Pencarian

Selasa, 03 Juni 2014

Laporan Praktikum Pengetahuan Lingkungan "SERANGGA MALAM"

I.              Topik Praktikum

Serangga yang Aktif Pada Malam Hari (Serangga Malam)

II.           Tujuan Praktikum

1.             Untuk mengetahui cara menggunakan perangkap Light Trap,
2.             Untuk mengetahui serangga malam yang aktif pada malam hari.

III.        Dasar Teori

Sampai saat ini, lebih dari 1 juta spesies serangga yang mencakup serangga darat (sebagian besar), dan serangga yang hidup di air telah berhasil diidentifikasi, namun para  ahli yakin bahwa lebih banyak spesies masih menunggu giliran untuk diidentifikasi. Selanjutnya, kemelimpahan serangga mencapai 80 persen dari total kemelimpahan organisme di muka bumi. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa serangga adalah organisme yang mendomi nasi rantai dan jejaring makanan di hampir semua jenis ekosistem. Mereka mungkin menghuni jaringan tumbuhan sebagai herbivora, menghuni celah-celah sempit di antara bebatuan sebagai peliang, membangun kubah-kubah yang keras sebagai sarang komunitas mereka yang melimpah, menghuni perairan sebagai pakan maupun pemangsa organisme lain, menghuni rhizosfer tumbuhan sebagai pengurai bahan organik, dan di banyak tempat yang lain.
Kebanyakan spesies serangga bermanfaat bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru di temukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemempuan memakan jenis makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya.
Secara ekologis, serangga berperan sebagai komponen rantai makanan sebagai herbivora, karnivora, pengurai (detritivora), dan penyerbuk. Sementara itu, secara ekonomis, serangga dapat menjadi hama, musuh alami, atau vektor penyakit tanaman, binatang, dan manusia.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN SERANGGA
1.             Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi daya tahan serangga untuk dapat tetap hidup dan berkembang biak antara lain adalah :
a. Kemampuan berkembang biak
Kemampuan berkembang biak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak, keperidian dan fekunditas. Keperidian (natalitas) adalah besarnya kemampuan jenis serangga untuk melahirkan keturunan baru. Serangga umumnya memiliki keperidian yang cukup tinggi . Semakin kecil ukuran serangga, biasanya semakin besar keperidiannya. Sedangkan fekunditas (kesuburan) adalah kemampuan yang dimiliki oleh seekor betina untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan, maka lebih tinggi kemampuan berkembang biaknya. Kecepatan berkembang biak dari sejak terjadinya telur sampai menjadi dewasa yang siap berkembang biak, tergantung dari lamanya siklus hidup serangga. Serangga yang memiliki siklus hidupnya pendek, akan memiliki frekuensi bertelur yang lebih tinggi atau lebih sering dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki siklus hidup lebih lama.
b. Perbandingan kelamin
Perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga jantan dan betina yang diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda, misalnya antara jenis betina dan jenis jantan dari keturunan penggerek batang (Tryporyza) adalah dua berbanding satu, lebih banyak jenis betinanya. Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah betina lebih besar dari jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki perbandingan yang menunjukkan jumlah jantan yang lebih besar dari pada jumlah betina. Perbedaan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, diantaranya keadaan musim dan kepadatan populasi. Seandainya populasinya menjadi lebih padat, maka akan lahir jenis betina-betina yang bersayap, sehingga dapat menyebar dan berkembang biak di tempat-tempat yang baru. Pada musim panas, telur-telur betina hasil pembiakan secara parthenogenesis akan menghasilkan individu-individu jenis jantan maupun jenis betina, yang selanjutnya menghasilkan telur-telur yang dibuahi.
c. Sifat mempertahankan diri
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, serangga memiliki alat atau kemampuan untuk melindungi diri dari serangan musuhnya. Misalnya ulat melindungi diri dengan bulu atau selubungnya. Bebarapa spesies serangga dapat mengeluarkan racun atau bau untuk menghindari serangga musuhnya, atau memiliki alat penusuk untuk membunuh lawan atau mangsanya. Kebanyakan serangga akan berusaha menghindar atau meloloskan diri bila terganggu atau diserang musuhnya dengan cara terbang, lari, meloncat, berenang atau menyelam.
Beberapa perlindungan serangga untuk melawan musuhnya adalah : a) Kamuflase (penyamaran), digunakan serangga berbaur pada lingkungan mereka agar terhindar dari pendeteksian pemangsa, seperti menyerupai ranting atau daun tanaman, b) Taktik menakuti musuh, yaitu serangga tertentu mampu mengelabui musuh dengan cara meniru spesies serangga lain agar terhindar dari pemangsanya, yang dikenal dengan istilah serangga mimikri. Cara meniru serangga mimikri terhadap serangga lain, misalnya perilaku, ukuran tubuh, maupun bentuk pola warna, c) Pengeluaran senyawa kimia dan alat penusuk (penyengat) adalah kemampuan serangga mengeluarkan senyawa kimia beracun atau bau untuk menghindari serangan musuhnya. Terdapat alat penusuk pada serangga digunakan untuk menyengat atau membunuh lawan/ mangsanya.
d. Daur hidup
Daur hidup adalah waktu yang dibutuhkan semenjak terjadinya telur sampai serangga menjadi dewasa yang siap untuk berkembang biak. Daur hidup serangga umumnya pendek. Serangga yang memiliki daur hidup yang pendek, akan memiliki frekwensi bertelur yang lebih tinggi atau lebih sering, bila dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki daur hidup lebih lama.
e. Umur imago (serangga dewasa)
Pada umumnya imago dari seekor serangga berumur pendek, misalnya ngengat (imago) Tryporyza innotata berumur antara 4 – 14 hari. Umur imago yang lebih lama, misalnya kumbang betina Sitophilus oryzae umurnya dapat mencapai antara 3 – 5 bulan, sehingga akan mempunyai kesempatan untuk bertelur lebih sering.
2.             Faktor Luar
Faktor luar yang dapat mempengaruhi kehidupan serangga untuk bertahan hidup dan berkembang biak, yaitu :
Faktor fisis
a. Suhu / Temperatur
Setiap spesies serangga mempunyai jangkauan suhu masing-masing dimana ia dapat hidup, dan pada umunya jangkauan suhu yang efektif adalah suhu minimum. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk kehidupannya. Diluar kisaran suhu tersebut serangga dapat mengalami kematian. Efek ini terlihat pada proses fisiologis serangga, dimana pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi dan akan berkurang (menurun) pada suhu yang lain (Ross, et al., 1982;Krebs, 1985). Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah 15ºC (suhu minimum), 25ºC suhu optimum dan 45ºC (suhu maksimum). Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit.
b. Kelembaban Hujan
Air merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan bagi mahluk hidup termasuk serangga. Namun kebanyakan air, seperti banjir dan hujan lebat merupakan bahaya bagi kehidupan beberapa jenis serangga, termasuk juga berbagai jenis kupu-kupu yang sedang beterbangan, serta dapat menghanyutkan larva yang baru menetas. Umumnya serangga memperoleh air melalui makanan yang mengandung air. Secara langsung biasanya serangga tidak terpengaruh oleh curah hujan normal, namun hujan yang lebat secara fisik akan menekan populasi serangga. Curah hujan juga memberikan efek secara tidak langsung terhadap kelembaban suatu lahan, , kelembaban di udara, dan tersedianya tanaman sebagai makanan serangga. Seperti halnya suhu, serangga membutuhkan kelembaban tertentu/sesuai bagi perkembangannya. Pada umumnya serangga membutuhkan kelembaban tinggi bagi tubuhnya yang dapat diperoleh langsung melalui udara dan tanaman yang mengandung air.
c. Cahaya, Warna dan Bau
Cahaya adalah faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga, diantaranya lamanya hidup, cara bertelur, dan berubahnya arah terbang. Banyak jenis serangga yang memilki reaksi positif terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna, misalnya oleh warna kuning atau hijau. Beberapa jenis serangga diantaranya mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap suatu warna dan bau, misalnya terhadap warna-warna bunga. Akan tetapi ada juga yang tidak menyukai bau tertentu.
d. Angin
Angin dapat berpengaruh secara langsung terhadap kelembaban dan proses penguapan badan serangga dan juga berperan besar dalam penyebaran suatu serangga dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Baik memiliki ukuran sayap besar maupun yang kecil, dapat membawa beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer.
e. Makanan
Tersedianya makanan baik kualitas yang cocok maupun kualitas yang cukup bagi serangga, akan menyebabkan meningkatnya populasi serangga dengan cepat. Sebaliknya apabila keadaan kekurangan makanan, maka populasi serangga dapat menurun.
Faktor Hayati / Bologi
Faktor hayati atau faktor biologi berupa predator, parasit, potogen atau musuh-musuh alami bagi serangga.
a. Predator
Predator yaitu binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga lain. Istilah predatisme adalah suatu bentuk simbiosis dari dua individu yang salah satu diantara individu tersebut menyerang atau memakan individu lainnya satu atau lebih spesies, untuk kepentingan hidupnya yang dapat dilakukan dengan berulang-ulang. Individu yang diserang disebut mangsa.
b. Parasit
Parasitisme adalah bentuk simbiosis dari dua individu yang satu tinggal, berlindung atau maka di atau dari individu lainnya yang disebut inang, selama hidupnya atau sebagian dari masa hidupnya. Bagi parasit, inang adalah habitatnya sedangkan mangsa bagi predator bukan merupakan habitatnya, selainitu pada umumnya parasit memerlukan suatu individu inang bagi pertumbuhannya, apakah dalam jangka waktu sampai dewasa atau hanya sebagian dari stadia hidupnya, sedangkan predator memerlukan beberapa mangsa selama hidupnya. Predator pada umumnya lebih aktif dan mempunyai daur hidup yang lebih panjang, sedangkan parasit tidak banyak bergerak, agak menetap dan cenderung memiliki daur hidup yang pendek. Demikian pula ukuran tubuh predator lebih besar bila dibandingkan dengan mangsanya, sedangkan parasit pada umumnya memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan inangnya.


IV.        Alata dan Bahan

a.    Tabel Alat
No.
Alat
Keterangan
1.
Gunting
1 (satu buah)
2.
Botol Klis/Film
1 (satu buah)
3.
Lampu Petromak
1 (satu buah)
4.
Baskom/Ember
1 (satu buah)
5.
Loupe
1 (satu buah)
6.
Tali Rapia
Secukupnya
7.
Patok
1 (satu buah)
8.
Soil Tester
1 (satu buah)
9.
Termometer
1 (satu buah)


b.   Tabel Bahan
No.
Bahan
Keterangan
1.
Air
Secukupnya

 

V.           Prosedur Kerja

1.        Memasang lampu petromak besarta baskom yang berisi air pada tempat vegetasi rerumputan.
2.        Memasang perangkap dilakukan pada pukul 18.00 WIB.
3.        Melakukan pengamatan?pemantauan setiap 1 jam sekali, kemudian mengukur kelembapan tanah (pH) menggunakan soil tester.
4.        Mengambil hasil jebakan serangga pada pukul 19.00 WIB, 20.00 WIB, 21.00 WIB, 22.00 WIB, dan 23.00 WIB, serta memasukan hasil kedalam plastik yang telah disediakan .
5.        Memasukkan data ketabel pengamatan.

VI.        Hasil Pengamatan

a.      Hasil Pengamatan Lokasi Pantai Pandaran
Awal Pemasangan Jebakan
No.
Waktu
Kelembapan Tanah (pH)
Suhu Tanah (oC)
1.
18.00 WIB
7
280C

Tabel Hasil Pengamatan
No
Waktu
Jenis
Jumlah
Karakteristik
pH
0C
1.
18.00 WIB – 19.00 WIB
Insekta:


7
7
280C
270C
Nyamuk
3 ekor
1.      Terdiri dari kepala, dada, dan perut.
2.      Terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena, sepasang palpi, dan sebuah probosis.
3.      Memiliki sepasang sayap, dan dilengkapi dengan sisik.
4.      Sistem pernapasan menggunakan trakea.
5.      Termasik binatang berdarah dingin.
Semut
1 ekor
1.      Memiliki antena.
2.      Kakinya terdapat semacam cakar kecil.
Laron
1 ekor
1.      Mempunyai dua sayap.
2.      Memiliki bentuk perut yang besar.
2.



19.00 WIB – 20.00 WIB


Kumbang Tanduk
1 ekor
1.      Tubuh terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, toraks, dan abdomen.
2.      Mempunyai antena sepasang bersegmen.
3.      Mempunyai tipe mulut pengunyah.
4.      Memiliki sepasang sayap yang lembut.

7



7



270C



280C


Nyamuk
1 ekor
Sama seperti di atas
3.
20.00 WIB – 21.00 WIB
Belalang
1 ekor
1.      Memiliki 3 pasang kaki dan tubuhnya berbuku-buku.
2.      Memiliki antena yang hampir selalu pendek dari tubuhnya dan juga memiliki evipositer pendek.
3.      Memiliki sayap
7
7
280C
240C
4.
21.00 WIB – 22.00 WIB
Nyamuk
1 ekor
Sama seperti diatas
7
7
240C
240C
Nyamuk
1 ekor
1.      Terbagi atas 3 ruas utama (caput, torak, dan abdomen)
2.      Terdapat kepala, mulut, antena, mata majemuk, dan mata tunggal.
3.      Abdomen serangga beruas-ruas dengan embelan-embelan serta alat kelamin.
5.
22. 00 WIB – 23.00 WIB
Laron
2 ekor
Sama seperti diatas
7
7
240C
230C
Nyamuk
1 ekor
Sama seperti diatas



b.      Hasil Pengamatan Lokasi Sungai Bakau

Tabel Hasil Pengamatan
No
Waktu
Jenis
Jumlah
Karakteristik
pH
0C
1.
19.00 WIB – 20.00 WIB
Insekta:


6,8
6,8
290C
290C
Nyamuk
3 ekor
1.      Terdiri dari kepala, dada, dan perut.
2.      Terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena, sepasang palpi, dan sebuah probosis.
3.      Memiliki sepasang sayap, dan dilengkapi dengan sisik.
4.      Sistem pernapasan menggunakan trakea.
5.      Termasik binatang berdarah dingin.
Laron
3 ekor
1.      Mempunyai dua sayap.
2.      Memiliki bentuk perut yang besar.
2.



20.00 WIB – 21.00 WIB


Nyamuk
2 ekor
Sama seperti diatas

6,9



6,9



290C



280C


Semut
2 ekor
1.      Memiliki antena.
2.      Kakinya terdapat semacam cakar kecil.
3.
21.00 WIB – 22.00 WIB
Nyamuk
2 ekor
Sama seperti di atas
7
7
280C
270C
Laron
2 ekor
Sama seperti di atas
Nyamuk
1 ekor
1.      Terbagi atas 3 ruas utama (caput, torak, dan abdomen).
2.      Terdapat kepala, mulut, antena, mata majemuk, dan mata tunggal.
3.      Abdomen serangga beruas-ruas dengan embelan-embelan serta alat kelamin.
4.
22.00 WIB – 23.00 WIB
Nyamuk
2 ekor
Sama seperti diatas
7
7
270C
270C


VII.     Pembahasan

Pada praktikum tentang serangga malam yang dilakukan pada tanggal 15 − 16 April 2014 di Pantai Pandaran dan Sungai Bakau, kami mendapatkan hasil bahwa terdapat serangga dari berbagai spesies. Dan pada praktikum dapat diketahui bagaimana tingkat keanekaragaman serangga di sekitar Pantai Pandaran dan Sungai Bakau yang menjadi lokasi praktikum kami. Pada hasil pengamatan untuk serangga malam, pada Pantai Pandaran didapatkan 5 spesies serangga dan pada lokasi Pantai Sungai Bakau didapat 3 spesies dari beberapa jenis kelas insekta yang biasa ditemukan. Untuk serangga malam didapatkan 4 spesies serangga dari beberapa jenis kelas insekta.
Pada pengamatan ini didapat serangga malam (nokturnal) yaitu 7 spesies nyamuk, 3 spesies laron, dan 1 spesies kumbang malam / kumbang tanduk (terdapat pada pengamatan di Pantai Pandaran). Pada Pantai Sungai Bakau terdapat 9 spesies nyamuk, dan 5 spesies laron yang termasuk serangga malam. Jumlah semut serangga dari semua pengamatan dari sungai bakau dan pantai pandaran adalah 30 ekor dengan rincian pantai pandaran 13 ekor dan sungai bakau 17 ekor.
Dari pengamatan yang dilakukan didapat juga untuk serangga yang sering di temukan atau aktif pada siang hari, spesies yang pertama adalah semut, di temukannya semut pada bak jebakan pertama (pengecekan jebakan) pada pukul 18.00-19.00 WIB (di Pantai Pandaran)  jumlah semutnya yaitu 1 ekor dan semut juga terdapat pada pengamatan di pantai Sungai Bakau juga menemukan semut pada jebakan pada pengecekan jebakan kedua pada pukul 20.00-21.00 WIB jumlahnya yaitu 2 ekor. Spesies kedua yaitu belalang yang hanya terdapat pada pengamatan di Pantai Pandaran sebanyak 1 ekor sedangkan pada pengamatan di Pantai Sungai Bakau tidak di temukan.
Perbedaan jenis hewan yang ditemukan pada setiap lokasi menunjukkan bahwa insekta mempunyai banyak jenis. Perbedaan jenis hewan yang ditemukan ada yang biasa aktif pada siang hari dan serangga malam (nokturnal) pada pengamatan menunjukkan adanya pengaruh lingkungan terhadap aktifitas setiap spesies. Pada indeks keanekaragaman terdapat perbedaan juga dimana pada malam hari daerah pantai menunjukkan indeks keanekaragaman serangga dalam kata gori sedang bahkan hampir tidak ada dan pada siang hari menunjukkan keanekaragaman tinggi, ini diakibatakan oleh banyak faktor seperti tingkat adaptasi suatu spesies terhadap lingkungan dan struktur tubuh yang dimiliki.
Serangga yang keluar pada malam hari umumnya bertujuan untuk kawin. Secara alami, cahaya bulan adalah pedoman arah untuk bertemu dengan pasangan mereka. Dengan jebakan yang kami buat menggunakan pencahayan dari lampu petromak, lampu yang kami gunakan ini mengecoh serangga sehingga mereka tertarik kelampu yang dibuat tidak lagi terbang menuju arah bulan melainkan hanya berputar-putar di sekitar lampu tersebut. Dengan alasan ini juga mengapa bayak serangga pada malam hari terdapat dirumah kita karena mereka terkecoh dengan cahaya lampu yang ada dirumah sehingga mereka tidak lagi pergi menuju cahaya bulan dan malah terjebak di rumah kita.
Adapun pembahasan ciri-ciri dan klasifikasi serangga siang dan serangga malam yang telah didapatkan,yaitu :
a.             Semut
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Artropoda
Kelas:
Insekta
Ordo:
Hymenoptera
Upaordo:
Apokrita
Superfamili:
Vespoidea
Famili:
Formicidae

Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
b.             Belalang
Klasifikasi belalang
Kerajaan  :Animalia

Filum       :Arthropoda
Kelas        :Insecta
Upaordo  :Caelifera

Family      :Tridactyloidea
Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan.
c.              Kumbang Tanduk
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom    : Animalia
Phylum       : Arthropoda
Class          : Insecta
Order         : Coleoptera
Family        : Scarabaeidae
Sub Family: Dynastinae
Genus         : Chalcosoma
Species       : Chalcosoma atlas

Kumbang tanduk merupakan salah satu jenis kumbang terbesar di dunia dan adalah hewan nokturnal (aktif di malam hari). Saat siang, mereka bersembunyi di bawah batang pohon untuk menghindari predator. Secara proporsional, kumbang tanduk adalah hewan terkuat di bumi. Mereka bisa mengangkat hingga 850 kali berat badan mereka sendiri.
Hanya kumbang jantan yang memiliki tanduk. Ukuran tanduk merupakan indikator kesehatan fisik kumbang jantan. Kumbang tanduk jantan menggunakan tanduk mereka dalam pertarungan memperebutkan makanan dan daerah kekuasaan untuk menarik perhatian betina. Lawan yang kalah tidak berusaha dikejar dan tidak ada saling bunuh atau melukai. Tanduk juga dapat digunakan untuk menggali tanah dan mengubur diri di dalam tanah, bersembunyi dari bahaya. Kumbang tanduk memiliki sayap dan dapat digunakan untuk terbang. Yang kami temukan anak kumbang tanduk yang betina.


VIII.  Kesimpulan dan Sara


a.             Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan setelah dianalis dan dibahas secara seksama dapat diambil kesimpulan :
·           Tingkat keanekaragan serangga pada malam hari di pantai Pandaran sangat rendah,
·           Tingkat keanekaragan serangga pada malam di pantai Sungai Bakau sangat rendah,
·           Anggota insekta yang dapat ditemukan disekitar kita misalnya lalat, kupu- kupu, laron, jangkrik, semut, nyamuk dan belalang,
·           Anggota insekta sangat beragam, tetapi memiliki cirri khusus,yaitu kakinya berjumlah enam buah,sehingga disebut juga hexapoda.


Tidak ada komentar: