Pencarian

Minggu, 10 April 2016

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN (KOMONITAS HERBA DAERAH TERNAUNG DAN TERDEDAH)



I.              Topik Praktikum
Komonitas Herba Daerah Ternaung Dan Terdedah
II.           Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui apakah komonitas herba anatar terdedah dan ternaung berbeda.
III.        Dasar Teori
Salah satu unsur yang paling penting adalah komunitas, yang dalam dunia tumbuhan lebih dikenal dengan istilah vegetasi. Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan dengan cara kualitatif dengan parameter kuantitatif.
Pengertian vegetasi adalah semua spesies tumbuhan yang terdapat dalam suatu wilayah yang luas, yang memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan waktu. Tumbuhan penutup permukaan bumi merupakan vegetasi yang dapat berbeda dalam ruang dan waktu untuk komponen spesies penyusunnya. Vegetasi terdiri atas semua spesies tumbuhan dalam suatu wilayah (flora) dan memperlihatkan pola distribusi menurut ruang (spatial) dan waktu (temporal).[1]
Indek diversitas merupakan indeks keanekaragaman suatu komunitas. Dalam suatu komunitas maka akan diperoleh beberapa kanekaragaman. Keanekaragaman dapat berupa perbedaan jenis spesies dalam suatu komunitas, karena semakin tinggi tingkat diversitas dalam suatu komunitas maka semakin tinggi tingkat keanekaragamannya. Sedangkan pengertian komunitas itu sendiri merupakan kumpulan dari beberapa populasi pada suatu tempat, ruang dan waktu yang sama. Oleh karena itu komunitas terdiri dari beberapa populasi yang jelas spesiesnya maka indeks keanekaragaman perlu dihitung. Perhitungan indeks diversitas dilakukan pada dua daerah :
1.        Daerah ternaung merupakan daerah yang sinar matahari jarang yang sampai kepermukaan tanah karena tertutup tumbuhan yang berkanopi atau  beber cover tumbuhan sehingga diduga ada beberapa seleksi untuk mendapatkan sinar matahari.
2.        Daerah terdedah merupakan daerah yang mendapatkan sinar matahari secara bebas atau dapat dikatakan semua tumbuhan mendapatkan sinar matahari secara sama sehingga persaingan untuk mendapatkan sinar matahari hampir tidak ada.
Sedangkan nilai penting merupakan sebarnya nilai kehadiran suatu spesies tumbuhan dalam suatu ekosistem, sehingga diperlukan analisis vegetasi. Selain itu nilai penting juga dapat menggambarkan karakter dalam komunitas indeks nilai merupakan gabungan dari : Nilai penting =Frekuensi relatif + dominansi relatif + densitas relative. Nilai penting dari suatu tumbuhan dapat digunakan sebagai penyebut ekosistem dalam suatu tempat tersebut dengan kata lain apabia dalam suatu tempat diperoleh suatu nilai penting tumbuhan tersebut yang terbesar maka dapat dikatakan  bahwa tumbuhan tersebut mewakili nama ekosistem tersebut. Frekuensi dapat digunakan sebagai parameter vegetasi yang dapat menunjukkan distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem atau memperlihatkan pola distribusi tumbuhan. Nilai yang diperoleh dapat pula untuk menggambarkan kapasitas produksi dan kemampuan adaptasi serta dapat pula menunjukkan jumlah sampling unit yang menggandung jenis tumbuhan tertentu. Nilai  penutup dapat dipakai untuk mengetahui nilai dominasi suatu jenis tumbuhan, terutama tumbuhan semak, herba, atau rumput-rumputan. Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk pohon, perdu serta herba. Suatu ekosistem terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menepati habitat tertentu hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi  berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh antropogenik. Analisis vegetasi dalam ekologi adalah cara untuk mempelajari struktur vegetasi dan komposisi jenis tumbuhan. Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis tumbuhan dalm bentuk vegetasi di wilayah yang dianalisis . analisi vegetasi ini digunakan untuk mengetahui dampak lingkungan dengan beberapa  perameter yang harus diketahui antara lain :
1.        ada tidaknya jenis tumbuhan tertentu,
2.        luas basal area ,
3.        luas daerah cover,
presentase daerah yang ditutpi oleh kanopi dari setiap unit cuplikan. Kanopi dari tumbuhan membuat suatu lingkungna mikro yang lebih kecil. Penutupan dapat pula dinyatakan dengan dominansi. Domonansi merupakan basal daerah atau naungan tajuk per satuan luasan.
4.        Frekuensi,
presentase terdapatnya tumbuhan dalam unit cuplikan atau merupakan fraksi (bagian) unit cuplikan yang didapatkan adanya species tertentu.Ukuran populasi tumbuh-tumbuhan pada mulanya kurang diteliti tetapi kemudian populasi vegetasi sangat ditentukan oleh lingkungannya. Ukuran poplasinya dikendalikan oleh factor habitat ketidakketergantungannya kepada kerapatannya. Apabila pertumbuhan populasi sepenuhnya dikendalikan oleh factor-faktor ketergantungan kerapatan, barangklai daya tahannya tidak terlalu lama. Populasi semacam itu akan berfluktuasi sepanjang daya dukung lingkungan tergantung factor-faktor ketidaktergantungann yang mengendalikannya. Apabila bergoyng kebawah tidak akan ada factor ketergantungan yng mengendalikannya untuk menghalangi jumlah penurunan. Dalam keadaan demikian factor-faktor ketidaktergantngan kepada kerapatan nilainya berlawanan sehingga populasi dapat mengalami kepunahan. Oleh karena itu secara alami mekanisme ketergantungan kerapatan yang mengimbanginya akan merupakan penyangga pada peristiwa penurunan populasi yang merupakan bencana.
5.        Kerapatan,
menggambarkan cacah angota poplasi persatuan unit cuplikan (luas dalam metode kuadrat atau panjang dalam metode line intercept). Dalam penggunaan metode kuadrat kerapatan sering dinyatakan sebagai kepadatan (density). Kepadatan diartikan sebagai cacah individu untuk setiap unit sampling (luasan). Kerapatan sering jug disamakan dengan kelimpahan (abundance), merupakan ukuran rerata keberadaan spesies tumbuhan pada unit cuplikan (kuadrat atau segmen) tumbuhan yang dimkasud berada.[2]
6.        Dominansi,
komunitas yang stabil (meluas secara regional) dan homogen memperlihatkan diversitas secara lebih rendah dari pada komunitas yang terdiri atas bentuk mosaik atau secara setempat diganggu pada berbeda di masa lampau oleh hempasan angin, api, penyakit, dan lain-lain. Setelah gangguan, kemudian diikuti kenaikan diversitas sesuai dengan waktu sampai suatu titik di mana dominansi oleh sedikit spesies yang mampu hidup lama dan berukuran besar yang mengakibatkan diversitas turun.[3]
Herba merupakan tumbuhan yang tidak berkayu dimana batang dari tumbuhan ini mengandung banyak air. Herba ini bisa saja hidup di tempat kering seperti kaktus. Namun bisa juga hidup di tempat ternaung dan setengah ternaung bahkan dapat juga hidup di daerah yang tergenang air seperti enceg condok.
IV.        Alat dan Bahan
Alat dan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini;
Tabel Alat
No.
Alat
Jumlah
1
Meteran
1 buah
2
Soil Tester
1 buah
3
Tali Rapia
1 Roll

Tabel Bahan
No.
Bahan
Jumlah
1
Kertas Label
Secukupnya
2
Kantong Pelastik
Secukupnya
3
Patok
4 buah
4
Kertas Koran
Secukupnya

V.           Prosedur Kerja
Langkah kerja dalam praktikum kali ini yaitu;
a.         menentukan lokasi yang akan dipasang plot, yaitu daerah terdedah dan ternaung,
b.        memasang plot secara acaka sebesar 1 x 1 m2 sebanyak 5 (lima) masing-masing lokasi,
c.         mencatat parameter vegetasi (spesises) untuk masing-masing spesies setiap plot sampel,
d.        menghitung kerapat realtif (KR), Dominasi Relatif (DR), dan indeks diversitas untuk masing-masing spesies pada setiap plot. Hasil perhitungan dimasukan dalam table,

e.         membuat kesimpulan berdasarakn Di > 1, Indeks Diversitas Tingggi dan Di < 1, Indeks Diversitas rendah.

VI.        Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan
TERNAUNG










No
Nama Spesies
Titik
1
2
3
4
5
Ʃ
Cover
Ʃ
Cover
Ʃ
Cover
Ʃ
Cover
Ʃ
Cover
1
Rumput Kerisan
3

4

10

3

1

2
Tumbuhan 1
11

3







3
Ilalang








5

4
Rumput Menjalar








4

5
Rumput Bambu




2





6
Tumbuhan Paku 1


12

11

3



7
Tumbuhan Paku 2
11









  
TERDEDAH










No
Nama Spesies
Titik
1
2
3
4
5
Ʃ
Cover
Ʃ
Cover
Ʃ
Cover
Ʃ
Cover
Ʃ
Cover
1
Rumput Kerisan
2

1

4

4

2

2
Rumput Sempritan
1



3

5

1

3
Rumput Gajah






3



4
Cemot


1







5
Lavender
2

1



1

1

6
Senggani
1



1

1



7
Rumput Bambu
10

5

8

4

7


TERNAUNG


No
Spesies
Jumlah
Cover
Ʃ
1
Rumput Kerisan

21
2
Tumbuhan 1

14
3
Ilalang

5
4
Rumput Menjalar

4
5
Rumput Bambu

2
6
Tumbuhan Paku 1

25
7
Tumbuhan Paku 2

11
Jumlah
82
TERDEDAH


No
Spesies
Jumlah
Cover
Ʃ
1
Rumput Kerisan

10
2
Rumput Sempritan

3
3
Rumput Gajah

1
4
Cemot

5
5
Lavender

3
6
Senggani

13
7
Rumput Bambu

34
Jumlah
69

TERNAUNG










No
Nama Spesies
Ʃ
K
KR
F
FR
D
DR
NP
Pi
Di
1
Rumput Kerisan
21
1.05
25.6
1
35.71
0.25
25.77
87.08
0.29
0.005
2
Tumbuhan 1
14
0.7
17.07
0.4
14.28
0.17
17.52
48.87
0.16
0.044
3
Ilalang
5
0.25
6.09
0.2
7.14
0.06
6.18
19.41
0.06
0.042
4
Rumput Menjalar
4
0.2
4.87
0.2
7.14
0.04
4.12
16.13
0.05
0.039
5
Rumput Bambu
2
0.2
2.43
0.2
7.14
0.02
2.06
11.63
0.04
0.035
6
Tumbuhan Paku 1
25
1.25
30.48
0.6
21.42
0.3
30.93
82.83
0.28
0.009
7
Tumbuhan Paku 2
11
0.55
13.41
0.2
7.14
0.13
13.4
33.95
0.11
0.048
Jumlah (Ʃ)
82
4.2
99.95
2.8
99.97
0.97
99.98
299.9
0.99
0.222















TERDEDAH










No
Nama Spesies
Ʃ
K
KR
F
FR
D
DR
NP
Pi
Di
1
Rumput Kerisan
10
0.5
14.49
1
21.73
0.14
14.43
50.65
0.16
0.044
2
Rumput Sempritan
3
0.15
4.34
0.8
17.39
0.04
4.12
25.85
0.08
0.046
3
Rumput Gajah
1
0.05
1.44
0.2
4.34
0.01
1.03
6.81
0.02
0.024
4
Cemot
5
0.25
7.24
0.2
4.34
0.07
7.22
18.8
0.06
0.042
5
Lavender
3
0.15
4.34
0.8
17.39
0.04
4.12
25.85
0.08
0.046
6
Senggani
13
0.65
18.84
0.6
13.04
0.18
18.56
50.44
0.16
0.044
7
Rumput Bambu
34
1.7
49.27
1
21.73
0.49
50.52
121.5
0.4
0.049
Jumlah (Ʃ)
69
3.45
99.96
4.6
99.96
0.97
100
299.9
0.96
0.295

Kesimpulan: Di tempat ternaung Di < 1, Indek Diversitasnya rendah
Di tempat terdedah  Di < 1, Indek Diversitasnya rendah
VII.     Pembahasan
A.      Lokasi Terdedah
Pada lokasi terdeah dipasang 5 plot dengan ukuran 1 × 1 m2 dengan lokasi yang tersebar. Di lokasi dijumpai tujuh (7) spesies juga yang terdiri dari rumput kerisan, rumput sempritan, rumput gajah, cemot, lavender, senggani, dan rumput bambu. Setiap spesies tumbuhan tersebut memiliki tingkat kerapatan, dominasi, dan diversitas yang berbeda yaitu rumput kerisan dengan kerapatan 0,5, dominasi 0,14 dan diversitasnya 0,004, rumput sempritan dengan kerapatan 0,15, dominasi 0,04 dan diversitasnya 0,046, rumput gajah dengan kerapatan 0,05, dominasi 0,01 dan diversitasnya 0,024, cemot dengan kerapatan 0,25, dominasi 0,07 dan diversitasnya 0,042, lavender dengan kerapatan 0,15, dominasi 0,04 dan doiversitasnya 0,046, senggani dengan kerapatan 0,65, dominasi 0,18 dan diversitasnya 0,044, dan rumput bambu dengan kerapatan 1,7, dominasi 0,49 dan diversitasnya 0,049. Kerapaatan pada lokasi terdedah yaitu 3,45 dengan rata-rata kerapatan setiap spesies di lokasi 0,493. Dominasi di lokasi ini adalah 0,97 dengan rata-rata dominasi setiap spesies di tempat terdedah 0,139. Diversitas atau keanekaragaman dari lokasi terdedah yaitu 0,295 dengan rata-rata diversitas setiap spesies 0,042. Jadi indeks diversitas pada lokasi ternaung adalah rendah karena Di = 0,295 < 1.


B.       Lokasi Ternaung
Pada lokasi ternaung ini juga dilakukan hal yang sama dengan tempat terdedah yaitu memasang 5 plot dengan ukuran 1 × 1 m2 dengan lokasi yang tersebar. Di lokasi tersebut dijumapai tujuh (7) spesies tumbuhan yaitu, rumput kerisan, tumbuhan 1 (belum teridentifikasi), ilalang, rumput menjalar, rumput bambu, tumbuhan paku satu (1), dan tumbuhan paku dua (2). Dari semua spesies tumbuhan tersebut memiliki kerapatan, dominasi, dan kisaran diversitasnya yang berbeda, rumput kerisan dengan kerapatan 1,05, dominasi 0,25, dan indeks diversitas 0,005, tumbuhan 1 (belum teridentifikasi) dengan kerapatan 0,7, dominasi 0,17, dan indeks diversitas 0,044, ilalang dengan kerapatan 0,25, dominasi 0,06, dan indeks diversitas 0,042, rumput menjalar dengan kerapatan 0,2, dominasi 0,04, dan indeks diversitas 0,039, rumput bambu dengan kerapatan 0,1, dominasi 0,02, dan indeks diversitas 0,035, tumbuhan paku satu 1 dengan kerapatan 1,25, dominasi 0,30, dan indeks diversitas 0,009, dan tumbuhan paku 2 dengan kerapatan 0,55, dominasi 0,13, dan indeks diversitas 0,048. Kerapatan spesies tumbuhan pada lokasi ternaung ini adalah 4,1 dengan rata-rata kerapatan perspesies 0,586. Dominasi spesies tumbuhan pada lokasi ini yaitu 0,97 dengan rata-rata setia spesies di lokasi ternaung 0,139. Berdasarkan indeks diversitas dari semua spesies tumbuhan tersebut diketahui jumlah indeks diversitas atau keanekaragaman di temapat terbuka adalah 0,222 dengan rata-rata keseluruhan spesies yang ditemukan adalah 0,032. Jadi lokasi ternaung memiliki keanekaragaman atau diversitas yang rendah karena  Di (Indeks Deversitas) < 1.
C.      Faktor-faktro mempengaruhi keanekaragaman
Rendahnya diversitas ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu:[4]
1.         faktor elevasi, faktor elevasi, yaitu faktor tinggi rendahnya tempat di permukaan bumi. Tempat-tempat yang ketinggiannya berbeda, misalnya dataran rendah, dataran tinggi, dan gunung yang tinggi mengakibatkan perbedaan jenis tumbuh-tumbuhan.
2.         faktor kesuburan tanah, perbedaan tingkat kesuburan tanah di tiap-tiap daerah di muka bumi akan menyebabkan perbedaan flora di daerah tersebut.
3.         faktor iklim, tipe-tipe yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain mengakibatkan corak flora berbeda pula.
4.         faktor biologis, faktor biologis timbul dari saling mempengaruhi antara tumbuh-tumbuhan itu sendiri.Selain itu, pengaruh manusia terhadap penyebaran dan kelestarian flora sangat besar.
Selain keempat (4) faktor di atas masih ada faktor lain yang mempengaruhi keanekaragaman adalah:[5]
1.         fragmentasi (pemecahan) habitat, fragmentasi habitat terjadi akibat pembukaan lahan untuk berbagai keperluan manusia. Sebagai akibat, populasi hewan atau tumbuhan terpecah menjadi komplek-komplek kecil yang telah rentan terhadap gangguan. Dalam populasi yang kecil, kemungkinan tidak terdapat cukup organisme dalam usia produktif. Ketahanan suatu populasi terhadap kepunahan bergantung pada; besar populasi tersebut pebandingan laju kelahiran dan laju kematian.
2.         pencemaran lingkungan, perubahan iklim global akibat pencemaran udara, diperkirakan akan mempengaruhi penyebaran dan ketahanan makhluk hidup. Akumulasi pencemaran seperti DDT, dioxin, dll. Dalam perairan telah mengakibatkan kematian sebagaian populasi spesies tumbuhan.
3.         introduksi spesies eksotis (secara alami atau atau tidak sengaja), spesies yang masuk habitat yang bukan habitat asalnya dapat menjadi “pencemaran bilogis”. Suatu organisme yang dikeluarkan dari habitat aslinya kemingkinan menjadi terbebas dari pemangsa, pesaing, parasit atau penyakit yang mengendalikan populasinya dalam kondisi alami. Pada habitatnya yang baru organisme ini kemungkinan dapat tumbuh dan berkembang baik dengan pesat dan mengalahkan populasi asli.
4.         asimilasi genetic, spesies langka dapat menjadi terancam apabila berkembangbiak silang dengan spesies berkerabat dekat yang berjumlah lebih banyak atau lebih kuat.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan bahwa lokasi terdedah dan ternaung memiliki keanekaragaman yang rendah karena setiap lokasi memiliki nilai indeks diverstisa di bawah 1. Indeks diversitas di kedua lokasi di pengaruhi oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas.
VIII.  Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah,
1.        indeks diversitas daerah ternaung 0,222 yang berarti keanekaragaman atau deversitasnya rendah karena Di < 1.
2.        indeks diversitas daerah terdedah 0,295 yang berarti keanekaragaman atau deversitasnya rendah karena Di < 1.
3.        faktor-faktor yang berpengaruh terhadap diversitas yaitu;
a.         faktor elevasi,
b.         faktor kesuburan tanah,
c.         faktor iklim,
d.        faktor biologis,
e.         fragmentasi (pemecahan) habitat,
f.          pencemaran lingkungan,
g.         introduksi spesies eksotis (secara alami atau atau tidak sengaja), dan
h.         asimilasi genetic.
IX.        Saran
Semoga praktikum ini dapat bermanfaat, untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat memberi pengalaman untuk kita dalam melakukan pembelajaran kedepanya.


X.           Daftar Pustaka
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara
Mitchell,Cambell reece-. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jlid 2. Jakarta: Erlangga
Tim Penyusun, 2015, Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan, (Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, hlm. 29)


[3] Tim Penyusun, 2015, Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan, (Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, hlm. 29)

Komentar yang membangun sangat dinantikan

Tidak ada komentar: