ternaung yang memiliki hasil data persentasi total sama 100% dapat
dikatakan sesuai dengan persentase spesies dalam kelas untuk spektrum life form
normal yang dibuat oleh raunkier.
VIII. Kesimpulan
Pada praktikum kali dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1.
Raunkier membuat klasifikasi dunia
tumbuhan yang didasarkan letak kuncup pertumbuhan. Raunkier membagi dunia
tumbuhan menjadi 5 golongan yaitu :
a.
Pnanerophyte
b.
Chamaephyte
c.
Hemicryphyte
d.
Cryptophyte
e.
Therophyte
2.
Berdasarkan data yang dihasilkan
pada daerah transisi Pnanerophyte 57,29 %, Chamaephyte (Ch) 5,83 %,
Hemicrytophyte 35,51 %, dan Therophyte 1,37 %.
3.
Sedangkan data yang dihasilkan pada
daerah ternaung Pnanerophyte persentase 53,16, Chamaephyte 26,58 %,
Hemicryphyte 15,19 %, dan Therophyte 5,06 %.
4.
Dari hasil total persentase daerah
transisi dan daerah ternaung sama yaitu 100 %, hal ini dinyatakan sesuai dengan
persentase spesies dalam kelas untuk spektrum life form nomal yang dibuat oleh
Raunkier.
IX.
Saran
Semoga
praktikum ini dapat bermanfaat, untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua serta dapat memberi pengalaman untuk kita dalam melakukan pembelajaran
kedepanya.
X.
Daftar Pustaka
Ayatusa”adah.2015.Penuntun
Praktikum Ekologi Tumbuhan.Palangka Raya:IAIN Palangaka Raya.
Indriyanto.
2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara
Mitchell,Cambell reece-. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jlid 2.
Jakarta: Erlangga
https://www.academia.edu/12511761/LAPORAN_LENGKAP_PRAKTIKUM_EKOLOGI_TUMBUHAN_SPECTRUM_LIFE_FORM_
(diakses selasa, 22 Desember 2015 17:00 WIB)
http://documents.mx/documents/spectrum-life-form.html (diakses selasa, 22 Desember 2015 13:00 WIB)
[1]http://documents.mx/documents/spectrum-life-form.html (diakses selasa, 22 Desember 2015 13:00 WIB)
[2]
Ayatusa”adah.2015.Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan.Palangka Raya:IAIN
Palangaka Raya
[3]https://www.academia.edu/12511761/LAPORAN_LENGKAP_PRAKTIKUM_EKOLOGI_TUMBUHAN_SPECTRUM_LIFE_FORM_
(diakses selasa, 22 Desember 2015 17:00 WIB)
Komentar yang membangun sangat dinantikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar