Pencarian

Senin, 11 April 2016

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN (STRUKTUR POPULASI)



I.              Topik Praktikum
Struktur Populasi
II.           Tujuan Praktikum
Untuk menentukan struktur umur populasi tumbuhan dalam suatu komunitas.
III.        Dasar Teori
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah. Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi.[1]
Struktur populasi merupakan komposisi populasi yang meliputi jenis kelamin (jantan, betina) dan umur (kategori anak, kategori muda, kategori dewasa, dan kategori tua) yang merupakan proporsi antara tahapan hidup suatu jenis flora. Model struktur populasi dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.         Struktur populasi stabil, merupakan populasi yang memiliki jumlah individu tingkatan yang lebih muda selalu lebih banyak dibanding jumlah individu yang lebih tua.
b.        Struktur populasi konstan, merupakan populasi yang memiliki jumlah individu tingkatan yang lebih muda sama banyak dibanding jumlah individu yang lebih tua.
c.         Struktur populasi tidak stabil, merupakan populasi yang memiliki jumlah individu tingkatan yang lebih muda selalu lebih sedikit dibanding jumlah individu yang lebih tua.
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu: ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang berinteraksi satu dengan lainnya.[2]
a.         Ciri-ciri biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi, antara lain :
1.         Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang sifatnya ada yang konstan dan ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur).
2.         Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, menjadi tua sama dengan senessens, dan mati).
3.         Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan  lingkungan.
4.         Mempunyai hereditas, terintegrasi oleh faktor- faktor hereditaa oleh faktor- fektor herediter (genetik) dan ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif dan persistensi. Persistensi dalam hal ini adalah adanya kemungkinan untuk meninggalkan keturunanuntuk waktu yang lama.
b.    Ciri- ciri statistik
Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan pada individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu itu sendiri, antara lain:
1.         Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter- parameter utama yang mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi, emigrasi.
2.         Sebaran (agihan, struktur) umur.
3.         Komposisi genetik (“gene pool” sama dengan ganangan gen).
4.         Dispersi(sebaran individu intra populasi).
Karakteristik populasi, yaitu;
a.    Kerapatan/kepadatan populasi (densitas)
Kerapatan atau kepadatan populasi merupakan besaran atau parameter tentang banyaknya individu atau biomassa per satuan ruang atau tempat misalnya, kerapatan, kepadatan 300 batang pohon jati. Kerapatan atau kepadatan populasi $arang bersi#at tetap (statis).
b.    Natalitas
Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau untuk meningkatkan jumlahnya, melalui produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari telur melalui aktifitas perkembangan.
c.    Mortalitas
Menunjukkan kematian individu dalam populasi.
d.   Pertumbuhan Populasi
Suatu populasi akan mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di dalam populasi itu lebih besar dar laju kematian, dengan mengasumsikan bahwa laju emigrasi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan tersebar di alam secara tidak merata (tidak mempunyai jarak yang sama) disebabkan perbedaan kondisi lingkungan, sumber daya, tumbuhan tetangga, dan gangguan yang merupakan faktor yang mempengaruhi pola dinamika populasi tumbuhan.[3]
Perbedaan perangkat kondisi lingkungan tersebut tidak hanya memodifikasi distribusi dan kelimpahan individu, tetapi juga merubah laju pertumbuhan, produksi biji, pola percabangan, area daun, area akar, dan ukuran individu. Distribusi, survival, pola pertumbuhan serta reproduksi mencerminkan adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan tertentu. Keadaan tersebut menjadi suatu bagian penting dalam ekologi tumbuhan.[4]
Populasi tumbuhan terdapat dalam suatu komonitas dapat disusun dalam tiga pola dasar, yaitu; acak, mengelompok dan teratur. Pola acak, lokasi sembarang tumbuhan tidak mempunyai arah dan posisi terhadap lokasi lain spesies yang sama. Pada pola mengelompok, hadirnya satu tumbuhan berarti terdapat kemungkinan besar untuk menemukan tumbuhan lain spesies yang sama bereda di dekatnya. Pola teratur adalah tumbuhan tersusun teratur sama jaraknya satu sama lainnya seperti pohon dalam perkebunan.[5]
a.         Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya terjadi apabila faktor lingkungan sangat beragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompkan tumbuhan.
b.        Penyebaran secara merata, umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
c.         Penyebaran secara berkelompok, adalah yang paling umum di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal:
1.         Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara local.
2.         Respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari  cara atau proses reproduksi atau regenerasi.
Struktur umur dari populasi dapat dikelompokan menjadi tiga kelopok, yaitu;
a.         Populasi cukup berkembang, individu yang muda lebih besar dari individu tua.
b.        Populasi stasioner, penyebaran kelompok individu atau populasi umur yang merata.
c.         Populasi menurun, individu yang muda lebih kecil dari individu muda.
Data struktur umur dari populasi biasanya disajikan dalam bentuk piramida umur. Secara teoritis ada tiga bentuk dasar piramida yaitu;
a.         Piramida dengan bentuk dasar luas dengan ciri populasi umur muda besar.
b.        Bentuk segitiga sama sisi atau lonceng  dengan jumlah kelompok muda seimbang dengan kelompok tua.
c.         Bentuk kendi, memiliki jumlah individu muda lebih kecil dari kelompok dewas.

IV.        Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
Tabel Alat
No.
Alat
Jumlah
1
Roll Meter / Meteran
1 buah
2
Alat Tulis
1 buah
3.
Tali Rapia
1 Roll

Tabel Bahan
No.
Bahan
Jumlah
1
Tongkat Kayu / patok
4 Buah

V.           Prosedur Kerja
Langkah kerja dalam praktikum kali ini yaitu;
a.         menentukan lokasi yang akan dipasang plot,
b.        mencatat parameter lingkungan di lokasi tersebut,
c.         memasang plot dengan kuadran 10 x 10 m2, di dalam plot tersebut di bauat lagi plot dengan kuadran 5 x 5 m2, dan membuat plot berada di dalam plot sebelumnya berkuadran 1 x 1 m2 sebanyak 5 (lima) kali,
d.        mencatat semua spesies yang terdapat dalam kuadran dan melihat atau memper hatikan jumlah tunas/biji, anakan, dan dewa,
e.         membuat kesimpulan dengan menggunakan stasiun piramida.
VI.        Pengamatan
Parameter Lingkungan
No
Parameter di Ukur
Hasil
1
Suhu
280C
2
pH
7.0

Tabel Hasil Pengamatan
No
Nama Spesies
Plot
Tunas/Biji
Anakan
Dewasa
Jumlah
1
Pohon Laban
5
Tunas Jumlah 1
4
8
13
2
Pohon Akasia
5

3
2
5
3
Pohon Cempedak
5

5
3
8
4
Pohon Cempedak
1
Tunas Jumlah 4
4
3
11
5
Pohon Salak
1


1
1
6
Pohon Akasia
4
Biji Jumlah 49
5
10
64
7
Pohon Sukun
4


1
1
8
Pohon Jengkol
4

10
3
13
9
Pohon Akasia
2
Biji Jumlah 45
5
4
54
10
Pohon Jarak
2

3
2
5
11
Pohon Rambutan
2
Biji Jumlah 50
3
1
54
12
Pohon Akasia
3
Biji Jumlah 6
6
2
14
13
Pohon Jengkol
3
Biji Jumlah 6
1
2
9
14
Pohon Sukun
3
Biji Jumlah 6

1
7
Jumlah
167
49
43
259

Hasil menggambarkan piramida dasar yang lebar artinya, populasi cukup berkembang, dengan individu muda yang lebih besar.

VII.     Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan diketahui jumlah semua spesies yang ada dari 5 (lima) plot berbeda yaitu ada 8 spesies berbeda.
Pada plot 1 terdapat pohon cempedak dengan tunas 4 buah, 4 anakan, dan 3 pohon dewasa, dan pohon salah dengan jumlah biji/tunas yang tidak ditemukan, anakan tidak ditemukan, dan 1 pohon dewasa. Jumlah keseluruhan dari plot 1 yaitu tunas/ biji berjumlah 4, anakan 4, dan dewasa 4 dengan ini diketahui bahwa keadaan polulasi pada plot satu yaitu stasioner dimana penyebaran kelompok umur merata, spesies pohon salak di plot 1 ini bebrapa tahun kedepan akan mengalami kepunahan atau tidak dapat mempertahankan populasinya karena tidak ada biji atau anakannya yang akan menggantikan atau mempertahankan populasinya di lokasi tersebut.
Pada plot 2 diperoleh 3 spesies yaitu pohon akasisa dengan jumlah biji 45, anakan 5, dan dewasa 5 pohon, pohon jarak biji tidak ada, anakan 3, dan dewasa 2 pohon, pohon rambutan biji 50, anakan 3, dan dewasa 1. Di plot ini diketahui bahwa jumlah biji dan anakan yang lebih banayak atau jumlah individu muda lebih besar. Berdasarkan struktur umur populasi, populasi pada plot ini tergolong kedalam populasi cukup berkembang karena jumlah individu yang muda lebih besar dari individu yang tau sehingga, spesies pada plot 2 ini akan dapat mempertahankan populasinya pada tahun kedepannya, meski pada pohon jarak tidak memiliki biji akan tetapi ini akan tertutup oleh anakan yang jumlahnya lebih banyak dari dewasanya.
Plot 3 terdapat dua jenis spesies saja yaitu pohon akasia dengan jumlah biji 6, anakan 6, dan dewasa 2, pohon jengkol biji berjumlah 6, anakan 1 dan dewasa 2, pohon sukun dengan jumlah biji 6, anakan tidak ada dan dewasa 1. Plot 3 menunjukkan keadaan polulasi yang cukup berkembang dimana total dari semua tumbuhan di lokasi ini menunjukkan individu muda yang lebih besar dari pada individu yang tua atau dewasa.
Plot 4 menunjukkan bahwa lokasi atau area tersebut memiliki struktur umur populasi yang cukup berkembang akan tetapi ada satu spesies yang tidak dapat mempertahankan eksistensinya di area tersebut yaitu pada spesies pohon sukun, pohon ini tidak memiliki biji dan anakan untuk mempertahankan eksistensinya di area tersebut sehingga pohon ini akan tersingkir dari area tersebut. Berbanding terbalik dengan pohon akasia dan jengkol yang memiliki individu muda yang lebih besar dari pada individu dewasa atau tuan. Akasia jumlah biji 49, anakan 5, dan dewas 10, pohon jengkol biji tidak ada, anakan 10, dan dewasa 3, dan pohon sukun biji tidak ada, anakan tidak ada, dan 1 pohon dewasa.
Plot 5 menunjukan keadaan populasi di area tersebut mengalami struktur umur populasi menurun, keadaan ini tergambarkan oleh jumlah individu dewasa lebih besar dibandingkan dengan jumlah individu muda. Area ini akan mengalami kehilangan populasi beberapa waktu kedepan dimana individu-individu di lokasi tersebut tidak dapat lagi mempertahankan eksistensinya. Ini tergambar jelas dengan jumlah biji/tunas, anakan, dan dewanya. Pohon laban jumlah biji/tunas 1 buah, anakan 4 buah, dan dewasa 8 pohon, pohon akasia tidak terdapat tunas/biii, anakan 3 dan dewasa 2 pohon, pohon cempedak tunas/bji tidak ada, anakan 5, dan dewasa 3 pohon.
Secara keseluruhan strutur umur populasi pada plot 1-5 tergolong kedalam populasi cukup berkembang dimana individu muda lebih besar dari pada individu tua yaitu biji/tunas 167 buah, anakan 49, dan dewasa 43. Akan tetapi yang memgalami keadaan populasi berkembang ini hanya tumbuhan yang memiliki jumlah biji/ tunas dan anakan atau individu muda yang lebih besar seperti, pohon Akasia yang akan mendominasi spesies sanagat berkembang di semua area tersebut. Sehingga populasi dari semua plot dapat digambarakan dalam stasiun piramida dasar yang lebar (populasi berkembang).
Melihat dari keadaan populasi dari kelima plot atau area tersebut hal ini tidak lepasn dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi suatu ukuran dan umur dari populasi tersebut, berdasarkan literature menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut diantaranya;
a.         Potensi biotik
Potensi biotik dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang dimiliki organisme untuk tumbuh atau bereproduksi (reproductive potential). Potensi biotic  menggambarkan kemampuan suatu populasi menambah jumlah anggautanya apabila rasio umur sudah mantap dan lingkungan dalam kondisi optimal. Pada kondisi lingkungan tidak atau kurang optimum maka tingkat pertumbuhan populasi menurun. Perbedaan antara potensi biotik dengan kemampuan suatu poipulasi menambah anggautanya dalam keadaan yang dapat diamati dikenal sebagai daya tahan lingkungan.[6]
b.        Kelahiran (natality)
Kelahiran adalah kemampuan yang sudah merupakan sifat suatu populasi untuk bertambah. Laju kelahiran adalah setara dengan kelahiran dalam terminologi pengkajian populasi manusia. Natalitas maksimum adalah produksi maksimum individu-individu baru secara teoritis di bawah keadaan yang ideal dan merupakan tetapan untuk suatu populasi tertentu.[7]
c.         Kematian (mortalitas)
Mortalitas adalah kematian individu-individu di dalam populasi. Mortalitas dapat dinyatakan sebagai individu yang mati di dalam kurun waktu tertentu. Ada mortalitas minimum secara teoritis, suatu tetapan untuk suatu populasi, yang menyatakan kehilangan di bawah keadaan-keadaan yang ideal atau tidak membatasi.[8]
d.        Faktor-faktor pembatas populasi
Faktor-faktor yang bergantung pada kepadatan mengatur pertumbuhan populasi dengan cara yang bervariasi sesuai dengan kepadatan. Faktor yang bergantung pada kepadatan akan semakin intensif ketika kepadatan populasi meningkat dan akhirnya dapat menstabilkan suatu populasi di dekat daya tampungnya. Beberapa faktor yang bergantung kepada kepadatan—kompetisi intraspecies untuk sumberdaya yang terbatas, peningkatan pemangsaan, cekaman akibat kepadatan, atau penumpukan toksin—dapat menyebabkan laju pertumbuhan populasi menurun pada kepadatan populasi yang tinggi. Kejadian dan kehebatan faktor-faktor yang tidak bergantung pada kepadatan, tidak berhubugan dengan kepadatan populasi. Faktor yang tidak bergantung pada kepadatan, seperti kejadian-kejadian karena iklim dan kebakaran, menurunkan ukuran populasi pada fraksi tertentu, terlepas dari tingkat kepadatannya. Ukuran populasi banyak species, khususnya yang organisme kecil, dibatasi oleh faktor-faktor yang tidak bergantung pada kepadatan yang terjadi secara musiman.[9]
VIII.  Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah
a.         Populasi adalah Populasi merupakan kumpulan dari individu-individu yang sama, hidup dalam lingkungan yang sama.
b.        Struktur umur populsai pada secara keseluruhan pada plot 1-5 tergolong kedalam populasi cukup berkembang dimana individu muda lebih besar dari pada individu tua yaitu biji/tunas 167 buah, anakan 49, dan dewasa 43.
c.         Polulasi pada plot satu yaitu stasioner dimana penyebaran kelompok umur merata.
d.        Populasi pada plot dua tergolong kedalam populasi cukup berkembang karena jumlah individu yang muda lebih besar dari individu yang tau.
e.         Populasi pada plot tiga menunjukkan keadaan polulasi yang cukup berkembang.
f.         Populasi pada plot empat menunjukkan bahwa lokasi atau area tersebut memiliki struktur umur populasi yang cukup berkembang.
g.        Populasi pada plot lima menunjukan keadaan populasi di area tersebut mengalami struktur umur populasi menurun.
h.        Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu ukuran dan umur dari populasi yaitu; 1. Potensi biotik, 2. Kelahiran (natality), 3. Kematian (mortalitas), dan 4. Faktor-faktor pembatas populasi.
IX.        Saran
Semoga praktikum ini dapat bermanfaat, untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat memberi pengalaman untuk kita dalam melakukan pembelajaran kedepanya.
X.           Daftar Pustaka
Achmad Faqih Sha’ab, dkk. 2013. Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan Topic: Populasi Enceng Gongok (Eichhornia crassipes). Palangka Raya: UNPAR
Campbell, Neil A. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan. Palangka Raya: IAIN Palangka Raya
http://dhanieahmad-kw.blogspot.co.id/2015/06/makalah-populasi.html (Palangka Raya 23, Desember 2015, 05.44 WIB)
http://diwimothy.blogspot.co.id/2012_05_01_archive.html (Palangka Raya 23, Desember 2015, 05.44 WIB)
http://roryblog-rory.blogspot.co.id/2011/12/populasi.html (Palangka Raya, 23 Desember 2015, 19.29 WIB)


[1] Achmad Faqih Sha’ab, dkk, 2013, LAPORAN praktikum Ekologi tumbuhan Topic : Populasi Enceng Gongok (Eichhornia crassipes), (Palangka Raya: UNPAR)
[2] http://roryblog-rory.blogspot.co.id/2011/12/populasi.html (Palangka Raya, 23 Desember 2015, 19.29 WIB)
[3] Tim Penyusun, 2015, Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan, (Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, hlm. 34)
[4] Ibid, hlm. 34
[5] Ibid, hlm. 34
[6] http://dhanieahmad-kw.blogspot.co.id/2015/06/makalah-populasi.html (Palangka Raya 23, Desember 2015, 05.44 WIB)
[7] http://diwimothy.blogspot.co.id/2012_05_01_archive.html (Palangka Raya 23, Desember 2015, 05.44 WIB)
[8] http://diwimothy.blogspot.co.id/2012_05_01_archive.html (Palangka Raya 23, Desember 2015, 05.44 WIB)
[9] Campbell, Neil A. 2004. Biologi Jilid 3. (Jakarta: Erlangga, hlm 358)
 

Komentar yang membangun sangat dinantikan

Tidak ada komentar: