I.
Topik
Praktikum
Ekosistem Hewan Pantai
II.
Tujuan
Praktikum
Untuk mengamati jumlah estimasi suatu hewan spesies tertentu yang ditemukan
pada ekosistem hewan pantai dengan luat area tertentu dengan sistem
inventarisasi dan metode survei.
III.
Dasar Teori
Ekosistem merupakan kesatuan alam yang sangat kompleks susunan dan
fungsinya. Ekositem yang tidak/belum dicampuri manusia disebut ekosisitem
alamiah, sedangkan yang sudah dikelola atau dibuat oleh manusia disebut
agroekosistem, seperti ladang, sawah, tegalan, kebun, empang dan sungai buatan.
Akuarium juga merupakan ekosistem buatan.
Ekosistem juga diartikan sebagai tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh
antara segenap komponen lingkungan hidup yang saling berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan tersebut ada dalam suatu keseimbangan
tertentu yang bersifat dinamis. Artinya, bisa terjadi perubahan, baik besar
maupun kecil, yang disebabkan oleh faktor alamiyah maupun akibat ulah manusia.
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai
berikut.
a.
Komponen
autotrof
(Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan). Autotrof adalah
organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan
organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b.
Komponen
heterotrof
(Heteros = berbeda, trophikos =
makanan). Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik
sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang
tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c.
Bahan
tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik
dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup
merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan
tempat hidup.
d.
Pengurai
(dekomposer)
Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan
bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks).
Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan
bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk
pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
Dalam lingkungan yang normal atau alami, antara komponen menjalani interaksi.
Interaksi tersebut terjadi antara komponen abiotik dan biotik maupun antara
komponen yang ada dalam kedua komponen tersebut.
Interkasi komponen abiotik dengan komponen biotik. Komponen biotik banyak
dipengaruhi oleh komponen abiotik. Tumbuhan sangat bergantung keberadaan dan
pertumbuhannya dari tanah, air, udara tempat hidupnya. Jenis tanaman tertentu
dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah tertentu. Sebaran tumbuhan juga
sangat dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Misalnya, di pantai tanaman kelapa
dapat tumbuh subur, tetapi tidak demikian di daerah pegunungan.
Sebaliknya
komponen abiotik juga dipengaruhi oleh komponen biotik. Keberadaan tumbuhan
mempengaruhi kondisi tanah, air, dan udara disekitarnya. Banyak tumbuhan
membuat tanah menjadi gembur dan dapat menyimpan air lebih banyak serta membuat
udara menjadi sejuk. Organisme lainnya seperti cacing juga mampu menggemburkan
tanah, menghancurkan samapah atau serasah daun, dan menjadi pengudaraan tanah
menjadi lebih baik, sehingga semua itu
dapat menyuburkan tanah.
Interkasi antar
komponen abiotik, didalam antarkomponen abiotik juga saling berinteraksi.
Proses pelapukan batuan dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Cuaca dan iklim juga
mempengaruhi keberadaan air di suatu wilayah. Suhu udara di suatu tempat, dalam
kadar tertentu, dipengaruhi oleh warna batuan keberadaan tubuh-tubuh air dan
sebagainya. Kandungan mineral dalam air juga dipengaruhi oleh batuan dan tanah
yang dilaluinya.
Interaksi antar
komponen biotik, antar komponen juga berinteraksi. Interaksi tersebut dapat terjadi
antar organisme, populasi maupun komonitas.
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan
ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan
ekosistem air Laut. Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari,
dan terumbu karang.
a.
Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan
suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di
bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka
daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air
dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan
sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung
balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah
permukaannya secara horizontal.
1.
Menurut
kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.
a.
Litoral,
merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b.
Neretik,
merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar
dalamnya ± 300 meter.
c.
Batial,
merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d.
Abisal,
merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).
2.
Menurut
wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin
ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a.
Epipelagik,
merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.
b.
Mesopelagik,
merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000 m. Hewannya
misalnya ikan hiu.
c.
Batiopelagik,
merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di
daerah ini misalnya gurita.
d.
Abisalpelagik,
merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan
tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e.
Hadal
pelagik, merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000 m.
Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan
cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan
karang tertentu.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel
yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi
beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif.
b.
Ekosistem
pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan
daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang
surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural
sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah
ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi
konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah
ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput
herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan
kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini
dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. Komunitas tumbuhan
berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai
berikut.
1.
Formasi
pes caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir
adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan
angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah
Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina.
Lebih kearah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius
(pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
2.
Formasi
baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia,
Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut
berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar
napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen.
Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai
penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau
antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut
tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera,
Acgicras, dan Cylocarpus.
c.
Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas
air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini
juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai
memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang,
dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang,
kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang
menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat
air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi
air, yaitu unggas air.
d.
Terumbu
karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus
yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini
disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya
matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi
oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium
karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun
substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik
lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang
dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi
gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
IV.
Alata dan
Bahan
a.
Tabel Alat
No.
|
Alat
|
Keterangan
|
1.
|
Buku Determinasi Hewan
|
1 (satu buah)
|
2.
|
Kamera
|
1 (satu buah)
|
3.
|
Toples Kaca Besar
|
3 (tiga buah)
|
4.
|
Termometer
|
1 (satu buah)
|
5.
|
Soil Tester
|
1 (satu buah)
|
6.
|
Alat Suntik
|
1 (satu buah)
|
7.
|
Kaos Tangan Karet
|
Sepasang
|
8.
|
Senter
|
1 orang satu
|
b.
Tabel Bahan
No.
|
Bahan
|
Keterangan
|
1.
|
Beberapa Hewan Pantai
|
Secukupnya
|
2.
|
Formalin
|
Secukupnya
|
3.
|
Alkohol
|
Secukupnya
|
4.
|
Aquades
|
Secukupnya
|
V.
Prosedur
Kerja
1.
Mengukur suhu
dan kelembapan pantai dengan menggunakan alat termometer dan soil tester.
2.
Menyusuri
pantai dengan alat batu penerangan.
3.
Meinventarisasi
semua hewan pantai yang di peroleh dan memasukannya kedalam toples kaca.
4.
Menghitung
jumlah hewan yang didapat setiap per spesies.
5.
Menyuntikan
hewan yang berdaging tebal dan besar dengan formalin yang telah dicampur alkhol
dan aquades.
6.
Memasukkan
kedalam toples kaca yang bersisi bahan awetan basah dengan perbandingan 1:3:10
yang terdiri dari formalin 95% sebanyak 10 ml, alkohol 95% sebanyak 30 ml, dan
aquades sebanyak 100 ml atau secukupnya sesuai kebeutuhan.
7.
Membawa semua
hewan yang diperoleh kelaboratorium biologi untuk diidentifikasi.
8.
Mengidentifikasi
hewan yang didapat dengan bantuan buku determinasi.
9.
Memasukkan
data yang diperoleh pada tabel pengamatan.
VI.
Hasil
Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
No.
|
Nama
Spesies
|
Jumlah
|
Karakteristik
|
1.
|
Kepiting
|
2 ekor
|
1.
Memiliki
kaki berjumlah 10 pasang.
2.
Memiliki
karapas ekor pendek.
3.
Mempunyai
sepasang capit.
4.
Perut
(abdomen) tersembunyi di bawah dada.
|
2.
|
Ubur-Ubur
|
1 ekor
|
1.
Tubuhnya
berbentuk payung berumbai.
2.
Memiliki
gastrovasikuer, oscuium, planula.
3.
Memiliki
tentakel.
4.
Ubur-ubur
merupakan invertebrata.
|
3.
|
Ikan Buntal
|
2 ekor
|
1.
Tubuhnya
dapat mengembung.
2.
Dapat
mengeluarkan duri tajam.
3.
Memiliki
racun.
|
4.
|
Ular Laut
|
1 ekor
|
1.
Tubuh
dikelilingi sisik, hewan tidak berkaki.
2.
Berukuran
panjang dan ramping.
3.
Berbisa.
4.
Tidak
agresif
5.
Berdarah
dingin
|
5.
|
Kerang
|
1 ekor
|
1.
Memiliki
cangkang dengan bentuk bulat kipas, simetris, warna dasarnya putih kemerahan.
2.
Bentuk
elips dan kedua sisi sama.
3.
Termasuk
hewan lunak
|
6.
|
Ikan Tembakul
|
3 ekor
|
1.
Merupakan
ikan ampibi.
2.
Ikan yang
aktif.
3.
Bernapas
melalui kulit.
|
7
|
Keong Pantai
|
3 ekor
|
1.
Memiliki
cangkang.
2.
Memiliki
fleksibilitas seperti pegas.
3.
Bagian
bawah perut berfungsi mirip insang.
4.
Matannya
berukuran kecil dan berbentuk silinder.
|
VII.
Gambar Hasil
Pengamatan
Tabel Gambar
No.
|
Nama
Hewan
|
Gambar
Hewan
|
Gambar
Pembanding
|
1.
|
Kepiting
|
![]() |
|
2.
|
Ubur-Ubur
|
![]() |
|
3.
|
Ikan Buntal
|
![]() |
|
4.
|
Ular Laut
|
![]() |
|
5.
|
Kerang
|
![]() |
|
6.
|
Ikan Tembakul
|
![]() |
|
7.
|
Keong Pantai
|
![]() |
VIII. Pembahasan
Lokasi pengamatan berada di lokasi perairan / pantai Ujung Pandaran
Kabupaten Kotawaringin Timur ( Sampit) Kalimantan Tengah. Pengamatan dilakukan
untuk melihat seberapa besar ekosistem pantai yang terdapat di Pantai Ujung
Pandaran. Waktu pengamatan pada bulan April 2014, proses pengamatan menghitung
waktu bulan purnama berlangsung yaitu pada tengah malam disaat bulan purnama
mencapai pada puncaknya (bulan purnama penuh). Keadaan lokasi pengamatan
memiliki ekosistem yang masih alami.
Pengamatan memperhatikan pasang surut air laut. Pasang dan surut air taut
dipengaruhi oleh gaya gravitasVgaya tank bulan dan matahari. Bulan yang lebih
dekat dengan bumi mempunyai pengaruh yang lebih besar pada pasang dan surutnya
air laut dibandingkan dengan pengaruh gravitasi matahari. Pasang dan surut
terbesar terjadi pada saat bulan baru dan bulan pumama karena pada saat itu,
matahari, bulan, dan bumi berada dalam bidang segaris.
Berdasarkan fase pasang surut terbesar di laut itu, pengamatan ini
dilakukan dengan melakukan penyusuran/penyisiran sepanjang pantai selama waktu
air laut pasang dengan memperhatikan dan menangkap hewan dan organisme hidup
yang keluar atau pun yang terdampar pada saat terjadinya pasang air laut.
Ekosistem pantai sangat dipengaruhi oleh siklus harian arus yang pasang dan surut. Dengan
demikina, flora dan fauna yang bisa bertahan di pantai adalah mereka yang bisa
beradaptasi dengan cara melekat ke substrat keras agar tidak terhempas
gelombang. Wilayah paling atas dari ekosistem pantai adalah titik yang hanya
terkena air pada saat pasang naik tinggi. Area ini didiami beberapa jenis
moluska, ganggang, kerang, dan beberapa jenis burung pantai. Sementara itu,
titik tengah pantai terendam jika pasang tinggi juga pasang rendah. Tempat ini
didiami beberapa organisme semisal anemone laut, remis, siput, ganggang,
porifera dan masih banyak lagi lainnya. Sementara itu wilayah terdalam dari
ekosistem pantai dihuni oleh beragam jenis mahluk invertebrate juga ikan dan
berbagai jenis rumput laut.
Hasil pengamatan yang di peroleh yaitu:
1.
Kepiting
Kepiting merupakan fauna yang habitat dan penyebarannya terdapat di air
tawar, payau dan laut. Sebagian besar kepiting merupakan fauna yang aktif
mencari makan di malam hari (nocturnal).
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Arthropoda
Sub Phylum :
Crustacea
Class :
Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Family :
Ocypodidae
Genus :
Uca
Spesies :
Uca sp
Konsentrasi/aktifitas maksimum kepiting terjadi pada malam hari pada saat
air pasang. Kebanyakan kepiting menyisiri pantai, memanjat akar mangrove dan
pohon untuk mencari makan. Pada saat siang hari, waktu pasang terendah
kebanyakan kepiting tinggal di dalam lubang untuk berlindung dari serangan
burung dan predator lainnya.
2.
Ubur-Ubur
Ubur-ubur hanya berhabitat di perairan dangkal dan dalam di laut.
Adapun
klasifikasi dari Ubur-ubur (Aurelia aurita) adalah sebagai berikut
:
Kingdom : Animalia
Filum : Cnidaria
Class : Scyphozoa
Famili : Aureliae
Genus : Aurelia
Spesies : Aurelia aurita
Ubur-ubur hidup di perairan yang jernih yang mengandung partikel-pertikel
organik, plankton atau hewan-hewan kecil.
3.
Ikan Buntal
Ikan Buntal adalah predator malam hari, biasanya bersembunyi di celah-celah
karang di siang hari dan baru akan berakasi mencari makan pada malam hari. Gigi
yang menyatu bersama menjadi satu kesatuan, menciptakan mulut yang kuat dan
dapat meretakan kulit kerang siput, landak laut, dan kepiting yang merupakan
makanan utama ikan buntal.
Klasifiasi Ilmiah Ikan Buntal
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Tetraodontiformes
Famili : Tetraodontidae
Genus : Diodon Holoc
Penyebaran ikan ini adalah di perairan tropis
seluruh dunia.
4.
Ular Laut
Ular laut umumnya hidup terbatas
di laut-laut tropis, utamanya di Samudra India dan sebelah barat Samudra Pasifik. Salah
satu jenis ular laut, yaitu ular
perut kuning (Pelamis platurus) ruang
hidupnya bahkan mencapai bagian timur Samudra Pasifik. Sedangkan ular zaitun (Aipysurus
laevis) lebih banyak hidup di karang-karang.
5.
Kerang
Kerang adalah hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak (moluska).
Makanan kerang adalah plankton, dengan cara menyaring. Kerang sendiri merupakan
mangsa bagi cumi-cumi dan hiu.
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Class : Bivalvia
Ordo : Lamelia
branciata
Family : Palecypoda
Genus : Pretoda Martensis
6.
Ikan Tembakul
Periothalamus sp. atau yang
biasa disebut ikan glodok adalah jenis ikan yang bisa merangkak naik ke darat atau bertengger
pada akar-akar pohon bakau. Karena kemampuan inilah ikan glodok disebut juga
ikan tembakul. Ikan ini hidup di zona pasang surut di lumpur pantai yang ada
pohon-pohon bakaunya. Klasifikasi dari ikan glodok adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Gobiidae
Subfamili : Oxudercinae
Genus : Periothalamus
Spesies : Periothalamus
sp
7.
Keong pantai
Kelomang berhabitat di Pantai Tropis dan subtropics
dan di pantai yang tidak tercemar. Kelomang sendiri memang sudah ada di
Indonesia sendiri. Mereka juga menyukai tempat basah dan lembap dan merupakan
hewan nocturnal. kelomang termasuk pemakan segala (omnivora).
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Anomura
Family : Coenobitadae
Genus :
Coenobita cavipes
Berdasarkan biota laut dan hewan pantai yang di
temukan dapat dikatakan bahwa keadan ekosistem pantai dan laut pada pantai
Ujung Pandaran Sampit Kota Waringin Timur masik dalam kondisi yang masih stabil
atau masih alami belum mengalami kerusakan ekosistem berarti. Ini ditandakan
dengan masih bisa di jumpai dengan mudah hewan dan tumbuhan tingkat rendah yang
memiliki tekanan osmosis sel yang kira-kira sama dengan tekanan osmosis air
laut.
Keberadaan unsur abiotik dan biotiknya pada
pantai yang membentuk rangkaian yang saling berhubungan yang merangkai atara
sistem kehidupan terbesar dan yang terkecil. Rangkaian hubungan ini masih dapat
di jumpai pada ekosistem pantai di Ujung Pandaran ini, serta keragaman hewan
yang di jumpai di ekosistem ini deperti yang di cantumkan pada hasil pengamatan
yang terdiri dari hewan yang tergolong kedalam hewan tingkat rendah dan hewan
tingkat tinggi. Keberadaan hewan dan tumbuhan (biotik) yang beragam serta
komponen abiotik yang terdapat dalam ekosistem pantai Ujung Pandaran
menunjukkan masih terpenuhinya komponen dalam ekosisitem pantai yang alami atau
ekosistem pantai yang masih terjaga dan memungkinkan terjadinya aliran energi.
IX.
Kesimpulan
dan Saran
A.
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan praktikum yang kelima ( 5 ) ini dapat ditaarik
kesimpulan adalah
Ekosistem pantai tak lain adalah sebuah kesatuan di alam dimana semua komponen
baik itu abiotik maupun biotik saling berinteraksi dan memungkinkan terjadinya
aliran energi.
Ekosistem pantai yang terdapat di pantai Ujung Pandaran Sampit Kota
Waringin Timur masih tergolong kedalam ekosistem yang alami dan terjaga karena keberadaan unsur abiotik dan biotiknya pada
pantai yang membentuk rangkaian yang saling berhubungan yang merangkai atara
sistem kehidupan terbesar dan yang terkecil dan masih memungkinkan terjadinya aliran energi. Pantai
Ujung Pandaran dalam siklus pasang surunya masih terjaga.
Pasang dan surut air taut dipengaruhi oleh gaya gravitasVgaya tank bulan
dan matahari. Bulan yang lebih dekat dengan bumi mempunyai pengaruh yang lebih
besar pada pasang dan surutnya air laut dibandingkan dengan pengaruh gravitasi
matahari. Pasang dan surut terbesar terjadi pada saat bulan baru dan bulan
pumama karena pada saat itu, matahari, bulan, dan bumi berada dalam bidang
segaris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar