BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di akhir abad ke-16 Rene Descartes
menjadi tokoh pionir dalam lahirnya aliran rasionalisme. Rasionalisme memandang
budi atau rasio sebagai sumber dan pangkal dari segala pengertian dan
pengetahuan. Dan budilah yang memegang tampuk pimpinan dalam segala bentuk
“mengerti”. Aliran rasionalisme berpendapat bahwa manusia sejak lahir telah
dikaruniai idea oleh Tuhan yang
dinamakan idea innatae (ide bawaan)[1].
Sebenarnya aliran yang pertama ada adalah
aliran empirisme, alirann empirisme ditokohi oleh ilmuan abad ke-13 Francis
Bacon. Aliran ini mengatakan bahwa bukanlah budi yang menjadi sumber dan
pangkal pengetahuan, melainkan idera atau pengalaman. Aliran ini memandang
bahwa filsafat tidak ada gunanya bagi hidup. Sedangkan yan berguna adalah ilmu
yang diperoleh melalui indera, dan pengetahuan inilah yang pasti benar. Kaum
empirisme mengatakan bahwa ketika lahir jiwa manusia putih bersih tidak ada
bekal dari siapapun[2].
Disamping aliran empirisme dan rasionalisme
masih ada aliran yang lainnya yaitu intuisionisme. Intuisi merupakan
pengetahuan yang di dapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi
bersifat personal dan tidak bisa diprediksi. Namun bagi Maslom intuisi
merupakan pengalaman puncak[3].
Intuisi inilah yang menjadi pengetahuan mistik.
Aliran yang selanjutnya adalah
positivisme. Aliran ini digawangi oleh ilmuan Auguste Comte, aliran inilah yang
menjadi cikal bakal lahirya ilmu pengetahuan. Positivisme merupakan suatu
ajaran yang membatasi pengetahuan
terhadap fakta dan pengalaman, dan menolak memulai spekulasi terhadap
sifat-sifat pokok suatu benda.
Dengan kata lain, suatu faham yang meyatakan
bahwa spekulasi harus diganti dengan pengujian dan pengalaman sistematis[4].
Manusia adalah makhluk berpikir, berpikir
adalah bertanya, bertanya adalah mencari jawaban, dan mencari jawaban adalah
mencari kebenaran tentang sesuatu hal. Mencari jawaban tentang bagaimana
pengetahuan mistik diperoleh? Objek empiris dapat diketahui oleh sain, objek
abstrak-rasional dapat diketahui oleh filsafat, sisanya yaitu yang
abstrak-supra-rasional/natural diketahui denga apa?jawabannya yaitu dengan
mistik.
Manusia ingin tahu. Ia ingin tahu apa
rasa tebu, kemudia dicicipi dan tahulah tebu rasanya manis. Ini adalah
pengetahuan empiris dan inilah pengetahuan sain. Manusia ingin tahu, mengapa
air tebu rasanya manis.ia berpikir dan berfilsafat dalam artian sebagai
aktivitas berpikir murni atau suatu kegiatan (akal manusia) dalam usaha untuk
mengerti secara mendalam segala sesuatunya. Dari hasil berpikirnya tersebut ia
temukan bahwa tebu manis karena ada hukum yang mengatur sehingga tebu selalu
manis. Ini merupakan pengetahuan rasional. Inilah pengetahuan filsafat. Manusia
ingin tahu juga siapa yang membuat hukum yang mengatur tebu selalu manis? Kemudia
ia temukan bahwa yang membuat tebu selalu manis adalah Tuhan. Ini masih
pengetahuan filsafat. Manusia juga ada yang ingin tahu Tuhan itu siapa dan
seperti apa. Ini adalah objek abstrak-supra-rasional. Jawaban terhadap
pertanyaan ini adalah pengetahuan mistik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari
epistimologi dan
mistik?
2.
Apa saja objek pengetahuan mistik?
3.
Bagaimana cara memperoleh pengetahuan mistik?
4.
Bagaimana ukuran kebenaran mutlak?
C.
Tujuan Masalah
1.
Dapat menjelaskan definisi dari epistimologi dan mistik.
2.
Dapat menyebutkan apa saja objek yang dikaji dalam
pengetahuan mistik.
3.
Dapat mengetahui cara memperoleh pengetahuan mistik.
4.
Dapat mengetahui ukuran kebenaran yang mutlak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Epistimologi dan Mistik
Epistemologi atau teori pengetahuan
adalah anlisis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Epistimologi adalah ilmu
yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara
manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan[5].
Objek material epistemology adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya
adalah hakekat pengetahuan, persoalan lain yang dkaji dalam epistemology
diantaranya yaitu asal usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam
pengetahuan, hubungan pengetahuan dengan keniscayaan, dan hubungan antara
pengetahuan dengan kebenaran.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia mistik
mempunyai arti yaitu subsistem yang ada dihampir semua agama dan system religi
untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan,
tasawuf dan suluk serta hal ghaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia
biasa.
Menurut asal katanya mistik berasal dari
bahasa Yunani mystikos yang artinya
rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinning), tersembunyi (verborgen), gelap (donker), atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld).
Mistik adalah pengetahuan yang tidak
rasional, ini pengertian yang umum. Adapun pengertian mistik dikaitkan dengan
agama ialah pengetahuan ajaran atau keyakinan tentang Tuhan yang di peroleh
melalui meditasi atau spiritual, bebas dari ketergantungan indera dan rasio[6].
Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat
di pahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat di
pahami rasio. Di dalam islam, yang termasuk pengetahuan mistik adalah
pengetahuan yang di peroleh melalui jalan tasawuf atau pengetahuan mistik yang
memang tidak di peroleh melalui indera atau jalan rasio. Pengetahuan mistik
juga disebut pengetahuan yang supra-rasional tetapi kadang-kadang memiliki
bukti empiris.
Pengetahuan mistik juga sering disebut dengan
pengetahuan metafisika yang artinya cabang filsafat yang membicarakan ‘hal-hal
yang berada di belakang gejala-gejala yang nyata’. Metafisika itu sendiri
berasala dari kata ‘meta’ dan ‘fisika’. Meta berarti ‘sesudah’,’selain’,atau
‘di balik’. Fisika yang berarti ‘nyata’, atau ‘alam fisik’.
Dengan kata lain bisa disebut juga ‘sesudah,’di balik yang nyata’.
Menurut Asmoro Achmadi metafisika merupakan cabang
filsafat yang membicarakan sesuatu yang bersifat “keluarbiasaan” ( beyond
nature ), yang berada di luar pengalaman manusia (immediate experience).
Menurut Ahmadi , metafisika mengkaji sesuatu yang berada di luar hal-hal yang
berlaku pada umumnya (keluarbiasaan ), atau hal-hal yang
tidak alami, serta hal-hal yang berada di luar kebiasaan atau diluar pengalaman
manusia.
Berdasarkan arti tersebut mistik sebagai sebuah paham mistik atau mistisisme, merupakan yang
memberikan ajaran yang serba mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau
ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap, atau terselubung dalam kekelaman)
sehingga hanya dikenal, diketahui, atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja,
terutama sekali bagi penganutnya.
Pengetahuan mistik ialah pengetahuan yang
diperoleh tidak melalui indera dan bukan melalui rasio. Pengetahuan ini
diperoleh melalui rasa, melalui hati sebagai alat merasa. Kalau indera dan
rasio adalah alat mengetahui yang dimiliki manusia, maka rasa atau hati juga
adalah alat mengetahui. Manusia laksana radio penerima. Siaran empirisme ia
terima dan dipahami dengan menggunaka alat indera, siaran yang tidak empiris
tetapi rasional, ia terima dan dipahami melalui akal rasional yang bekerja secara
logis. Siaran-siaran yang amat rendah frekuensinya, sehingga bukan saja indera
tidak mampu menangkapnya, akal rasionalpun tidak mampu menagkapnya, hanya dapat
di tangkap dengan rasa.
B.
Objek Pengetahuan Mistik
Yang menjadi objek pengetahuan mistik ialah
objek yang abstrak-supra-rasional, seperti
Tuhan (yang sama sekali
diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa),
malaikat, surga, neraka, jin, setan, dan lain-lain. Termasuk objek yang hanya
dapat diketahui melalui pengetahuan mistik ialah objek-objek yang tidak dapat
dipahami oleh rasio (secara logis), yaitu objek-objek supra-natural
(supra-rasional) seperti kebal (ilmu
kekebalan), debus, pellet, penggunann jin dan santet.
Anda percaya bahwa debus itu benar-benar
ada dan terjadi? Kata anda “percaya”. Mengertikah anda bagaimana itu terjadi?
Tidak, anda tidak mengerti bila anda menggunakan rasio, sebab kekebalan itu
tidak rasional. anda dapat memahaminya melalui pengetahuan mistik, yaitu jalan
supra-rasional.
C.
Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
Bagaimana memperolah pengetahuan mistik?
Diatas sudah dikatakan bahwa mistik itu
tidak di peroleh melalui indera dan tidak juga dengan akal rasional.
pengetahuan mistik diperoleh melalui rasa, Immanuel Kant mengatakan itu melalui
moral, ada yang mengatakan melalui intuition
(daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikikan atau
dipelajari;bisikan atau gerakan hati), ada juga yang mengatakan melalui insight (wawasan, pengetahuan,
pengertian). Al-Ghazali mengatakan melalui dhamir,
atau qalbu.
Anda ingin tahu bagaimana hakekat Tuhan?
Atau sebagian dari hakekat-Nya? Kata kaum sufi, anda harus menghilangkan
sebanyak mungkin unsure nasut pada diri anda dan memperbesar unsure lahut.
Unsure nasut ialah unsure jasmani, sedangkan unsure lahut adalah unsure rohani atau sifat-sifat Illahiyah.
Bila kita tidak lagi terlalu banyak dipengaruhi unsure nasut, maka unsure lahut
akan berkomunikasi dengan Tuhan, yang Tuhan itu semuanya lahut.
Kaum sufi kerapkali
mengaku bahwa mereka telah mnembus dunia extra dimensi, dunia transedental yang
ghaib, yang eksistensinyasangat berbeda secara diametral dengan relaitas alam
materi. Akan tetapi pengalaman mistik tersebut sering kali diklaim sangat
bersifat subjektif-spekulatif, sehingga hakikat pengalaman mistik dianggap
tidak memiliki basis objektif ontologisnya. Sebenarnya pengalaman mistik
merupakan pengalaman real manusia, sebagaimana pengalaman ibdrawi, mental
maupun rasional. Dan bahkan setiap pengalaman hidup manusia, tentu memiliki
aspek subjektif dan objektifnya.
Untuk menghilangkan atau mengurangi
unsure nasut itu manusia harus membersihkan rohaninya, membersihkan dari
nafsu-nafsu jasmaniah. Ia harus memperkuat rohaninya. Rohaninya akan sensitive
atau peka. Caranya antara lain sperti yang diajarkan oleh kaum sufi.
Thariqat dalam hal ini adalah cara dalam membersihkan diri. Thariqat dalam hal ini merupakan
epistimologi untuk memperoleh pengetahuan mistik.
Pada umumnya cara memperoleh pengetahuan
mistik adalah latihan yang disebut juga riyadhah. Dari riyadhah itu menusia
memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf disebut ma’rifah.
Pengetahuan mistik yang lain, seperti
ilmu kekebalan tubuh, bagaimana cara memperolehnya? Sama saja dengan yang di
atas tadi yaitu latihan. Umumnya latihan itu adalah latihan batin. Pellet dan
santet di peroleh juga dengan metode yang sama. Dapatlah disimpulkan sekalipun
kasar bahwa epistimologi pengetahuan mistik ialah pelatihan batin.
Dalam intuisi mistis dikenal dengan
pengetahuan transcendent (sangat
penting) yaitu sebuah jagat metafisis melampaui kesadaran individual, namun
bisa dikomunikasikan secara langsung kepada individu, tanpa perantara personal
(empiris apapun). Kebenaran-kebenaran dikomunikasikan secara sukarela oleh kekuasaan yang lebih tinggi yang bicara
melalui individu. Jadi indvidu menjadi saluran-saluran kebenaran semacam itu
bisa diragukan, karena mereka mengandung arti penting adanya kontak langsung
dengan jagat intisari yang tak bisa dalam cara apapun diraih melalui proses-proses
subjektif yang biasa.
Intuisi mistis, sebagaimana diterapkan
pada anggapan-anggapan mengenai kebenaran transenden. Orang lain langsung tahu
seketika, dan ia bisa tahu tanpa ragu sedikitpun. Namun, apa yang diketahuinya
sama sekali tidak terbukti (dalam kaitan bahwa ia mencerminkan sekedar
kesadaran gamblang yang tiba-tiba tentang makna inhren dalam pengalaman yang
murni yang bersifat personal).
Penalaran dipandang sebagai pendekatan
terhadap pengetahuan transenden atau pengetahuan metafisis yang pada intinya
merupakan sebuah pendekatan “rasionalis” terhadap nalar dan karenanya cukup berbeda dari apa yang kita pandang
sebagai “nalar sebagai penerapan logika” yang lebih merupakan cirri sudut
pandang empiric dalam filosofi yang memuat keyakinan bahwa cara terbaik terbaik
untuk menemukan makna yang terbuat dalam keberadaan adalah melalui perenungan
dan analisis logis. Dalam proses ini, individu membedakan hal-hal yang sudah
pasti secara metafisis (yang terbukti dengan sendirinya) dengan hal-hal yang
hanya munkin saja (harus dibuktikan). Dan ia mengembangkan sebuah system
keyakinan-keyakinan umum yang utuh dan tertata dengan memakai rujukan logis
berdasarkan pembedaan tadi.
Angggapan filosof-filosof metafisis bahwa
kebenran secara tidak langsung dapat diraih dan dimengerti lewat penalaran
adalah anggapan yang controversial karena berbagai alas an, tapi secara umum
jalur penalaran yang fundamental akan tertangkap dalam tiga gagasan berikut
ini:
1.
Manusia sebuah gagasan
yang rasional, menemukan kebanyakan jawaban yang rasional yang tak terhindarkan
lagi bersifat meyakinkan
2.
Jawaban-jawaban yang
paling rasional adalah jawaban-jawaban yang paling logis dan paling
tertata/koheren dalam ranah hal-hal tersebut , umpamanya kehendak bebas,
keberadaan sosok Tuhan yang personal, dan
semacam itu yang sudah diketahui sebagai benar dengan dasar terbukti
dengan sendirinya
3.
Karena itu,
kebenaran dapat diakseskan secara langsung melalui penalaran karena:
a. Hal-hal tertentu
sudah benar dengan sendirinya sejak awal, dan mewakili pengetahuan imanen
(adalah pengetahuan yang ada lebih dulu dari jenis pengetahuan personal apapun,
dan karenanya mandiri serta lepas dari tindakan persobal apapundalam hal
mengetahui) ataupun pengetahuan transenden.
b.
Rujukan-rujukan
rasional didasarkan pada keyakinan-keyakinan yang terbukti dengan sendirinya
tadi, tak bisa ditawar-tawarkan lagi akan menuntun ke arah
kesimpulan-kesimpulan menyeluruh tertentu
yang menolak keraguan apapun[7].
D.
Ukuran Kebenaran Mutlak
Kebenaran sains diukur dengan rasio dan
bukti empiris. Bila teori sains rasional dan ada bukti empiris, maka teori itu
benar. Ukuran kebenran pengetahuan filsafat adalah logis. Bila toeri filsafat
logis, berarti teori itu benar. Logis berarti masuk akal, logis dalam filsafat
dapat berarti rasional atau supra-natural.
Kebenaran pengetahuan mistik diukur
dengan berbagai ukuran. Bila pengetahuan mistik itu berasal dari Tuhan, maka
ukurannya ialah teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Tatkala Tuhan dalam Al-Qur’an
mengatakan bahwa surga
neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar. Ada kalanya ukuran
kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaaan. Kepercayaan adalah anggapan atau sikap mental bahwa
sesuat itu benar, atau sesuatu yang
diakui sebagai kebenaran. Jadi, sesuatu dianggap benar karena kita
mempercayainya. Kita percaya bahwa jin dapat disuruh melakukan suatu pekerjaan.
Ya, kepercayaan kita itulah ukuran kebenarannya. Ada kalanya kebenaran suatu
teori dalam pengetahuan mistik di ukur dengan bukti empiris atau biasanya disebut dengan empirisme (aliran yang
mengemukakan bahwa sumber pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio, dan jiwa
manusia). Dalam hal ini bukti empiris itulah
ukuran kebenarannya. Kebal adalah
sejenis pengetahuan mistik. Kebenarannya dapat diukur dengan kenyataan empiris
misalnya seseorang memperlihatkan dihadapan orang banyak bahwa ia tidak mempan di tusuk jarum.
Satu-satunya tanda pengetahuan disebut
pengetahuan (bersifat) mistik adalah kita dapat menjelaskan hubungan
sebab-akibat yang ada didalam suatu kejadian mistik. Dalam contok kebal, kita
tidak dapat menjelaskan secara rasional mengapa jarum tidak mampu menembus
kulit orang kebal. Jadi, yang bersifat mistik itu ialah “mengapa” nya. Akan lebih merepotkan kita memahami
suatu teori itu jika tidak memiliki bukti empiris. Sulit diterima karena secara
rasional tidak terbukti dan bukti empiris pun tidak ada.
Dalam hal kebenaran-kebenaran yang besar
dan mutlak, manusia secara epistimologis (menurut filosofi ilmu engetahuan) tidaklah sempurna, dan karenanya tak
mampu menalar keraguan yang beralasan (reasonable
doubt). Sesungguhnya kebenaran-kenbenran mutlak itu tidak hanya ada,
melainkan ada diatas dasar intuitif
(tapi tidak nampak), mereka mutlak dan tidak meragukan lantaran mereka tidak relatif, tidak tergantung kepada
“diketahui” atau “dibuktikan” dalam ranah hal-hal lain yang sudah dialami.
Dalam arti tersebut mereka “benar” bukan atas dasar pembuktian (pengalaman personal) melainkan benar karena terbukti dengan
sendirinya (bukti itu sendiri terkandung dalam kebenran itu sendiri).
Gagasan-gagasan semacam itu tidak bisa dibuktikan dalam arti yang biasa, karena
untuk menjadi “benar karena adanya bukti” berarti menjadi relatif, tergantung terbukti atau tidaknya.jadi, untuk tahu lebih
dahulu sebelum ada buktinya, sebagai syarat untuk menjadi bukti bagi seluruh
bukti selanjutnya, adalah sesuatu yang dituntut dan tak bisa di hindari bagi
segala jenis “objektivitas filosofis yang tertinggi “.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Epistimologi adalah
ilmu yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan,
cara manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan.
·
Pengetahuan mistik adalah
pengetahuan yang tidak dapat di pahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat
yang terjadi tidak dapat di pahami rasio.
·
Yang menjadi objek
pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak-supra-rasional, seperti
Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin, setan, dan lain-lain.
·
Immanuel Kant
mengatakan cara memperoleh
pengetahuan mistik yaitu melalui moral, ada juga pendapatan lain yang mengatakan
melalui intuition (daya atau
kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikikan atau
dipelajari;bisikan atau gerakan hati), serta ada juga yang mengatakan melalui insight (wawasan, pengetahuan,
pengertian). Al-Ghazali mengatakan melalui dhamir,
atau qalbu.
·
Bila pengetahuan
mistik itu berasal dari Tuhan, maka ukurannya ialah teks Tuhan yang menyebutkan
demikian. Tatkala Tuhan dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa surga neraka itu ada,
maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar.
·
Ada kalanya ukuran
kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaaan. Jadi, sesuatu dianggap benar
karena kita mempercayainya.
B.
Saran
Kepada seluruh
pembaca yang budiman diharapkan agar dapat memberikan kritik dan sarannya demi
tercapainya kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya, oleh sebab itu saran
dan kritik yang anda berikan sangatlah membantu penulis dalam membuat makalah
yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
A.S
Hornby,1957. A Leaner’s Dictionary of
Curennt English. Hlm 828
O’neil,
William, 2008. Ideologi-Ideologi
Pendidikan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Sudarsono, 2001. Ilmu
Filsafat. Jakarta:PT.Rineka Cipta
Tafsir,Ahmad,2009.Filsafat Ilmu.Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya
Dr.Zaprulkhan,M.Si.,2012. Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik. Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada
Hesthifajri.blogspot.com/2013/08/Epistimologi.html
(Sunday,
08.03 p.m)
[1]
Suparlan Suhartono, Dasar-Dasar Filsafat
[2]
Ibid
[3]
Jujun Suriasumantri,Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer
[4]Kamaru1Zaman,
Kamus Ilmiah Serapan
[5]
Hesthifajri.blogspot.com/2013/08/Epistimologi.html(Sunday, 08.03 PM)
[6]
A.S Hornby,1957. A Leaner’s Dictionary of
Curennt English. Hlm 828
[7]
O’neil, William F.2008. Ideologi-Ideologi
Pendidikan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Komentar yang membangun sangat dinantikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar