I.
Topik
Praktikum
Serangga yang Aktif Pada Malam Hari (Serangga Malam)
II.
Tujuan
Praktikum
1.
Untuk
mengetahui cara menggunakan perangkap Light
Trap,
2.
Untuk
mengetahui serangga malam yang aktif pada malam hari.
III.
Dasar Teori
Sampai saat ini, lebih dari 1 juta spesies serangga
yang mencakup serangga darat (sebagian besar), dan serangga yang hidup di air
telah berhasil diidentifikasi, namun para
ahli yakin bahwa lebih banyak spesies masih menunggu giliran untuk
diidentifikasi. Selanjutnya, kemelimpahan serangga mencapai 80 persen dari
total kemelimpahan organisme di muka bumi. Dengan demikian, dapat dipastikan
bahwa serangga adalah organisme yang mendomi nasi rantai dan jejaring makanan
di hampir semua jenis ekosistem. Mereka mungkin menghuni jaringan tumbuhan
sebagai herbivora, menghuni celah-celah sempit di antara bebatuan sebagai
peliang, membangun kubah-kubah yang keras sebagai sarang komunitas mereka yang
melimpah, menghuni perairan sebagai pakan maupun pemangsa organisme lain,
menghuni rhizosfer tumbuhan sebagai pengurai bahan organik, dan di banyak
tempat yang lain.
Kebanyakan spesies serangga bermanfaat bagi manusia. Sebanyak 1.413.000
spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies
baru di temukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga
berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang
bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemempuan memakan jenis makanan
yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya.
Secara ekologis, serangga berperan sebagai komponen
rantai makanan sebagai herbivora, karnivora, pengurai (detritivora), dan
penyerbuk. Sementara itu, secara ekonomis, serangga dapat menjadi hama, musuh
alami, atau vektor penyakit tanaman, binatang, dan manusia.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEHIDUPAN SERANGGA
1.
Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi
daya tahan serangga untuk dapat tetap hidup dan berkembang biak antara lain
adalah :
a. Kemampuan berkembang biak
Kemampuan
berkembang biak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh kecepatan berkembang
biak, keperidian dan fekunditas. Keperidian (natalitas) adalah besarnya
kemampuan jenis serangga untuk melahirkan keturunan baru. Serangga umumnya
memiliki keperidian yang cukup tinggi . Semakin kecil ukuran serangga, biasanya
semakin besar keperidiannya. Sedangkan fekunditas (kesuburan) adalah kemampuan
yang dimiliki oleh seekor betina untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah
telur yang dihasilkan, maka lebih tinggi kemampuan berkembang biaknya.
Kecepatan berkembang biak dari sejak terjadinya telur sampai menjadi dewasa
yang siap berkembang biak, tergantung dari lamanya siklus hidup serangga.
Serangga yang memiliki siklus hidupnya pendek, akan memiliki frekuensi bertelur
yang lebih tinggi atau lebih sering dibandingkan dengan serangga lainnya yang
memiliki siklus hidup lebih lama.
b. Perbandingan kelamin
Perbandingan
jenis kelamin antara jumlah serangga jantan dan betina yang diturunkan serangga
betina kadang-kadang berbeda, misalnya antara jenis betina dan jenis
jantan dari keturunan penggerek batang (Tryporyza) adalah dua berbanding
satu, lebih banyak jenis betinanya. Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah
betina lebih besar dari jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi
keturunan berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang
memiliki perbandingan yang menunjukkan jumlah jantan yang lebih besar dari pada
jumlah betina. Perbedaan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan, diantaranya keadaan musim dan kepadatan populasi. Seandainya
populasinya menjadi lebih padat, maka akan lahir jenis betina-betina yang
bersayap, sehingga dapat menyebar dan berkembang biak di tempat-tempat yang
baru. Pada musim panas, telur-telur betina hasil pembiakan secara parthenogenesis
akan menghasilkan individu-individu jenis jantan maupun jenis betina, yang
selanjutnya menghasilkan telur-telur yang dibuahi.
c. Sifat mempertahankan diri
Untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, serangga memiliki alat atau kemampuan
untuk melindungi diri dari serangan musuhnya. Misalnya ulat melindungi diri
dengan bulu atau selubungnya. Bebarapa spesies serangga dapat mengeluarkan
racun atau bau untuk menghindari serangga musuhnya, atau memiliki alat penusuk
untuk membunuh lawan atau mangsanya. Kebanyakan serangga akan berusaha
menghindar atau meloloskan diri bila terganggu atau diserang musuhnya dengan
cara terbang, lari, meloncat, berenang atau menyelam.
Beberapa
perlindungan serangga untuk melawan musuhnya adalah : a) Kamuflase
(penyamaran), digunakan serangga berbaur pada lingkungan mereka agar terhindar
dari pendeteksian pemangsa, seperti menyerupai ranting atau daun tanaman, b)
Taktik menakuti musuh, yaitu serangga tertentu mampu mengelabui musuh dengan
cara meniru spesies serangga lain agar terhindar dari pemangsanya, yang dikenal
dengan istilah serangga mimikri. Cara meniru serangga mimikri terhadap serangga
lain, misalnya perilaku, ukuran tubuh, maupun bentuk pola warna, c) Pengeluaran
senyawa kimia dan alat penusuk (penyengat) adalah kemampuan serangga
mengeluarkan senyawa kimia beracun atau bau untuk menghindari serangan
musuhnya. Terdapat alat penusuk pada serangga digunakan untuk menyengat atau
membunuh lawan/ mangsanya.
d. Daur hidup
Daur hidup
adalah waktu yang dibutuhkan semenjak terjadinya telur sampai serangga menjadi
dewasa yang siap untuk berkembang biak. Daur hidup serangga umumnya pendek.
Serangga yang memiliki daur hidup yang pendek, akan memiliki frekwensi bertelur
yang lebih tinggi atau lebih sering, bila dibandingkan dengan serangga lainnya
yang memiliki daur hidup lebih lama.
e. Umur imago (serangga dewasa)
Pada umumnya
imago dari seekor serangga berumur pendek, misalnya ngengat (imago) Tryporyza
innotata berumur antara 4 – 14 hari. Umur imago yang lebih lama,
misalnya kumbang betina Sitophilus oryzae umurnya dapat mencapai
antara 3 – 5 bulan, sehingga akan mempunyai kesempatan untuk bertelur lebih
sering.
2.
Faktor Luar
Faktor luar yang dapat
mempengaruhi kehidupan serangga untuk bertahan hidup dan berkembang biak, yaitu
:
Faktor fisis
a. Suhu / Temperatur
Setiap spesies
serangga mempunyai jangkauan suhu masing-masing dimana ia dapat hidup, dan pada
umunya jangkauan suhu yang efektif adalah suhu minimum. Serangga memiliki
kisaran suhu tertentu untuk kehidupannya. Diluar kisaran suhu tersebut serangga
dapat mengalami kematian. Efek ini terlihat pada proses fisiologis serangga,
dimana pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi dan akan berkurang
(menurun) pada suhu yang lain (Ross, et al., 1982;Krebs, 1985). Umumnya kisaran
suhu yang efektif adalah 15ºC (suhu minimum), 25ºC suhu optimum dan 45ºC (suhu
maksimum). Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan
besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit.
b. Kelembaban Hujan
Air merupakan
kebutuhan yang mutlak diperlukan bagi mahluk hidup termasuk serangga. Namun
kebanyakan air, seperti banjir dan hujan lebat merupakan bahaya bagi kehidupan
beberapa jenis serangga, termasuk juga berbagai jenis kupu-kupu yang sedang
beterbangan, serta dapat menghanyutkan larva yang baru menetas. Umumnya
serangga memperoleh air melalui makanan yang mengandung air. Secara langsung
biasanya serangga tidak terpengaruh oleh curah hujan normal, namun hujan yang
lebat secara fisik akan menekan populasi serangga. Curah hujan juga memberikan
efek secara tidak langsung terhadap kelembaban suatu lahan, , kelembaban di
udara, dan tersedianya tanaman sebagai makanan serangga. Seperti halnya suhu,
serangga membutuhkan kelembaban tertentu/sesuai bagi perkembangannya. Pada
umumnya serangga membutuhkan kelembaban tinggi bagi tubuhnya yang dapat
diperoleh langsung melalui udara dan tanaman yang mengandung air.
c. Cahaya, Warna dan Bau
Cahaya adalah
faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga, diantaranya lamanya hidup,
cara bertelur, dan berubahnya arah terbang. Banyak jenis serangga yang memilki
reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna, misalnya oleh
warna kuning atau hijau. Beberapa jenis serangga diantaranya mempunyai
ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna dan bau, misalnya terhadap
warna-warna bunga. Akan tetapi ada juga yang tidak menyukai bau tertentu.
d. Angin
Angin dapat berpengaruh secara
langsung terhadap kelembaban dan proses penguapan badan serangga dan juga
berperan besar dalam penyebaran suatu serangga dari tempat yang satu ke tempat
lainnya. Baik memiliki ukuran sayap besar maupun yang kecil, dapat membawa
beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer.
e. Makanan
Tersedianya makanan baik kualitas
yang cocok maupun kualitas yang cukup bagi serangga, akan menyebabkan
meningkatnya populasi serangga dengan cepat. Sebaliknya apabila keadaan
kekurangan makanan, maka populasi serangga dapat menurun.
Faktor Hayati / Bologi
Faktor hayati atau faktor biologi
berupa predator, parasit, potogen atau musuh-musuh alami bagi serangga.
a. Predator
Predator yaitu
binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga lain. Istilah
predatisme adalah suatu bentuk simbiosis dari dua individu yang salah satu
diantara individu tersebut menyerang atau memakan individu lainnya satu atau
lebih spesies, untuk kepentingan hidupnya yang dapat dilakukan dengan
berulang-ulang. Individu yang diserang disebut mangsa.
b. Parasit
Parasitisme
adalah bentuk simbiosis dari dua individu yang satu tinggal, berlindung atau
maka di atau dari individu lainnya yang disebut inang, selama hidupnya atau
sebagian dari masa hidupnya. Bagi parasit, inang adalah habitatnya sedangkan
mangsa bagi predator bukan merupakan habitatnya, selainitu pada umumnya parasit
memerlukan suatu individu inang bagi pertumbuhannya, apakah dalam jangka waktu
sampai dewasa atau hanya sebagian dari stadia hidupnya, sedangkan predator
memerlukan beberapa mangsa selama hidupnya. Predator pada umumnya lebih aktif
dan mempunyai daur hidup yang lebih panjang, sedangkan parasit tidak banyak
bergerak, agak menetap dan cenderung memiliki daur hidup yang pendek. Demikian
pula ukuran tubuh predator lebih besar bila dibandingkan dengan mangsanya,
sedangkan parasit pada umumnya memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan inangnya.
IV.
Alata dan
Bahan
a.
Tabel Alat
No.
|
Alat
|
Keterangan
|
1.
|
Gunting
|
1 (satu buah)
|
2.
|
Botol Klis/Film
|
1 (satu buah)
|
3.
|
Lampu Petromak
|
1 (satu buah)
|
4.
|
Baskom/Ember
|
1 (satu buah)
|
5.
|
Loupe
|
1 (satu buah)
|
6.
|
Tali Rapia
|
Secukupnya
|
7.
|
Patok
|
1 (satu buah)
|
8.
|
Soil Tester
|
1 (satu buah)
|
9.
|
Termometer
|
1 (satu buah)
|
b.
Tabel Bahan
No.
|
Bahan
|
Keterangan
|
1.
|
Air
|
Secukupnya
|
V.
Prosedur
Kerja
1.
Memasang
lampu petromak besarta baskom yang berisi air pada tempat vegetasi rerumputan.
2.
Memasang
perangkap dilakukan pada pukul 18.00 WIB.
3.
Melakukan
pengamatan?pemantauan setiap 1 jam sekali, kemudian mengukur kelembapan tanah
(pH) menggunakan soil tester.
4.
Mengambil
hasil jebakan serangga pada pukul 19.00 WIB, 20.00 WIB, 21.00 WIB, 22.00 WIB,
dan 23.00 WIB, serta memasukan hasil kedalam plastik yang telah disediakan .
5.
Memasukkan
data ketabel pengamatan.
VI.
Hasil
Pengamatan
a.
Hasil Pengamatan Lokasi Pantai Pandaran
Awal Pemasangan Jebakan
No.
|
Waktu
|
Kelembapan
Tanah (pH)
|
Suhu
Tanah (oC)
|
1.
|
18.00 WIB
|
7
|
280C
|
Tabel Hasil Pengamatan
No
|
Waktu
|
Jenis
|
Jumlah
|
Karakteristik
|
pH
|
0C
|
||
1.
|
18.00 WIB – 19.00 WIB
|
Insekta:
|
7
|
7
|
280C
|
270C
|
||
Nyamuk
|
3 ekor
|
1.
Terdiri
dari kepala, dada, dan perut.
2.
Terdapat
sepasang mata majemuk, sepasang antena, sepasang palpi, dan sebuah probosis.
3.
Memiliki
sepasang sayap, dan dilengkapi dengan sisik.
4.
Sistem
pernapasan menggunakan trakea.
5.
Termasik
binatang berdarah dingin.
|
||||||
Semut
|
1 ekor
|
1.
Memiliki
antena.
2.
Kakinya
terdapat semacam cakar kecil.
|
||||||
Laron
|
1 ekor
|
1.
Mempunyai
dua sayap.
2.
Memiliki bentuk
perut yang besar.
|
||||||
2.
|
19.00 WIB – 20.00 WIB
|
Kumbang Tanduk
|
1 ekor
|
1.
Tubuh
terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, toraks, dan abdomen.
2.
Mempunyai
antena sepasang bersegmen.
3.
Mempunyai
tipe mulut pengunyah.
4.
Memiliki
sepasang sayap yang lembut.
|
7
|
7
|
270C
|
280C
|
Nyamuk
|
1 ekor
|
Sama seperti di atas
|
||||||
3.
|
20.00 WIB – 21.00 WIB
|
Belalang
|
1 ekor
|
1.
Memiliki 3
pasang kaki dan tubuhnya berbuku-buku.
2.
Memiliki
antena yang hampir selalu pendek dari tubuhnya dan juga memiliki evipositer
pendek.
3.
Memiliki
sayap
|
7
|
7
|
280C
|
240C
|
4.
|
21.00 WIB – 22.00 WIB
|
Nyamuk
|
1 ekor
|
Sama seperti diatas
|
7
|
7
|
240C
|
240C
|
Nyamuk
|
1 ekor
|
1.
Terbagi
atas 3 ruas utama (caput, torak, dan abdomen)
2.
Terdapat
kepala, mulut, antena, mata majemuk, dan mata tunggal.
3.
Abdomen
serangga beruas-ruas dengan embelan-embelan serta alat kelamin.
|
||||||
5.
|
22. 00 WIB – 23.00 WIB
|
Laron
|
2 ekor
|
Sama seperti diatas
|
7
|
7
|
240C
|
230C
|
Nyamuk
|
1 ekor
|
Sama seperti diatas
|
b.
Hasil Pengamatan Lokasi Sungai Bakau
Tabel Hasil Pengamatan
No
|
Waktu
|
Jenis
|
Jumlah
|
Karakteristik
|
pH
|
0C
|
||
1.
|
19.00 WIB – 20.00 WIB
|
Insekta:
|
6,8
|
6,8
|
290C
|
290C
|
||
Nyamuk
|
3 ekor
|
1.
Terdiri
dari kepala, dada, dan perut.
2.
Terdapat
sepasang mata majemuk, sepasang antena, sepasang palpi, dan sebuah probosis.
3.
Memiliki
sepasang sayap, dan dilengkapi dengan sisik.
4.
Sistem
pernapasan menggunakan trakea.
5.
Termasik
binatang berdarah dingin.
|
||||||
Laron
|
3 ekor
|
1.
Mempunyai
dua sayap.
2.
Memiliki
bentuk perut yang besar.
|
||||||
2.
|
20.00 WIB – 21.00 WIB
|
Nyamuk
|
2 ekor
|
Sama seperti diatas
|
6,9
|
6,9
|
290C
|
280C
|
Semut
|
2 ekor
|
1.
Memiliki
antena.
2.
Kakinya
terdapat semacam cakar kecil.
|
||||||
3.
|
21.00 WIB – 22.00 WIB
|
Nyamuk
|
2 ekor
|
Sama seperti di atas
|
7
|
7
|
280C
|
270C
|
Laron
|
2 ekor
|
Sama seperti di atas
|
||||||
Nyamuk
|
1 ekor
|
1.
Terbagi
atas 3 ruas utama (caput, torak, dan abdomen).
2.
Terdapat
kepala, mulut, antena, mata majemuk, dan mata tunggal.
3.
Abdomen
serangga beruas-ruas dengan embelan-embelan serta alat kelamin.
|
||||||
4.
|
22.00 WIB – 23.00 WIB
|
Nyamuk
|
2 ekor
|
Sama seperti diatas
|
7
|
7
|
270C
|
270C
|
VII.
Pembahasan
Pada praktikum tentang serangga malam yang dilakukan
pada tanggal 15 − 16 April 2014 di Pantai Pandaran dan Sungai Bakau, kami
mendapatkan hasil bahwa terdapat serangga dari berbagai spesies. Dan pada
praktikum dapat diketahui bagaimana tingkat keanekaragaman serangga di sekitar Pantai
Pandaran dan Sungai Bakau yang menjadi lokasi praktikum kami. Pada hasil
pengamatan untuk serangga malam, pada Pantai Pandaran didapatkan 5 spesies
serangga dan pada lokasi Pantai Sungai Bakau didapat 3 spesies dari beberapa
jenis kelas insekta yang biasa ditemukan. Untuk serangga malam didapatkan 4
spesies serangga dari beberapa jenis kelas insekta.
Pada pengamatan ini didapat serangga malam (nokturnal)
yaitu 7 spesies nyamuk, 3 spesies laron, dan 1 spesies kumbang malam / kumbang
tanduk (terdapat pada pengamatan di Pantai Pandaran). Pada Pantai Sungai Bakau
terdapat 9 spesies nyamuk, dan 5 spesies laron yang termasuk serangga malam.
Jumlah semut serangga dari semua pengamatan dari sungai bakau dan pantai
pandaran adalah 30 ekor dengan rincian pantai pandaran 13 ekor dan sungai bakau
17 ekor.
Dari pengamatan yang dilakukan didapat juga untuk
serangga yang sering di temukan atau aktif pada siang hari, spesies yang
pertama adalah semut, di temukannya semut pada bak jebakan pertama (pengecekan
jebakan) pada pukul 18.00-19.00 WIB (di Pantai Pandaran) jumlah semutnya yaitu 1 ekor dan semut juga
terdapat pada pengamatan di pantai Sungai Bakau juga menemukan semut pada
jebakan pada pengecekan jebakan kedua pada pukul 20.00-21.00 WIB jumlahnya
yaitu 2 ekor. Spesies kedua yaitu belalang yang hanya terdapat pada pengamatan
di Pantai Pandaran sebanyak 1 ekor sedangkan pada pengamatan di Pantai Sungai
Bakau tidak di temukan.
Perbedaan jenis hewan yang ditemukan pada setiap lokasi
menunjukkan bahwa insekta mempunyai banyak jenis. Perbedaan jenis hewan yang
ditemukan ada yang biasa aktif pada siang hari dan serangga malam (nokturnal)
pada pengamatan menunjukkan adanya pengaruh lingkungan terhadap aktifitas
setiap spesies. Pada indeks keanekaragaman terdapat perbedaan juga dimana pada
malam hari daerah pantai menunjukkan indeks keanekaragaman serangga dalam kata
gori sedang bahkan hampir tidak ada dan pada siang hari menunjukkan
keanekaragaman tinggi, ini diakibatakan oleh banyak faktor seperti tingkat
adaptasi suatu spesies terhadap lingkungan dan struktur tubuh yang dimiliki.
Serangga yang keluar pada malam hari umumnya bertujuan untuk kawin. Secara
alami, cahaya bulan adalah pedoman arah untuk bertemu dengan pasangan mereka.
Dengan jebakan yang kami buat menggunakan pencahayan dari lampu petromak, lampu
yang kami gunakan ini mengecoh serangga sehingga mereka tertarik kelampu yang
dibuat tidak lagi terbang menuju arah bulan melainkan hanya berputar-putar di
sekitar lampu tersebut. Dengan alasan ini juga mengapa bayak serangga pada
malam hari terdapat dirumah kita karena mereka terkecoh dengan cahaya lampu
yang ada dirumah sehingga mereka tidak lagi pergi menuju cahaya bulan dan malah
terjebak di rumah kita.
Adapun pembahasan ciri-ciri dan klasifikasi serangga
siang dan serangga malam yang telah didapatkan,yaitu :
a.
Semut
Klasifikasi
Ilmiah
Kerajaan:
|
Animalia
|
Filum:
|
Artropoda
|
Kelas:
|
Insekta
|
Ordo:
|
Hymenoptera
|
Upaordo:
|
Apokrita
|
Superfamili:
|
Vespoidea
|
Famili:
|
Formicidae
|
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari
keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama
dengan lebah dan tawon. Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan
perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni
dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per
koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu
semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung
kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan
koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
b.
Belalang
Klasifikasi
belalang
Kerajaan :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Upaordo :Caelifera
Family :Tridactyloidea
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo
Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya
panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun
sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya
berukuran lebih besar dari belalang jantan.
c.
Kumbang Tanduk
Klasifikasi
Ilmiah
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera
Family : Scarabaeidae
Sub Family: Dynastinae
Genus : Chalcosoma
Species : Chalcosoma atlas
Kumbang tanduk merupakan salah satu jenis kumbang terbesar di dunia dan
adalah hewan nokturnal (aktif di malam hari). Saat siang, mereka bersembunyi di
bawah batang pohon untuk menghindari predator. Secara proporsional, kumbang
tanduk adalah hewan terkuat di bumi. Mereka bisa mengangkat hingga 850 kali
berat badan mereka sendiri.
Hanya kumbang jantan yang memiliki tanduk. Ukuran tanduk merupakan
indikator kesehatan fisik kumbang jantan. Kumbang tanduk jantan menggunakan
tanduk mereka dalam pertarungan memperebutkan makanan dan daerah kekuasaan
untuk menarik perhatian betina. Lawan yang kalah tidak berusaha dikejar dan
tidak ada saling bunuh atau melukai. Tanduk juga dapat digunakan untuk menggali
tanah dan mengubur diri di dalam tanah, bersembunyi dari bahaya. Kumbang tanduk
memiliki sayap dan dapat digunakan untuk terbang. Yang kami temukan anak
kumbang tanduk yang betina.
VIII. Kesimpulan dan Sara
a.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan setelah
dianalis dan dibahas secara seksama dapat diambil kesimpulan :
·
Tingkat keanekaragan serangga pada malam hari di pantai Pandaran sangat
rendah,
·
Tingkat keanekaragan serangga pada malam di pantai Sungai Bakau sangat rendah,
·
Anggota insekta
yang dapat ditemukan disekitar kita misalnya lalat, kupu- kupu, laron,
jangkrik, semut, nyamuk dan belalang,
·
Anggota insekta
sangat beragam, tetapi memiliki cirri khusus,yaitu kakinya berjumlah enam
buah,sehingga disebut juga hexapoda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar