Pencarian

Rabu, 17 Juni 2015

Makalah Filsafat Ilmu (Aksiologi dalam Penggunaan Ilmu)

BAB I


PENDAHULUAN 

A.    Latar Belakang

Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai bentuk.
            Dalam kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika.
            Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya menimbulkan bencana.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian aksiologi?
2.      Apa dasar dari aksiologi ilmu?
3.      Bagaimanakah perkembangan metode ilmu?
4.      Bagaimanakah evolusi ilmu dan konsep ilmu filsafat?

C.    Tujuan

1.      Dapat mengetahui pengertian aksiologi.
2.      Dapat mengetahui dasar dari aksiologi ilmu.
3.      Dapat menjelaskan perkembangan metode ilmu.
4.      Dapat menjelaskan evolusi ilmu dan konsep ilmu filsafat.

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Aksiologi

Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”. Sedangkan arti aksiologi yang terdapat didalam bukunya Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yakni ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik. Dalam Encyclopedia of Filosofi dijelaskan, aksiologi disamakan dengan Value and Valuation.
Dari definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.[1]
Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini, ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau manusia.[2]
a.       Nilai etika
Membicarakan pengertian etika tidak akan pernah terlepas dari sejarah kemunculannya yang dimulai dari periode klasik, akan tetapi berdasarkan naskah-naskah kuno yang ditemukan dan diterjemahkan ternyata karya-karya pemikiran Yunani klasik jauh lebih dulu ditulis. Itu diketahui berdasarkan konteks mata rantai sejarah ketika bangsa Arab menaklukan sebuah wilayah, bahasa asli Negara tersebut tidak dihilangkan perjalan sejarah tersebut sampai pada suatu kesimpulan bahwa etika berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan, dalam istilah lain para ahli dalam bidang etika menyebutkan dengan moral. Etika merupakan salah satu teori yang dibicarakan ketika membahas teori tentang nilai dan ilmu kesusilaan yang membahas perbuatan baik dan melakukan kebenaran. Sedangkan moral adalah bentuk pelaksanaannya dalam kehidupan. Perkembangan etika tidak lepas dari substansinya bahwa etika merupakan suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan dan tingkah laku manusia, mana yang dinili baik dan buruk. Istilah lain dari etika adalah moral, susila, budi pekerti atau akhlak. Etika dalam bahasa Arab disebut Akhlaq, merupakan jamak dari kata khuluq yang berarti adat kebiasaan, perangai, tabiat, watak, adab dan agama.[3]
      Adapun Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya ulum ad-Din menyebutkan “ suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak membutuhkan kepada pikiran”.[4]
b.      Teori estetika
Penilaian baik dan buruk kerap dikaitkan dengan tingkah laku dan moral atau tindakan manusia, sedangkan nilai indah dan tak indah cenderung diarahkan ke dalam segala hal yang berkaitan dengan seni. Estetika berusaha untuk menemukan nilai indah secara umum yang kemudian dalam perkembangannya bermunculan beberapa teori yang berkaitan dengan estetika.
      Estetika berasal dari bahasa Yunani “aisthetika” pertama kali digunakan oleh filsuf Alexander Gotlieb Baumgarten pada 1735 yang diartikan sebagai ilmu tentang hal yang biasa diarasakan lewat perasaan.[5]
      Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan seni. Secara sederhana diartikan estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk dan bagaimana seseorang bisa merasakan estetika sebagai sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentiment dan rasa.
Menurut Plato, keindahan adalah realitas yang sebenarnya dan tidak pernah berubah-ubah. Bagi Plotinus keindahan itu merupakan pancaran akal ilahi. Bila yang hakikat (Ilahi), ia menyatakan dirinya atau memancarkan sinar atau dalam realitas penuh, maka itulah keindahan.[6] Kant dalam studi ilmiah psikologi tentang estetika menyatakan, akal itu memiliki indera ketiga atas piker dan kemauan yaitu indera rasa yang memiliki kekhususan, kesenangan estetika.[7]

B.  Dasar aksiologi ilmu

Kegunaan ilmu adalah menghasilkan pengetahuan yang dapat digunakan untuk tujuan antara lain :
·                           Membuktikan kebenaran (truth).
·                   Menemukan pengetahuan (knowledge).
·                         Memperoleh suatu pemahaman fenomena (understanding, comprehention, insight).
·                   Memberikan penjelasan (explanation).
·                   Melakukan pengendalian (control).
·                        Melakukan penerapan (application, invention, production).
Ilmu dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai kebenaran atau memperoleh pengetahuan. ilmu telah memberi kemudahan manusia dalam mengendalikan kekuatan alam. Ilmu adalah netral, tidak mengenal sifat baik dan buruk. Manusia yang menjadi penentu untuk apa ilmu digunakan.
Landasan aksiologi ilmu adalah analisis tentang penerapan hasil temuan ilmu (ilmu pengetahuan). penerapan ilmu untuk memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keluhuran hidupnya.

C.  Perkembangan Metode Ilmu

a.      Tahap perkembangan ilmu
Ilmu dapat ditinjau dari sekumpulan pengetahuan ilmiah, dan sekumpulan aktivitas ilmiah, dan/atau metode ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah. Berikut ini merupakan perkembangan untuk mendapatkan pengetahuan, dimulai dari yang tidak ilmiah menjadi metode ilmiah.[8]

1)      Common sense (akal sehat)
·         Berakar pada adat dan tradisi menjadi kebiasaan dan pengulangan (landasan kurang kuat).
·         Cenderung kabur dan samar-samar.
·         Pengetahuan tidak teruji, karena kesimpulan biasanya ditarik dengan asumsi yang tidak diuji dulu.
·         Didukung metode trial and error serta pengalaman.
2)      Seni 
           Applied art yang mempunyai kegunaan langsung pada kehidupan badaniah dan Fine art yang dapat memperkaya kegunaan spiritual. Sifat seni adalah deskriptif dan fenomenologis serta ruang lingkupnya terbatas. Oleh karena itu seni mencoba memberi makna sepenuhnya terhadap suatu objek. Komunikasi merupakan inti dari seni.
3)    Rasionalisme 
        Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berfikir rasionalisme, yaitu berpikir dari yang sifatnya universal, kemudian mencoba melakukan kesimpulan pada fenomena yang sifatnya spesifik.
4)      Empirisme
·         Jumlah observasi harus besar.
·         Observasi harus diulang-ulang pada variasi kondisi yang luas.
5)      Falsifikasionisme 
      Namun suatu fakta/fenomena baru dapat menolak teori yang sudah ada atau menggagalkan teori yang sudah ada. Kondisi ini dikenal dengan sebutan falsifikasi.
6)      Relativisme 
       Pada relativisme, teori dikatakan baik harus dinilai relative dari segi standar yang diterima oleh masyarakat, sedangkan standar itu secara tipikal akan berlainan sesuai dengan kultur dan historis masyarakat masing-masing.
7)      Pragmatis 
      John Dewey menyatakan bahwa tidak perlu mempersoalkan kebenaran suatu pengetahuan, melainkan sejauh mana kita dapat memecahkan persoalan yang timbul dalam masyarakat.
8)      Filsafat Ilmu 
     Filsafat meletakkan dasar-dasar suatu pengetahuan. landasan berpikir filsafat menggunakan metode analisis dan sintesis. Analisis pengetahuan yang dihasilakn dari berpikir rasionalisme dan empirisme, kemudian dilakukan suatu sintesis baru merupakan kajian Filsafat Ilmu.

D.    Evolusi Ilmu

 Sebuah metode ilmiah bergantung pada pengamatan yang objektif dalam mendifinisikan subjek yang diteliti, memperoleh informasi tentang perilakunya dan didalam perobaannya. Pengamatan melibatkan aktivitas persepsi, juga proses kognitif, artinya pengamatan tidak pasif, tetapi secara aktif melibatkan aktivitas untuk membedakan objek yang diamati dengan lingkungannya. Pengamatan empiris dapat mengacu pada hipotesa dalam sebuah teori.
Setiap ilmu dapat mengalami evolusi, bisa berubah menjadi ilmu baru, berkembang dan bahkan hilang dengan berjalannya waktu. [9]

E.     Konsep Ilmu

1.      Ilmu Sebagai Aktivitas
Ilmu merupakan aktivitas pemikiran manusia (rasional dan logika) atau proses riset yang digunakan untuk tujuan tertentu. Riset adalah istilah umum untuk penelitian, dalam kaitannya dengan ilmu penegtahuan dan teknologi, maka riset atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematik untuk mencari kebenaran yang belum diketahui melalui metode ilmiah.
2.      Ilmu Sebagai Metode Ilmiah
Berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. prosedur dalam mendapatkan pengetahuan mengikuti alur berpikir yang dikenal sebagai metode ilmiah. Metode ilmiah adalah merupakan ekpresi mengenai cara berpikir. Metode ilmiah adalah prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik (terpola). Logika, matematika, statistika dalam kajian filsafat ilmu merupakan sarana ilmu.
a.    Definisi Metode Ilmiah
The Liang Gie mendefinisikan : metode ilmiah adalah prosedur yang dipergunakan oleh ilmuwan dalam pencarian sistematik terhadap pengetahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan yang telah ada. Proses dan langkah yang dengan itu ilmu memperoleh pengetahuan. metode ilmiah dibangun oleh pola procedural, tata langkah, teknik dan peranti alat ukur.
Suriasumantri J.S. Metode ilmiah merupakan prosedur (langkah sistematik) dalam mendapatkan penegtahuan yang disebut ilmu pengetahuan. metode ilmiah merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah yang sistematis.
b.      Ragam Proposisi 
Adalah pernyataan yang berupa kalimat, bisa lebih terdiri dari dari satu kalimat yang kebenarannya sudah diuji.[10]
1.      Asas ilmiah
Asas ilmiah atau prinsip adalah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati dan menjadi pedoman dalam melakukan tindakan. Contoh : Etika Kedokteran, Etika Keperawatan, gizi seimbang, efisiensi ekonomi (menghasilkan hasil yang maksimal dengan penggunaan sumber daya yang tertentu atau menggunakan sumber daya yang minimal).
2.      Kaidah ilmiah
Kaidah ilmiah atau hukum, adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan hubungan tertib yang dapat diperiksa kebenarannya diantara fenomena, sehingga berlaku untuk berbagai fenomena sejenisnya.
Contoh : hukum penawaran dan permintaan. Suhu panas meningkat diikuti pernapasan yang meningkat pula.
3.      Teori ilmiah
Teori ilmiah adalah sekumpula proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk member penjelasan mengenai sebuah objek, fenomena secara utuh dan menyeluruh. Contoh Teori Kinerja, Teori pencemaran.
c.       Ciri Pokok Ilmu
Ilmu penegtahuan adalah hasil (output) dari aktivitas riset dan logika ilmu dengan metode ilmiah. Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu, seni dan agama. Pengetahuan dikumpulkan dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia dan untuk digunakan dalam menawarkan berbagai kemudahan kepadanya. Pengetahuan ilmiah atas ilmu dapat diibaratkan sebagai alat bagi manusia dalammemecahkan berbagai masalah atau persoalan yang dihadapinya.[11]
Ciri Pokok Pengetahuan Ilmiah : 
·         Empiris : hasil yang diperoleh berdasarkan fakta actual yang bisa ditangkap oleh indera (observasi, percobaan). 
·         Sistematik : pengetahuan yang telah tersusun ada hubungan ketergantungan dan teratur dengan pengetahuan sebelumnya (proposisi).
·         Objektif dan universal : apa yang diketahui sesuai dengan apa adanya, tanpa ada unsur keinginan dan kecenderungan subjektif dari penelaahnya. Apa yang berlaku disatu Negara juga berlaku dinegara lain.
·         Analisis : penegtahuan dapat diuraikan secara rinci kedalam bagian dapat dipelajari sifat, hubungan dan peranannya.
·         -oleh ilmu yang lain, dapat diteliti kembali kebenarannya, bisa diuji ulang.
·         Dapat dikomunikasikan (communicable), dan diterima umum.

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Aksiologi yaitu teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Nilai etika yati teori yang membahas tentang perbuatan baik dan melakukan kebenaran. Estetika yaitu nilai keindahan yang biasa dirasakan lewat perasaan. Dasar aksiologi Ilmu yaitu menghasilkan pengetahuan yang dapat digunakan untuk tujuan antara lain membuktikan kebenaran, menemukan pengetahuan, dan memberikan penjelasan. Tahap perkembangan ilmu yaitu akal sehat, seni, rasionalisme, empirisme, falsifikasionisme, relativisme, pragmatis dan filsafat ilmu. Konsep ilmu dapat digunakan sebagai aktifitas dan sebagai metode ilmiah. Adapun ciri pokok pengetahuan ilmiah atas ilmu yaitu empiris, sistematik, objektif dan universal, analisis, dan dapat dikomunikasikan.

B.  Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

DAFTAR PUSTAKA


Ahmad, Tafsir. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya.
Amsal, Bachtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Dedi Supriyadi. 2010. Pengantar Filsafat Islam Teori dan Praktik. Bandung : CV Pustaka Setia.
Muhammad Alfian. 2010. Filsafat Etika Islam. Bandung : Pustaka Setia.
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Stefanus Supriyanto. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.


[1] Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A.2013. filsafat Ilmu. Jakarta:Rajawali Pers. Hal 162.
[2] Drs. Surajiyo. 2007. Filsafat ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta :Bumi Aksara. Hal 152.
[3] Muhammad Alfian, Filsafat Etika Islam, (Bandung:Pustaka Setia, 2010) h.17.
[4] Ibid
[5] Estethika-wikipedia bahasa Indonesia. Ensklopediabebas.idWikipedia.org/wiki/estethika. Diakses Minggu, 1 Juni 2014.
[6] Dedi Supriyadi. Pengantar Filsafat Islam Teori dan Praktik. (Bandung:CV Pustaka Setia 2010) h.93.
[7] Ibid.
[8] Prof. Dr,dr. Stefanus Supriyanti. Filsafat Ilmu. Jakarta:Prestasi Pustakaraya. 2013. Hal. 52.
[9] Prof. Dr,dr. Stefanus Supriyanto. Filsafat Ilmu. Jakarta:Prestasi Pustakaraya. 2013. Hal. 53.
[10] Prof.Dr,dr. Stefanus Supriyanto. Filsafat Ilmu. Jakarta:Prestasi Pustakaraya. 2013. Hal. 54.
[11] Prof.dr.Stefanus Supriyanto. Filsafat ilmu. Jakarta:Prestasi Pustakaraya. 2013. Hal 55.

Komentar yang membangun sangat dinantikan

Tidak ada komentar: