I.
Topik Praktikum
Struktur
Populasi
II.
Tujuan Praktikum
Untuk menentukan struktur umur populasi tumbuhan
dalam suatu komunitas.
III.
Dasar Teori
Populasi
adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan
untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar
luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan
perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah.
Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya
dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi
genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi.[1]
Struktur populasi merupakan komposisi populasi
yang meliputi jenis kelamin (jantan, betina) dan umur (kategori anak, kategori
muda, kategori dewasa, dan kategori tua) yang merupakan proporsi antara tahapan
hidup suatu jenis flora. Model struktur populasi dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.
Struktur
populasi stabil, merupakan populasi yang memiliki jumlah individu tingkatan
yang lebih muda selalu lebih banyak dibanding jumlah individu yang lebih tua.
b.
Struktur
populasi konstan, merupakan populasi yang memiliki jumlah individu tingkatan
yang lebih muda sama banyak dibanding jumlah individu yang lebih tua.
c.
Struktur
populasi tidak stabil, merupakan populasi yang memiliki jumlah individu
tingkatan yang lebih muda selalu lebih sedikit dibanding jumlah individu yang
lebih tua.
Ada dua ciri dasar
populasi, yaitu: ciri biologis,
yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai oleh individu-individu pembangun
populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang merupakan ciri uniknya sebagai
himpunan atau kelompok individu-individu yang berinteraksi satu dengan lainnya.[2]
a.
Ciri-ciri biologi
Seperti halnya
suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi, antara lain :
1.
Mempunyai struktur dan
organisasi tertentu, yang sifatnya ada yang konstan dan ada pula yang
berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur).
2.
Ontogenetik, mempunyai
sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, menjadi tua sama dengan senessens, dan mati).
3.
Dapat dikenai dampak
lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan lingkungan.
4.
Mempunyai hereditas, terintegrasi oleh faktor- faktor hereditaa oleh
faktor- fektor herediter (genetik) dan ekologi (termasuk dalam hal ini adalah
kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif dan persistensi. Persistensi dalam
hal ini adalah adanya kemungkinan untuk meninggalkan keturunanuntuk waktu yang
lama.
b. Ciri- ciri statistik
Ciri- ciri
statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan pada individu,
melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu itu sendiri,
antara lain:
1.
Kerapatan (kepadatan) atau
ukuran besar populasi berikut parameter- parameter utama yang mempengaruhi
seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi, emigrasi.
2.
Sebaran (agihan, struktur)
umur.
3.
Komposisi genetik (“gene
pool” sama dengan ganangan gen).
4.
Dispersi(sebaran individu
intra populasi).
Karakteristik
populasi, yaitu;
a. Kerapatan/kepadatan populasi (densitas)
Kerapatan
atau kepadatan populasi merupakan besaran atau parameter tentang banyaknya
individu atau biomassa per satuan ruang atau tempat misalnya, kerapatan,
kepadatan 300 batang pohon jati. Kerapatan atau kepadatan populasi $arang
bersi#at tetap (statis).
b. Natalitas
Merupakan
kemampuan populasi untuk bertambah atau untuk meningkatkan jumlahnya, melalui
produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari telur melalui aktifitas perkembangan.
c. Mortalitas
Menunjukkan
kematian individu dalam populasi.
d. Pertumbuhan Populasi
Suatu populasi
akan mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di dalam populasi itu lebih
besar dar laju kematian, dengan mengasumsikan bahwa laju emigrasi.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan tersebar di alam secara tidak merata
(tidak mempunyai jarak yang sama) disebabkan perbedaan kondisi lingkungan,
sumber daya, tumbuhan tetangga, dan gangguan yang merupakan faktor yang
mempengaruhi pola dinamika populasi tumbuhan.[3]
Perbedaan
perangkat kondisi lingkungan tersebut tidak hanya memodifikasi distribusi dan
kelimpahan individu, tetapi juga merubah laju pertumbuhan, produksi biji, pola
percabangan, area daun, area akar, dan ukuran individu. Distribusi, survival,
pola pertumbuhan serta reproduksi mencerminkan adaptasi tumbuhan terhadap
lingkungan tertentu. Keadaan tersebut menjadi suatu bagian penting dalam
ekologi tumbuhan.[4]
Populasi tumbuhan terdapat dalam suatu komonitas dapat
disusun dalam tiga pola dasar, yaitu; acak, mengelompok dan teratur. Pola acak,
lokasi sembarang tumbuhan tidak mempunyai arah dan posisi terhadap lokasi lain
spesies yang sama. Pada pola mengelompok, hadirnya satu tumbuhan berarti
terdapat kemungkinan besar untuk menemukan tumbuhan lain spesies yang sama
bereda di dekatnya. Pola teratur adalah tumbuhan tersusun teratur sama jaraknya
satu sama lainnya seperti pohon dalam perkebunan.[5]
a.
Penyebaran secara acak,
jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya terjadi apabila faktor
lingkungan sangat beragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain
itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut. Dalam
tumbuhan ada bentuk-bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya
pengelompkan tumbuhan.
b.
Penyebaran secara merata,
umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada
persaingan yang kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada
tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
c.
Penyebaran secara
berkelompok, adalah yang paling umum di alam, terutama untuk hewan.
Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal:
1.
Respon dari organisme
terhadap perbedaan habitat secara local.
2.
Respon dari organisme
terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari cara atau proses reproduksi
atau regenerasi.
Struktur umur dari populasi dapat dikelompokan menjadi
tiga kelopok, yaitu;
a.
Populasi cukup berkembang,
individu yang muda lebih besar dari individu tua.
b.
Populasi stasioner,
penyebaran kelompok individu atau populasi umur yang merata.
c.
Populasi menurun, individu
yang muda lebih kecil dari individu muda.
Data struktur
umur dari populasi biasanya disajikan dalam bentuk piramida umur. Secara
teoritis ada tiga bentuk dasar piramida yaitu;
a.
Piramida dengan bentuk dasar luas dengan ciri
populasi umur muda besar.
b.
Bentuk segitiga sama sisi atau lonceng
dengan jumlah kelompok muda seimbang dengan kelompok tua.
c.
Bentuk kendi, memiliki jumlah individu muda lebih
kecil dari kelompok dewas.
IV.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah
Tabel
Alat
No.
|
Alat
|
Jumlah
|
1
|
Roll Meter /
Meteran
|
1 buah
|
2
|
Alat Tulis
|
1 buah
|
3.
|
Tali Rapia
|
1 Roll
|
Tabel Bahan
No.
|
Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Tongkat Kayu /
patok
|
4 Buah
|
V.
Prosedur Kerja
Langkah kerja dalam praktikum kali ini yaitu;
a.
menentukan lokasi yang akan
dipasang plot,
b.
mencatat parameter
lingkungan di lokasi tersebut,
c.
memasang plot dengan
kuadran 10 x 10 m2, di dalam plot tersebut di bauat lagi plot dengan
kuadran 5 x 5 m2, dan membuat plot berada di dalam plot sebelumnya
berkuadran 1 x 1 m2 sebanyak 5 (lima) kali,
d.
mencatat semua spesies yang
terdapat dalam kuadran dan melihat atau memper hatikan jumlah tunas/biji,
anakan, dan dewa,
e.
membuat kesimpulan dengan
menggunakan stasiun piramida.
VI.
Pengamatan
Parameter Lingkungan
No
|
Parameter di Ukur
|
Hasil
|
1
|
Suhu
|
280C
|
2
|
pH
|
7.0
|
Tabel Hasil Pengamatan
No
|
Nama Spesies
|
Plot
|
Tunas/Biji
|
Anakan
|
Dewasa
|
Jumlah
|
1
|
Pohon Laban
|
5
|
Tunas Jumlah 1
|
4
|
8
|
13
|
2
|
Pohon Akasia
|
5
|
|
3
|
2
|
5
|
3
|
Pohon Cempedak
|
5
|
|
5
|
3
|
8
|
4
|
Pohon Cempedak
|
1
|
Tunas Jumlah 4
|
4
|
3
|
11
|
5
|
Pohon Salak
|
1
|
|
|
1
|
1
|
6
|
Pohon Akasia
|
4
|
Biji Jumlah 49
|
5
|
10
|
64
|
7
|
Pohon Sukun
|
4
|
|
|
1
|
1
|
8
|
Pohon Jengkol
|
4
|
|
10
|
3
|
13
|
9
|
Pohon Akasia
|
2
|
Biji Jumlah 45
|
5
|
4
|
54
|
10
|
Pohon Jarak
|
2
|
|
3
|
2
|
5
|
11
|
Pohon Rambutan
|
2
|
Biji Jumlah 50
|
3
|
1
|
54
|
12
|
Pohon Akasia
|
3
|
Biji Jumlah 6
|
6
|
2
|
14
|
13
|
Pohon Jengkol
|
3
|
Biji Jumlah 6
|
1
|
2
|
9
|
14
|
Pohon Sukun
|
3
|
Biji Jumlah 6
|
|
1
|
7
|
Jumlah
|
167
|
49
|
43
|
259
|
Hasil menggambarkan piramida dasar yang
lebar artinya, populasi cukup berkembang, dengan individu muda yang lebih
besar.
VII. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan di lapangan diketahui jumlah semua spesies yang ada dari 5 (lima)
plot berbeda yaitu ada 8 spesies berbeda.
Pada plot 1 terdapat pohon cempedak
dengan tunas 4 buah, 4 anakan, dan 3 pohon dewasa, dan pohon salah dengan
jumlah biji/tunas yang tidak ditemukan, anakan tidak ditemukan, dan 1 pohon
dewasa. Jumlah keseluruhan dari plot 1 yaitu tunas/ biji berjumlah 4, anakan 4,
dan dewasa 4 dengan ini diketahui bahwa keadaan polulasi pada plot satu yaitu
stasioner dimana penyebaran kelompok umur merata, spesies pohon salak di plot 1
ini bebrapa tahun kedepan akan mengalami kepunahan atau tidak dapat
mempertahankan populasinya karena tidak ada biji atau anakannya yang akan
menggantikan atau mempertahankan populasinya di lokasi tersebut.
Pada plot 2 diperoleh 3 spesies yaitu
pohon akasisa dengan jumlah biji 45, anakan 5, dan dewasa 5 pohon, pohon jarak
biji tidak ada, anakan 3, dan dewasa 2 pohon, pohon rambutan biji 50, anakan 3,
dan dewasa 1. Di plot ini diketahui bahwa jumlah biji dan anakan yang lebih
banayak atau jumlah individu muda lebih besar. Berdasarkan struktur umur
populasi, populasi pada plot ini tergolong kedalam populasi cukup berkembang
karena jumlah individu yang muda lebih besar dari individu yang tau sehingga,
spesies pada plot 2 ini akan dapat mempertahankan populasinya pada tahun
kedepannya, meski pada pohon jarak tidak memiliki biji akan tetapi ini akan
tertutup oleh anakan yang jumlahnya lebih banyak dari dewasanya.
Plot 3 terdapat dua jenis spesies saja
yaitu pohon akasia dengan jumlah biji 6, anakan 6, dan dewasa 2, pohon jengkol
biji berjumlah 6, anakan 1 dan dewasa 2, pohon sukun dengan jumlah biji 6,
anakan tidak ada dan dewasa 1. Plot 3 menunjukkan keadaan polulasi yang cukup
berkembang dimana total dari semua tumbuhan di lokasi ini menunjukkan individu
muda yang lebih besar dari pada individu yang tua atau dewasa.
Plot 4 menunjukkan bahwa lokasi atau
area tersebut memiliki struktur umur populasi yang cukup berkembang akan tetapi
ada satu spesies yang tidak dapat mempertahankan eksistensinya di area tersebut
yaitu pada spesies pohon sukun, pohon ini tidak memiliki biji dan anakan untuk
mempertahankan eksistensinya di area tersebut sehingga pohon ini akan
tersingkir dari area tersebut. Berbanding terbalik dengan pohon akasia dan
jengkol yang memiliki individu muda yang lebih besar dari pada individu dewasa
atau tuan. Akasia jumlah biji 49, anakan 5, dan dewas 10, pohon jengkol biji
tidak ada, anakan 10, dan dewasa 3, dan pohon sukun biji tidak ada, anakan
tidak ada, dan 1 pohon dewasa.
Plot 5 menunjukan keadaan populasi di
area tersebut mengalami struktur umur populasi menurun, keadaan ini
tergambarkan oleh jumlah individu dewasa lebih besar dibandingkan dengan jumlah
individu muda. Area ini akan mengalami kehilangan populasi beberapa waktu
kedepan dimana individu-individu di lokasi tersebut tidak dapat lagi
mempertahankan eksistensinya. Ini tergambar jelas dengan jumlah biji/tunas,
anakan, dan dewanya. Pohon laban jumlah biji/tunas 1 buah, anakan 4 buah, dan
dewasa 8 pohon, pohon akasia tidak terdapat tunas/biii, anakan 3 dan dewasa 2
pohon, pohon cempedak tunas/bji tidak ada, anakan 5, dan dewasa 3 pohon.
Secara keseluruhan strutur umur
populasi pada plot 1-5 tergolong kedalam populasi cukup berkembang dimana
individu muda lebih besar dari pada individu tua yaitu biji/tunas 167 buah,
anakan 49, dan dewasa 43. Akan tetapi yang memgalami keadaan populasi
berkembang ini hanya tumbuhan yang memiliki jumlah biji/ tunas dan anakan atau
individu muda yang lebih besar seperti, pohon Akasia yang akan mendominasi
spesies sanagat berkembang di semua area tersebut. Sehingga populasi dari semua
plot dapat digambarakan dalam stasiun piramida dasar yang lebar (populasi
berkembang).
Melihat dari keadaan populasi dari
kelima plot atau area tersebut hal ini tidak lepasn dari adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi suatu ukuran dan umur dari populasi tersebut, berdasarkan
literature menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut diantaranya;
a.
Potensi
biotik
Potensi biotik dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang dimiliki
organisme untuk tumbuh atau bereproduksi (reproductive potential). Potensi
biotic menggambarkan kemampuan suatu populasi menambah jumlah
anggautanya apabila rasio umur sudah mantap dan lingkungan dalam kondisi
optimal. Pada kondisi lingkungan tidak atau kurang optimum maka tingkat pertumbuhan
populasi
menurun. Perbedaan antara potensi biotik dengan kemampuan
suatu poipulasi menambah anggautanya dalam keadaan yang dapat diamati
dikenal sebagai daya tahan lingkungan.[6]
b.
Kelahiran (natality)
Kelahiran
adalah kemampuan yang sudah merupakan sifat suatu populasi untuk bertambah.
Laju kelahiran adalah setara dengan kelahiran dalam terminologi pengkajian
populasi manusia. Natalitas maksimum adalah produksi maksimum individu-individu
baru secara teoritis di bawah keadaan yang ideal dan merupakan tetapan untuk
suatu populasi tertentu.[7]
c.
Kematian (mortalitas)
Mortalitas adalah kematian individu-individu di dalam
populasi. Mortalitas dapat dinyatakan sebagai individu yang mati di dalam kurun
waktu tertentu. Ada mortalitas minimum secara teoritis, suatu tetapan untuk
suatu populasi, yang menyatakan kehilangan di bawah keadaan-keadaan yang ideal
atau tidak membatasi.[8]
d.
Faktor-faktor pembatas
populasi
Faktor-faktor yang bergantung pada kepadatan mengatur
pertumbuhan populasi dengan cara yang bervariasi sesuai dengan kepadatan.
Faktor yang bergantung pada kepadatan akan semakin intensif ketika kepadatan
populasi meningkat dan akhirnya dapat menstabilkan suatu populasi di dekat daya
tampungnya. Beberapa faktor yang bergantung kepada kepadatan—kompetisi intraspecies
untuk sumberdaya yang terbatas, peningkatan pemangsaan, cekaman akibat
kepadatan, atau penumpukan toksin—dapat menyebabkan laju pertumbuhan populasi
menurun pada kepadatan populasi yang tinggi. Kejadian dan kehebatan
faktor-faktor yang tidak bergantung pada kepadatan, tidak berhubugan dengan
kepadatan populasi. Faktor yang tidak bergantung pada kepadatan, seperti
kejadian-kejadian karena iklim dan kebakaran, menurunkan ukuran populasi pada
fraksi tertentu, terlepas dari tingkat kepadatannya. Ukuran populasi banyak
species, khususnya yang organisme kecil, dibatasi oleh faktor-faktor yang tidak
bergantung pada kepadatan yang terjadi secara musiman.[9]
VIII. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah
a.
Populasi adalah Populasi merupakan kumpulan dari individu-individu yang sama, hidup
dalam lingkungan yang sama.
b.
Struktur
umur populsai pada secara keseluruhan pada plot 1-5 tergolong kedalam populasi
cukup berkembang dimana individu muda lebih besar dari pada individu tua yaitu
biji/tunas 167 buah, anakan 49, dan dewasa 43.
c.
Polulasi pada
plot satu yaitu stasioner dimana penyebaran kelompok umur merata.
d.
Populasi pada
plot dua tergolong kedalam populasi cukup berkembang karena jumlah individu
yang muda lebih besar dari individu yang tau.
e.
Populasi pada
plot tiga menunjukkan keadaan polulasi yang cukup berkembang.
f.
Populasi pada
plot empat menunjukkan bahwa lokasi atau area tersebut memiliki struktur umur
populasi yang cukup berkembang.
g.
Populasi
pada plot lima menunjukan keadaan populasi di area tersebut mengalami struktur
umur populasi menurun.
h.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi suatu ukuran dan umur dari populasi yaitu; 1. Potensi biotik, 2. Kelahiran (natality), 3. Kematian (mortalitas),
dan 4. Faktor-faktor pembatas populasi.
IX.
Saran
Semoga
praktikum ini dapat bermanfaat, untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua serta dapat memberi pengalaman untuk kita dalam melakukan pembelajaran
kedepanya.
X.
Daftar Pustaka
Achmad
Faqih Sha’ab, dkk. 2013. Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan Topic: Populasi
Enceng Gongok (Eichhornia
crassipes).
Palangka Raya: UNPAR
Campbell, Neil
A. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum
Ekologi Tumbuhan. Palangka Raya: IAIN Palangka Raya
http://dhanieahmad-kw.blogspot.co.id/2015/06/makalah-populasi.html (Palangka Raya 23, Desember 2015,
05.44 WIB)
http://diwimothy.blogspot.co.id/2012_05_01_archive.html (Palangka Raya 23, Desember 2015,
05.44 WIB)
http://roryblog-rory.blogspot.co.id/2011/12/populasi.html (Palangka Raya, 23 Desember 2015, 19.29 WIB)
[1] Achmad
Faqih Sha’ab, dkk, 2013, LAPORAN praktikum Ekologi tumbuhan Topic : Populasi
Enceng Gongok (Eichhornia
crassipes), (Palangka
Raya: UNPAR)
[2] http://roryblog-rory.blogspot.co.id/2011/12/populasi.html
(Palangka Raya, 23 Desember 2015, 19.29 WIB)
[3] Tim
Penyusun, 2015, Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan, (Palangka Raya:
IAIN Palangka Raya, hlm. 34)
[4] Ibid,
hlm. 34
[5] Ibid,
hlm. 34
[6] http://dhanieahmad-kw.blogspot.co.id/2015/06/makalah-populasi.html
(Palangka Raya 23, Desember 2015, 05.44 WIB)
[7] http://diwimothy.blogspot.co.id/2012_05_01_archive.html
(Palangka Raya 23, Desember 2015, 05.44 WIB)
[8] http://diwimothy.blogspot.co.id/2012_05_01_archive.html
(Palangka Raya 23, Desember 2015, 05.44 WIB)
[9] Campbell, Neil A. 2004. Biologi Jilid 3.
(Jakarta: Erlangga, hlm 358)
Komentar yang membangun sangat dinantikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar