Pencarian

Senin, 02 Juni 2014

Laporan Praktikum Pengetahuan Lingkungan "PENCEMARAN LINGKUNGAN"

I.              Topik  Praktikum

Pencemaran Lingkungan.

I.              Tujuan Percobaan

Mengamati kadar toksisitas detejen terhadap ikan kapar.

II.          Dasar Teori

Dalam UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982, dijelaskan bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya semula.
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Suatu lingkungan dapat dikatakan tercemar jika di dalamnya terdapat bahan yang dapat menyebabkan perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi, ataupun biologis, sehingga akan menimbulkan gangguan pada organisme yang berada di dalam lingkungan tersebut. Setiap pencemaran yang berbeda tergantung pada konsentrasi pencemaran, waktu, dan lamanya antara pencemaran dengan lingkungan.
Sisa atau bahan buangan hasil berbagai kegiatan manusia tersebut ada yang yang di buang ke udara, ke permukaan tanah, dan ke wilayah-wilayah perairan. Karena itu, pencemaran dapat dibedakan menjadi pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air.
a.              Pencemara air
Manusia membutuhkan air untuk berbagai keperluan seperti minum, mencuci, memasak, bercocok tanam, dan lain-lain. Semakin bertambah jumlah manusia semakin besar pula kebutuhan akan iar. Pada sisi lain, keberadaan air dilihat dari jumlah dan kualitasnya semakin lama semakin menurun. Bahkan, banyak daerah perkotaan dan pedesaan yang terancam mengalami krisis air bersih.
Semua limbah tersebut masuk ke sungai atau danau dan air tanah. Akibatnya, air mengalami perubahan dari keadaan normalnya atau mengalami pencemaran. Dengan demikian, pencemaran air adalah pencemaran tubuh-tubuh air seperti danau, sungai, laut, dan airtanah disebabkan oleh kegiatan manusia yang dapat membahayakan organisme dan tumbuhan yang hidup pada tubuh-tubuh air tersebut. Bahan-bahan tambahan yang masuk ke dalam tubuh-tubuh air mengurangi kemampuan air untuk menyediakan oksigen bagi kebutuhan organisme yang hidup di air, sehingga sedikit atau bahkan tidak ada organisme yang mampu hidup di air yang tercemar.
Air yang sudah tercemar memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
1.             Adanya perubahan suhu air
Air biasanya digunakan sebagai pendingin untuk mesin-mesin di pabrik. Air pendingin ini akan menjadi hangat karena menyerap panas dari mesinmesin tersebut dan jika dibuang ke sungai, maka air sungai menjadi lebih hangat. Kondisi ini akan mengurangi kandungan oksigen dalam air yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan di air. Jika demikian yang terjadi, maka kehidupan tumbuhan dan hewan air akan terganggu, bahkan mati.
2.                  Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air
Air yang bersih dengan mudah dapat dilihat dari keadaan fisiknya, yaitu tidak berwarna, berbau dan berasa. Limbah dari industri dan sumber lainnya seringkali berupa bahan orgaik dan anorganik yang dapat larut dalam air. Karena itu, warna air berubah dengan adanya bahan-bahan pencemar tersebut.
3.             Adanya endapan dan bahan terlarut
Limbah industri dapat pula berupa limbah padat yang tidak larut dalam air. Limbah tersebut kemudian mengendap di dasar air atau melayang-layang di dalam air bersama-sama dengan bahan terlarut lainnya. Endapan dan bahan terlarut tersebut dapat menghalangi masuknya sinar matahari yang sangat diperlukan oleh mikroorganisme dalam air untuk melakukan fotosintesis.
4.             Adanya mikroorganisme
Mikroorganisme berperan alam menguraikan bahan-bahan pencemar yang dibuang ke dalam air. Jika bahan buangan bertambah banyak, maka mikroorganisme juga berkembangbiak untuk menambah jumlahnya. Diantara organisme-organisme tersebut dimungkinkan adanya mikroba patogen, yaitu mikroba pembawa penyakit.
b.             Pencemaran udara
Udara terdiri atas sejumlah unsur dengan susunan atau komposisi tertentu. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah Nitrogen (78,09 %), Oksigen (21,94 %), Argon (0,93 %), karbon dioksida (0,032 %), dan lain-lain. Jika ke dalam udara tersebut masuk atau dimasukkan zat asing yang berbeda dengan penyusun udara dalam keadaan normal tadi, maka dikatakan bahwa udara tersebut telah tercemar.
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya bahan-bahan atau zat-zat asing ke udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Zat-zat asing tersebut mengubah komposisi udara dari keadaan normalnya dan jika berlangsung lama akan mengganggu kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Bahan-bahan atau zat-zat yang mencemari udara, yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida (NOx), Belerang Oksida (SOx), Hidro Karbon (HC), Partikel (Partikulate) dan lain-lain.
c.              Pencemaran Daratan
Pencemaran daratan terjadi jika ada bahan-bahan asing, baik organik maupun anorganik, yang menyebabkan daratan rusak. Akibatnya, daratan tidak dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia. Padahal jika daratan tersebut tidak mengalami kerusakan kerusakan, maka dapat digunakan untuk mendukung kehidupan manusia seperti untuk pertanian, peternakan, kehutanan, permukiman dan lain-lain.
Berdasarkan subtratnya pencemaran dapat dibedakan atas pencemaran air, udara, dan tanah. Bahan-bahan tertentu seperti sampah rumah tangga, limbah industri, sisa pupuk, pestisida, algisida, herbisida, fungisida dan lain-lain dapat menyebabkan pencemaran air. Bahan pencemaran di udara dapat berbentuk gas ataupun pertikel. Bahan pencemaran berbentuk gas di antaranya CO, CO2, SOx, dan senyawa-senyawa hidrokarbon. Sedangkan yang berupa partikel adalah asap, debu, asbestos, partikel logam berat seperti Pb dan Cd.
Pencemaran lingkungan berasal dari berbagai sumber, baik yang berasal dari aktivitas atau proses alam maupun kegiatan manusia. Aktivitas atau proses alam diantaranya adalah letusan gunungapi yang mengeluarkan partikel-partikel debu yang mencemari udara. Walaupun alam menjadi sumber pencemar tetapi relatif jarang terjadi dan umumnya berdampak lokal dan sesaat. Pencemaran lingkungan yang utama justru dari berbagai kegiatan manusia seperti kegiatan rumah tangga dan perorangan, industri, pertanian, dan transportasi. Pencemaran tersebut berlangsung terus menerus dan dampaknya juga terus dirasakan, bahkan beberapa diantaranya berdampak luas atau global.



III.       Alat dan Bahan

a.    Tabel Alat
No.
Alat
Keterangan
1.
Neraca
1 (satu buah)
2.
Plastik Es
2 (dua buah)
3.
Buku/kertas
Seperlunya
4.
Pulpen
1 (satu buah)
5.
Stopwatch / HP
1 (satu buah)
6.
Gelas Piala
1 (satu buah)

b.   Tabel Bahan
No.
Bahan
Keterangan
1.
Ikan Kapar
2 (dua ekor)
2.
Air
Seperlunya
3.
Deterjen
20 gr, 40 gr, 60 gr, 80 gr, dan 100 gr

IV.        Prosedur Kerja

1.        Menimbang deterjen dengan konsentrasi 20 gr, 40 gr, 60 gr, 80 gr, dan 100 gr.
2.        Mengukur volume air sebanyak 500 ml.
3.        Memasukan deterjen dengan konsentrasi 20 gr ke dalam kantong plastik (plastik es).
4.        Menunangkan air sebanyak 500 ml ke dalam kantong plastik es yang berisi deterjen.
5.        Kemudian memasukan ikan kapar ke dalam kantok plastik es yangg telah berisi bahan deterjen dan air.
6.        Mengamati perilaku ikan selama 1 jam .
7.        Mencatat hasil pengamatan dalam bentuk tabel.


V.           Hasil Pengamatan

a.    Tabel Pengamatan
No.
Konsentrasi Deterjen
Waktu Ikan Kapar Bertahan Hidup
10 menit
20 menit
30 menit
40 menit
50 menit
60 menit
1.
0 gr
ü   
ü   
ü   
ü   
ü   
ü   
2.
20 gr
ü   
X
X
X
X
X
3.
40 gr
o   
X
X
X
X
X
4.
60 gr
o    
X
X
X
X
X
5.
80 gr
X
X
X
X
X
X
6.
100 gr
X
X
X
X
X
X

b.   Keterangan Tabel
ü  = Masih Hidup
o    = Lemah
X    = Telah Mati
a.         Konsetrasi deterjen 20 gram
Ikan pada menit 10 masih hidup dan mati pada menit ke 20.
b.        Konsentrasi deterjen 40 gram
Ikan mulai lemah pada menit ke 10 dan ikan mati pada menit ke 18.
c.         Konsentrasi deterjen 60 gram
Ikan mati dalam jangka waktu kurang dari 10 menit.
d.        Konsentrasi deterjen 80 gram
Ikan pada mati kurang dari 10 menit.
e.         Konsentrasi deterjen 100 gram
Pada menit pertama ikan masih hidup, menit ketiga tidak ada pergerakan, menit ke 5 mulai kejang-kejang, dan pada menit ke 10 ikan sudah tidak bergerak dan mati.


VI.        Pembahasan

Praktikum yang telah kami lakukan untuk mengetahui bagaimana daya toksisitas deterjen terhadap ekosistem air dengan sampel ikan kapar yang di masukan ke dalam air telah berisi deterjen dengan kadar/konsentrasi  yang berbeda-beda yaitu, 20 gram, 40 gram, 60, gram, 80 gram, dan 10 gram. Yang menimbulkan perubahan keadaan ikan kapar. Pada konsetrasi deterjen 20 gram Ikan pada menit 10 masih hidup dan mati pada menit ke 20, konsentrasi deterjen 40 gram ikan mulai lemah pada menit ke 10 dan ikan mati pada menit ke 18, konsentrasi deterjen 60 gram ikan mati dalam jangka waktu kurang dari 10 menit, konsentrasi deterjen 80 gram ikan pada mati kurang dari 10 menit, konsentrasi deterjen 100 gram pada menit pertama ikan masih hidup, menit ketiga tidak ada pergerakan, menit ke 5 mulai kejang-kejang, dan pada menit ke 10 ikan sudah tidak bergerak dan mati.
Sehingga dapat ditarik pembahasan dari maslah di atas sabagai barikut:
Deterjen adalah salah satu bahan pencuci yang sering digunakan baik dalam indusri maupun rumah tangga. Umumnya perkembangan industri deterjen sangat cepat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan industri ini disatu pihak mempunyai dampak positif yaitu, berupa penambahan penghasilan serta penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, tetapi dilain pihak juga membawa dampak negatif yang ditimbulkan oleh air buangan dari air limbah deterjen tersebut.
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan, yang bereaksi menjadikan air menjadi lebih basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dan gas (udara), padatan-padatan (debu) dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur minyak. Hal ini terjadi karena struktur “amphiphilic”, yang bersifat polar atau gugus ionik dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon yang tidak suka air.
Ikan dapat digunakan sebagai bioindikator karena mempunyai kemampuan merespon adanya bahan pencemar. Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi yang dimaksud antara lain adanya perubahan aktivitas pernafasan, aktivitas dan gerakan renang, warna tubuh ikan dan sebagainya.
Dari uraian di atas dapat ditarik pokok permasalahannya yang dapat menyebabakan ikan kapar mengalamai kematian yaitu, kematian ikan dapat disebabkan karena zat toksikan (deterjen) yang terserap kedalam tubuh ikan kapar berinteraksi dengan membran sel dan enzim, sehingga enzim tersebut bersifat immobil. Dengan demikian, kerja enzim terhambat atau terjadi transmisi selektif ion-ion melalui membran sel, penyebab lainnya adalah berkaitan dengan ketersediaan oksigen terlarut, dimana deterjen dengan kepekatan tinggi akan menghambaat masuknya oksigen dari udara ke dalam larutan air deterjen sehingga ikan kapar tersebut lama kelamaan kehabisan oksigen.
Perubahan tingkah laku ikan kapar yang semakin melemah setiap menitnya itu pun disebabkan oleh oksigen yang masuk ke dalam air terhambat oleh deterjen sehingga tidak dapat masuk dengan optimal. Pengambilan oksigen yang rendah oleh ikan kapar meyebabkan otot-otot kekurangan oksigen sehingga sulit untuk melanjutkan respirasi optimal sehingga membuat keadaan ikan kapar semakin lemah. Ada pun gerakan ikan kapar yang tidak beraturan kondisi ini menandakan ikan kapar berusaha mendapatkan oksigen dengan meperbanyak volume air yang melewati insang.
Kematian ikan kapar akibat deterjen disebabkan juga karena rusaknya dinding sel-sel darah putih, ikan yang kekurangan darah terutama darah putih akan menurunkan daya tahan ikan terhadap racun. Sehingga ikan yang keracunan deterjen akan cepat mengalami kematian. Di samping itu deterjen juga dapat mengganggu pertumbuhan ikan dan menyebabkan kerusakan organ reproduksinya.


VII.    Kesimpulan dan Saran

a.             Kesimpulan
Dari praktikum yang ketiga ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Toksisitas adalah sifat relatif toksikan berkaitan dengan potensinya menyebabkan efek negatif bagi mahkluk hidup, atau kemampuan zat menyebabkan efek negatif pada mahkluk hidup. Toksikan merupakan zat (berdiri sendiri atau dalam campuran zat, limbah, dan sebagainya) yang dapat menghasilkan efek negatif bagi semua atau sebagian dari tingkat organisasi biologis (populasi, individu, organ, jaringan, sel, biomolekul) dalam bentuk merusak struktur maupun fungsi biologis.
Deterjen adalah salah satu bahan pencuci yang sering digunakan baik dalam indusri maupun rumah tangga.
Kematian ikan kapar dalam persentasi lebih besar adalah kematian ikan kapar disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam air yang tercemar oleh deterjen, yang dapat menyebabkan kerusakan dinding sel-sel darah putih pada ikan kapar.

Tidak ada komentar: