Pencarian

Selasa, 16 Juni 2015

Makalah Filsafat Ilmu (Epistemologi Mistik)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di akhir abad ke-16 Rene Descartes menjadi tokoh pionir dalam lahirnya aliran rasionalisme. Rasionalisme memandang budi atau rasio sebagai sumber dan pangkal dari segala pengertian dan pengetahuan. Dan budilah yang memegang tampuk pimpinan dalam segala bentuk “mengerti”. Aliran rasionalisme berpendapat bahwa manusia sejak lahir telah dikaruniai idea oleh Tuhan yang dinamakan idea innatae (ide bawaan)[1].
Sebenarnya aliran yang pertama ada adalah aliran empirisme, alirann empirisme ditokohi oleh ilmuan abad ke-13 Francis Bacon. Aliran ini mengatakan bahwa bukanlah budi yang menjadi sumber dan pangkal pengetahuan, melainkan idera atau pengalaman. Aliran ini memandang bahwa filsafat tidak ada gunanya bagi hidup. Sedangkan yan berguna adalah ilmu yang diperoleh melalui indera, dan pengetahuan inilah yang pasti benar. Kaum empirisme mengatakan bahwa ketika lahir jiwa manusia putih bersih tidak ada bekal dari siapapun[2].
Disamping aliran empirisme dan rasionalisme masih ada aliran yang lainnya yaitu intuisionisme. Intuisi merupakan pengetahuan yang di dapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diprediksi. Namun bagi Maslom intuisi merupakan pengalaman puncak[3]. Intuisi inilah yang menjadi pengetahuan mistik.
Aliran yang selanjutnya adalah positivisme. Aliran ini digawangi oleh ilmuan Auguste Comte, aliran inilah yang menjadi cikal bakal lahirya ilmu pengetahuan. Positivisme merupakan suatu ajaran yang membatasi  pengetahuan terhadap fakta dan pengalaman, dan menolak memulai spekulasi terhadap sifat-sifat pokok suatu benda.
 Dengan kata lain, suatu faham yang meyatakan bahwa spekulasi harus diganti dengan pengujian dan pengalaman sistematis[4].
Manusia adalah makhluk berpikir, berpikir adalah bertanya, bertanya adalah mencari jawaban, dan mencari jawaban adalah mencari kebenaran tentang sesuatu hal. Mencari jawaban tentang bagaimana pengetahuan mistik diperoleh? Objek empiris dapat diketahui oleh sain, objek abstrak-rasional dapat diketahui oleh filsafat, sisanya yaitu yang abstrak-supra-rasional/natural diketahui denga apa?jawabannya yaitu dengan mistik.
Manusia ingin tahu. Ia ingin tahu apa rasa tebu, kemudia dicicipi dan tahulah tebu rasanya manis. Ini adalah pengetahuan empiris dan inilah pengetahuan sain. Manusia ingin tahu, mengapa air tebu rasanya manis.ia berpikir dan berfilsafat dalam artian sebagai aktivitas berpikir murni atau suatu kegiatan (akal manusia) dalam usaha untuk mengerti secara mendalam segala sesuatunya. Dari hasil berpikirnya tersebut ia temukan bahwa tebu manis karena ada hukum yang mengatur sehingga tebu selalu manis. Ini merupakan pengetahuan rasional. Inilah pengetahuan filsafat. Manusia ingin tahu juga siapa yang membuat hukum yang mengatur tebu selalu manis? Kemudia ia temukan bahwa yang membuat tebu selalu manis adalah Tuhan. Ini masih pengetahuan filsafat. Manusia juga ada yang ingin tahu Tuhan itu siapa dan seperti apa. Ini adalah objek abstrak-supra-rasional. Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah pengetahuan mistik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari epistimologi dan mistik?
2.      Apa saja objek pengetahuan mistik?
3.      Bagaimana cara memperoleh pengetahuan mistik?
4.      Bagaimana ukuran kebenaran mutlak?
C.    Tujuan Masalah
1.      Dapat menjelaskan definisi dari epistimologi dan mistik.
2.      Dapat menyebutkan apa saja objek yang dikaji dalam pengetahuan mistik.
3.      Dapat mengetahui cara memperoleh pengetahuan mistik.
4.      Dapat mengetahui ukuran kebenaran yang mutlak.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Epistimologi dan Mistik
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah anlisis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Epistimologi adalah ilmu yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan[5]. Objek material epistemology adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakekat pengetahuan, persoalan lain yang dkaji dalam epistemology diantaranya yaitu asal usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan pengetahuan dengan keniscayaan, dan hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran.  
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia mistik mempunyai arti yaitu subsistem yang ada dihampir semua agama dan system religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan, tasawuf dan suluk serta hal ghaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia biasa.
Menurut asal katanya mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinning), tersembunyi (verborgen), gelap (donker), atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld).
Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional, ini pengertian yang umum. Adapun pengertian mistik dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan ajaran atau keyakinan tentang Tuhan yang di peroleh melalui meditasi atau spiritual, bebas dari ketergantungan indera dan rasio[6].
Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat di pahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat di pahami rasio. Di dalam islam, yang termasuk pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang di peroleh melalui jalan tasawuf atau pengetahuan mistik yang memang tidak di peroleh melalui indera atau jalan rasio. Pengetahuan mistik juga disebut pengetahuan yang supra-rasional tetapi kadang-kadang memiliki bukti empiris.
Pengetahuan mistik juga sering disebut dengan pengetahuan metafisika yang artinya cabang filsafat yang membicarakan ‘hal-hal yang berada di belakang gejala-gejala yang nyata’. Metafisika itu sendiri berasala dari kata ‘meta’ dan ‘fisika’. Meta berarti ‘sesudah’,’selain’,atau ‘di balik’. Fisika yang berarti ‘nyata’, atau ‘alam fisik’. Dengan kata lain bisa disebut juga ‘sesudah,’di balik yang nyata’.
Menurut Asmoro Achmadi metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan sesuatu yang bersifat “keluarbiasaan” ( beyond nature ), yang berada di luar pengalaman manusia (immediate experience). Menurut Ahmadi , metafisika mengkaji sesuatu yang berada di luar hal-hal yang berlaku pada umumnya (keluarbiasaan ), atau hal-hal yang tidak alami, serta hal-hal yang berada di luar kebiasaan atau diluar pengalaman manusia.
Berdasarkan arti tersebut mistik sebagai sebuah  paham mistik atau mistisisme, merupakan yang memberikan ajaran yang serba mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap, atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui, atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali bagi penganutnya.
Pengetahuan mistik ialah pengetahuan yang diperoleh tidak melalui indera dan bukan melalui rasio. Pengetahuan ini diperoleh melalui rasa, melalui hati sebagai alat merasa. Kalau indera dan rasio adalah alat mengetahui yang dimiliki manusia, maka rasa atau hati juga adalah alat mengetahui. Manusia laksana radio penerima. Siaran empirisme ia terima dan dipahami dengan menggunaka alat indera, siaran yang tidak empiris tetapi rasional, ia terima dan dipahami melalui akal rasional yang bekerja secara logis. Siaran-siaran yang amat rendah frekuensinya, sehingga bukan saja indera tidak mampu menangkapnya, akal rasionalpun tidak mampu menagkapnya, hanya dapat di tangkap dengan rasa.

B.     Objek Pengetahuan Mistik
Yang menjadi objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak-supra-rasional, seperti  Tuhan (yang sama sekali diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa), malaikat, surga, neraka, jin, setan, dan lain-lain. Termasuk objek yang hanya dapat diketahui melalui pengetahuan mistik ialah objek-objek yang tidak dapat dipahami oleh rasio (secara logis), yaitu objek-objek supra-natural (supra-rasional) seperti kebal (ilmu kekebalan), debus, pellet, penggunann jin dan santet.
Anda percaya bahwa debus itu benar-benar ada dan terjadi? Kata anda “percaya”. Mengertikah anda bagaimana itu terjadi? Tidak, anda tidak mengerti bila anda menggunakan rasio, sebab kekebalan itu tidak rasional. anda dapat memahaminya melalui pengetahuan mistik, yaitu jalan supra-rasional.

C.    Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
Bagaimana memperolah pengetahuan mistik? Diatas sudah dikatakan bahwa  mistik itu tidak di peroleh melalui indera dan tidak juga dengan akal rasional. pengetahuan mistik diperoleh melalui rasa, Immanuel Kant mengatakan itu melalui moral, ada yang mengatakan melalui intuition (daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikikan atau dipelajari;bisikan atau gerakan hati), ada juga yang mengatakan melalui insight (wawasan, pengetahuan, pengertian). Al-Ghazali mengatakan melalui dhamir, atau qalbu.
Anda ingin tahu bagaimana hakekat Tuhan? Atau sebagian dari hakekat-Nya? Kata kaum sufi, anda harus menghilangkan sebanyak mungkin unsure nasut pada diri anda dan memperbesar unsure lahut. Unsure nasut ialah unsure jasmani, sedangkan unsure lahut adalah unsure rohani atau sifat-sifat Illahiyah. Bila kita tidak lagi terlalu banyak dipengaruhi unsure nasut, maka unsure lahut akan berkomunikasi dengan Tuhan, yang Tuhan itu semuanya lahut.
Kaum sufi kerapkali mengaku bahwa mereka telah mnembus dunia extra dimensi, dunia transedental yang ghaib, yang eksistensinyasangat berbeda secara diametral dengan relaitas alam materi. Akan tetapi pengalaman mistik tersebut sering kali diklaim sangat bersifat subjektif-spekulatif, sehingga hakikat pengalaman mistik dianggap tidak memiliki basis objektif ontologisnya. Sebenarnya pengalaman mistik merupakan pengalaman real manusia, sebagaimana pengalaman ibdrawi, mental maupun rasional. Dan bahkan setiap pengalaman hidup manusia, tentu memiliki aspek subjektif dan objektifnya.
Untuk menghilangkan atau mengurangi unsure nasut itu manusia harus membersihkan rohaninya, membersihkan dari nafsu-nafsu jasmaniah. Ia harus memperkuat rohaninya. Rohaninya akan sensitive atau peka. Caranya antara lain sperti yang diajarkan oleh kaum sufi.  Thariqat dalam hal ini adalah cara dalam membersihkan diri. Thariqat dalam hal ini merupakan epistimologi untuk memperoleh pengetahuan mistik.
Pada umumnya cara memperoleh pengetahuan mistik adalah latihan yang disebut juga riyadhah. Dari riyadhah itu menusia memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf disebut ma’rifah.
Pengetahuan mistik yang lain, seperti ilmu kekebalan tubuh, bagaimana cara memperolehnya? Sama saja dengan yang di atas tadi yaitu latihan. Umumnya latihan itu adalah latihan batin. Pellet dan santet di peroleh juga dengan metode yang sama. Dapatlah disimpulkan sekalipun kasar bahwa epistimologi pengetahuan mistik ialah pelatihan batin.
Dalam intuisi mistis dikenal dengan pengetahuan transcendent (sangat penting) yaitu sebuah jagat metafisis melampaui kesadaran individual, namun bisa dikomunikasikan secara langsung kepada individu, tanpa perantara personal (empiris apapun). Kebenaran-kebenaran dikomunikasikan secara sukarela  oleh kekuasaan yang lebih tinggi yang bicara melalui individu. Jadi indvidu menjadi saluran-saluran kebenaran semacam itu bisa diragukan, karena mereka mengandung arti penting adanya kontak langsung dengan jagat intisari yang tak bisa dalam cara apapun diraih melalui proses-proses subjektif yang biasa.
Intuisi mistis, sebagaimana diterapkan pada anggapan-anggapan mengenai kebenaran transenden. Orang lain langsung tahu seketika, dan ia bisa tahu tanpa ragu sedikitpun. Namun, apa yang diketahuinya sama sekali tidak terbukti (dalam kaitan bahwa ia mencerminkan sekedar kesadaran gamblang yang tiba-tiba tentang makna inhren dalam pengalaman yang murni yang bersifat personal).
Penalaran dipandang sebagai pendekatan terhadap pengetahuan transenden atau pengetahuan metafisis yang pada intinya merupakan sebuah pendekatan “rasionalis” terhadap nalar dan karenanya  cukup berbeda dari apa yang kita pandang sebagai “nalar sebagai penerapan logika” yang lebih merupakan cirri sudut pandang empiric dalam filosofi yang memuat keyakinan bahwa cara terbaik terbaik untuk menemukan makna yang terbuat dalam keberadaan adalah melalui perenungan dan analisis logis. Dalam proses ini, individu membedakan hal-hal yang sudah pasti secara metafisis (yang terbukti dengan sendirinya) dengan hal-hal yang hanya munkin saja (harus dibuktikan). Dan ia mengembangkan sebuah system keyakinan-keyakinan umum yang utuh dan tertata dengan memakai rujukan logis berdasarkan pembedaan tadi.
Angggapan filosof-filosof metafisis bahwa kebenran secara tidak langsung dapat diraih dan dimengerti lewat penalaran adalah anggapan yang controversial karena berbagai alas an, tapi secara umum jalur penalaran yang fundamental akan tertangkap dalam tiga gagasan berikut ini:
1.      Manusia sebuah gagasan yang rasional, menemukan kebanyakan jawaban yang rasional yang tak terhindarkan lagi bersifat meyakinkan
2.      Jawaban-jawaban yang paling rasional adalah jawaban-jawaban yang paling logis dan paling tertata/koheren dalam ranah hal-hal tersebut , umpamanya kehendak bebas, keberadaan sosok Tuhan yang personal, dan  semacam itu yang sudah diketahui sebagai benar dengan dasar terbukti dengan sendirinya
3.      Karena itu, kebenaran dapat diakseskan secara langsung melalui penalaran karena:
a.     Hal-hal tertentu sudah benar dengan sendirinya sejak awal, dan mewakili pengetahuan imanen (adalah pengetahuan yang ada lebih dulu dari jenis pengetahuan personal apapun, dan karenanya mandiri serta lepas dari tindakan persobal apapundalam hal mengetahui) ataupun pengetahuan transenden.
b.      Rujukan-rujukan rasional didasarkan pada keyakinan-keyakinan yang terbukti dengan sendirinya tadi, tak bisa ditawar-tawarkan lagi akan menuntun ke arah kesimpulan-kesimpulan menyeluruh tertentu  yang menolak keraguan apapun[7].

D.    Ukuran Kebenaran Mutlak
Kebenaran sains diukur dengan rasio dan bukti empiris. Bila teori sains rasional dan ada bukti empiris, maka teori itu benar. Ukuran kebenran pengetahuan filsafat adalah logis. Bila toeri filsafat logis, berarti teori itu benar. Logis berarti masuk akal, logis dalam filsafat dapat berarti rasional atau supra-natural.
Kebenaran pengetahuan mistik diukur dengan berbagai ukuran. Bila pengetahuan mistik itu berasal dari Tuhan, maka ukurannya ialah teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Tatkala Tuhan dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa surga neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti  bahwa pernyataan itu benar. Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaaan. Kepercayaan adalah anggapan atau sikap mental bahwa sesuat itu benar,  atau sesuatu yang diakui sebagai kebenaran.  Jadi, sesuatu dianggap benar karena kita mempercayainya. Kita percaya bahwa jin dapat disuruh melakukan suatu pekerjaan. Ya, kepercayaan kita itulah ukuran kebenarannya. Ada kalanya kebenaran suatu teori dalam pengetahuan mistik di ukur dengan bukti empiris atau biasanya disebut dengan empirisme (aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio, dan jiwa manusia). Dalam hal ini bukti empiris itulah ukuran kebenarannya.  Kebal adalah sejenis pengetahuan mistik. Kebenarannya dapat diukur dengan kenyataan empiris misalnya seseorang memperlihatkan dihadapan orang banyak bahwa  ia tidak mempan di tusuk jarum.
Satu-satunya tanda pengetahuan disebut pengetahuan (bersifat) mistik adalah kita dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat yang ada didalam suatu kejadian mistik. Dalam contok kebal, kita tidak dapat menjelaskan secara rasional mengapa jarum tidak mampu menembus kulit orang kebal. Jadi, yang bersifat mistik itu ialah “mengapa”  nya. Akan lebih merepotkan kita memahami suatu teori itu jika tidak memiliki bukti empiris. Sulit diterima karena secara rasional tidak terbukti dan bukti empiris pun tidak ada.
Dalam hal kebenaran-kebenaran yang besar dan mutlak, manusia secara epistimologis (menurut filosofi ilmu engetahuan) tidaklah sempurna, dan karenanya tak mampu menalar keraguan yang beralasan (reasonable doubt). Sesungguhnya kebenaran-kenbenran mutlak itu tidak hanya ada, melainkan ada diatas dasar intuitif (tapi tidak nampak), mereka mutlak dan tidak meragukan lantaran mereka tidak relatif, tidak tergantung kepada “diketahui” atau “dibuktikan” dalam ranah hal-hal lain yang sudah dialami. Dalam arti tersebut mereka “benar” bukan atas dasar pembuktian (pengalaman personal) melainkan benar karena terbukti dengan sendirinya (bukti itu sendiri terkandung dalam kebenran itu sendiri). Gagasan-gagasan semacam itu tidak bisa dibuktikan dalam arti yang biasa, karena untuk menjadi “benar karena adanya bukti” berarti menjadi relatif, tergantung terbukti atau tidaknya.jadi, untuk tahu lebih dahulu sebelum ada buktinya, sebagai syarat untuk menjadi bukti bagi seluruh bukti selanjutnya, adalah sesuatu yang dituntut dan tak bisa di hindari bagi segala jenis “objektivitas filosofis yang tertinggi “.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
·         Epistimologi adalah ilmu yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan.
·         Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat di pahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat di pahami rasio.
·         Yang menjadi objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak-supra-rasional, seperti  Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin, setan, dan lain-lain.
·         Immanuel Kant mengatakan cara memperoleh pengetahuan mistik yaitu melalui moral, ada juga pendapatan lain yang mengatakan melalui intuition (daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikikan atau dipelajari;bisikan atau gerakan hati), serta ada juga yang mengatakan melalui insight (wawasan, pengetahuan, pengertian). Al-Ghazali mengatakan melalui dhamir, atau qalbu.
·         Bila pengetahuan mistik itu berasal dari Tuhan, maka ukurannya ialah teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Tatkala Tuhan dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa surga neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti  bahwa pernyataan itu benar.
·         Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaaan. Jadi, sesuatu dianggap benar karena kita mempercayainya.

B.     Saran
Kepada seluruh pembaca yang budiman diharapkan agar dapat memberikan kritik dan sarannya demi tercapainya kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya, oleh sebab itu saran dan kritik yang anda berikan sangatlah membantu penulis dalam membuat makalah yang lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA
            A.S Hornby,1957. A Leaner’s Dictionary of Curennt English. Hlm 828
O’neil, William, 2008. Ideologi-Ideologi Pendidikan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Sudarsono, 2001. Ilmu Filsafat. Jakarta:PT.Rineka Cipta
Tafsir,Ahmad,2009.Filsafat Ilmu.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya
Dr.Zaprulkhan,M.Si.,2012. Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
Hesthifajri.blogspot.com/2013/08/Epistimologi.html (Sunday, 08.03 p.m)

[1] Suparlan Suhartono, Dasar-Dasar Filsafat
[2] Ibid
[3] Jujun Suriasumantri,Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer
[4]Kamaru1Zaman, Kamus Ilmiah Serapan
[5] Hesthifajri.blogspot.com/2013/08/Epistimologi.html(Sunday, 08.03 PM)
[6] A.S Hornby,1957. A Leaner’s Dictionary of Curennt English. Hlm 828
[7] O’neil, William F.2008. Ideologi-Ideologi Pendidikan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar


Komentar yang membangun sangat dinantikan

Tidak ada komentar: