BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Assalamualaikum Warhamatullahi
Wabarakatuh.
Alhamdulillah, salawat serta
salam semoga selalu tercurahkan atas junjungan kita Nabi Kita Muhammad saw,
keluarga, para sahabat, para Dai yang menyeru orang lain dengan seruannya serta
mereka yang berpedoman dengan hidayah-Nya yaitu Al-Qur’an Al-Karim.
Al-Qur’an adalah mukjizat islam
yang abadi hingga akhri kiyamat nanti, karena ALLLAH lah yang langsung
menjaganya. Tiada yang dapat membandinginya dengan sesuatu apapun. Semakin maju
ilmu pengetahuan, semakin Nampak validitas kemukjizatanya. ALLAH SWT menurunkan
Al-Qur’an kepada nabi Muhammad saw, demi membebaskan manusia dari berbagai
kegelapan hidup menuju cahaya ilahi, dan
membimbing manusia kejalan yang lurus. Jiwa dan hati yang fitrahnya tidah
ternoda kejahatan akan segera menyambut petunjuk dan membukakan pintu hati bagi
sinarnya serta mengikutinya. Sedangkan jiwa yang tertutup oleh kejahilan dan
gelapnya kebatilan tidak akan tergerak hatinya kecuali dengan peringatan yang
keras, dengan cara seperti itulah keingkaranyanya tergerak. Dan seringnya ALLAH
bersumpah dalam Al-Qur’an inilah menunjukan salah satu cara memperkuat ungkapan
kalimat yang diiringi dengan bukti nyata, sehingga akan dapat mengakui apa yang
semula diingkarai.
Serta kami dari kelompok 12
dengan tugas membuat makalah Ulumul Qur’an dengan judul Aqsam Al-Qur’an, atau
diartikan dengan sumpah-sumpah dalam Al-Qur’an. Disini akan memberikan
pemahaman tentang macam-macam Aqsam dalam Al-Qur’an, kenpa ALLAH bersumpah, apa
faedahnya, dan sedikit diselipkan larngan bersumpah dengan makhluk. Hanya ALLAH
sajalah yang boleh bersumpah dengan makhluk, adapun ALLAH bersumpah dengan
makhluk-Nya karena mahkluk itu menunjukan penciptaan-Nya, dan menunjukan pula
keutamaan dan kemanfaatan makhluk tersebut , tidak laintidak bukan hanyalah
agar menjadikan pelajran bagi manusia.
Demikianlah makalah ini kami
buat. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, baik di dunia maupun di
akhirat kelak, dan semoga kita dapat mengambil manfaatnya. Kami mohon maaf
kalau banyak kekurangan dari makalah ini baik segi pengetikan maupun
subtansinya. Dan kamipun akan selalu menerima kritik dan saran untuk perbaikan
makalah ini dari Bapak Dosen dan rekan-rekan semua. Terimakasih atas perhatiannya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
1.2. Rumusan
Masalah
a.
Apa pengertian Aqsam Al-Qur’an.?
b.
Apa saja unsur mendasari Aqsam AL-Qur’an.?
c.
Apa saja macam-macam Aqsam Al-Qur’an.?
d.
Apa Manfaat sebuah qasam Al-Qur’an.?
1.3. Tujuan
Penulisan
a.
Mendiskrifsikan apa yang dimaksud dengan Aqsam
Al-Qur’an .
b.
Untuk mengetahui yang mendasari terbentuk Aqsam
Al-Qur’an.
c.
Memaparkan macam-mcam Aqsam Al-Qur’an.
d.
Menjelaskan bagaimana penulisan Aqsam Al-Qur’an.
1.4. Manfaat
Penulisan
a.
Dapat memenuhi tugas dari mata kuliah Ulumul Qur’an.
b.
Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang Aqsam
Al-Qur’an.
c.
Mahasiswa lebih terampil dalam kerja kelompok dan
berdiskusi.
d.
Dapat memaparkan apa yang dimaksud dengan Aqsam
Al-Qur’an.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqsam Al-Qur’an
Aqsam jamak dari qasam, berarti
sumpah. Sighat asli qasam itu berasal dari fi’il aqsama اقسم dita’adikan dengan ba ( ) kepada muqsim ( )
sudah itu didatangkan kepada ( ) ini dinamakan jawaban seperti firman Tuhan
berbunyi:
Mereka
bersumpah dengan nama ALLLAH dengan sumpah yang sungguh-sungguh. ALLAH tidak
membangkitkan orang mati
(QS 16 : 38). [1]
Aqsam
jamak dari qasam , yang berarti
sumpah. Sighat yang asli bagi sumpah ialah uqsimu
atau ahlifu, yang dita’diahkan
dengan ba kepada muqsam bihi. Barulah
disebut muqsam ‘alaihi, yang dinamkan
jawaban qasam, seperti firman ALLAH
sawt.:
Mereka
bersumpah dengan nama ALLLAH dengan sumpah yang sungguh-sungguh. ALLAH tidak
membangkitkan orang mati
(QS. An-Nahl 16 : 38).[2]
Menurut
Bahasa Aqsam adalah bentuk jamak dari
Qasam yang artinya sumpah. Adapun
menurut istilah yang dimaksud dengan ilmu Aqsamul
Quran ialah ilmu yang membicarakan tentang sumpah-sumpah yang terdapat
dalam ayat-ayat Al-Qur’an.[3]
Sehingga
dapat dikatakan bahwa Aqsam Al-Qur’an
secara etimologi adalah sumpah atau ucapan penguat. Aqsam Al-Qur’an secara terminologi yaitu ucapan penguat yang
memiliki “makana” yang dipandang besar dan agung, baik secara hakiki maupun
I’tiqadi oleh pihak yang bersumpah.
Sumpah
sering juga dikatakan dengan yamin (tangan
kanan), karena orang Arab ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan
terhadap orang bersumpah atau yang menjadi tujuan sumpahnya.[4]
Penggunaan
Sumpah
1. Ibtida’i
Ibtida’I yaitu
apabila mukhatabnya merupakan orang
yang berhati kosong, yang belum memiliki persepsi akan pernyataan yang
diterangkan kepadanya. Maka perkataan yang disampaikan kepadanya tidak perlu
memakai penguat (ta’kid).[5]
2. Thalabi
Thalabi ialah
apabila mukhatabnya ragu-ragu
terhadap kebenaran pernyataan yang disampaikan kepadanya. Perkataan untuk orang
seperti ini diperkuat dengan suatu penguat guna menghilangkan keraguan.[6]
3. Inkari
Inkari adalah
apabila mukhatabnya mengngikari atau
menolak isi pernyataan. Perkataan untuk orang seperti ini harus disertai
penguat sesuai dengan kadar keinginannya ; kuat atau lemah;.[7]
B.
Unsur-unsur Qasam dan Ungkapan
a.
Unsur-unsur Qasam
Maka suku-suku sight qasam ada tiga:
1. Fi’il yang
berbentuk muta’addi dengan diawali
huruf (ب)
ba’
Sight
Qasam baik yang berbentuk uqsimu atau akhlifu tidak akan berfungsi tanpa dita’adiyahkan dengan huruf (ب)
ba’.
Contoh:
Artinya :
“Mereka bersumpah dengan nama
ALLAH”
(Q.S. An-Nahl: 38)[8]
Namun kadangkala dalam satu ayat langsung disebutkan
dengan wawu ( ) pada isim dzahir,
kadang kala disebutkan dengan huruf ta’ (
) pada lafal jalalah. Hal ini terjadi
manakala fi’il qasam tidak disebutkan
dalam ayat tersebut.
Contoh:
Dengan
huruf wawu ( )
Artinya :
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)”.
(Q.S. Al-Lail: 1)
Dengan huruf ta’ ( )
Artinya:
“Demi Allah, Sesungguhnya Aku
akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu”
(Q.S. AL-Anbiya: 57)[9]
2.
Muqsam bih
Muqsambih
iyalah lafaz
yang terletak sesudah ada qasam yang dijadikan sebagi sandaran dalam bersumpah
yang juga disebut sebagai syarat.
ALLAH dalam Al-Qur’an bersumpah
dengan Zat-Nya sendiri yang Maha Suci dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya Yang
Maha Besar.[10]
ALLAh bersumpah dengan zat-Nya
Sendiri.
Contoh:
Artinya:
“Katakanlah:
"Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, Kemudian akan
diberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.".
(Q.S. At-Tagabun: 7)
Artinya:
“
Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku, Sesungguhnya azab itu adalah benar".
(Q.S.
Yunus: 53)[11]
ALLAH
bersumpah dengan makhluk-Nya.
Contoh:
Artinya:
“Demi
matahari dan cahayanya di pagi hari”
(Q.S. Asy-Syamsi: 1)
Artinya:
“Demi
(buah) Tin dan (buah) Zaitun”.
(Q.S.
At-Tin: 1)[12]
3.
Muqsan ‘alaih
Muqsan
‘alaih ialah
bentuk jawaban dari syarat yang telah disebutkan sebelumnya (muqsam bih). Posisi Muqsan ‘alaih terkadang bisa menjadi taukid, sebagai jawaban aqsam.
Karena yang dikehendaki dengan qasam adalah
untuk mentaukidi Muqsan ‘alaih dan mentahkikannya.
Untuk fi’il madi yang mutasharif
yang tidak didahului ma’mul, maka
jawaban qasamnya seringkali menggunakan lam ( ) atau Qod ( ).
Contoh:
Artinya:
“Dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
(Q.S.
Asy-Syamsi: 10)[13]
b.
Ungkapan Qasam
1.
Secara Dzahir (terang)
Ungkapan
sumpah (qasam) dzahir ialah qasam yang disebutkan fi’il qasam dan muqasam bihnya.
Contoh:
Artinya:
“Aku
bersumpah demi hari kiamat”.
(Q.S.
Al-Qiyamah: 1)[14]
2.
Secara Dhamir (samar)
Yang
dimaksud ungkapan sumpah dengan dhamir adalah ungkapan sumpah yang tidak dengan
menggunaka fi’il qasamnya dan tidak
pula muqsam bihnya. Tapi qasam di sini hanya ditunjukkan oleh adanya lam (
) taukid yang masuk pada jawaban qasam seperti firman ALLAH:
Artinya:
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji
terhadap hartamu dan dirimu……………”
(Q.S.
Ali Imran: 186)[15]
C.
Muqsam bih dalam
Al-Qur’an
ALLAH Ta’ala bersumpah dengan
diri-Nya yang kudus, yang disifatkan dengan sifat-sifat-Nya. Atau dengan
ayat-ayat-Nya yang merupakan kepastian bagi zat dan sifat-sifat-Nya itu. Ada
pula ALLAH itu bersumpah dengan sebegian makhluk-makhluk-Nya. Ini menjadi dalil
bahwa Dialah yang membesarkan ayat-ayat-Nya. Di dalam Al-Qur’an ALLAH bersumpah
dengan diri-Nya itu terdapat pada tujuh tempat.
v Pertama, pada firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“Orang-orang
yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan………….”.
(Q.S. At-Taghabun: 7)
vKedua,
pada firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“Dan orang-orang yang kafir berkata:
"Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami". Katakanlah:
"Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib, Sesungguhnya
kiamat itu pasti akan datang kepadamu……….”
(Q.S. Saba: 3)
vKetiga, pada firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“Dan mereka menanyakan kepadamu:
"Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku,
Sesungguhnya azab itu adalah benar..........”
(Q.S. Yunus: 53)
vKeempat, pada firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“Demi
Tuhanmu, Sesungguhnya akan kami bangkitkan mereka bersama syaitan, Kemudian
akan kami datangkan mereka ke sekeliling Jahannam dengan berlutut.”
(Q.S. Maryam: 68)
vKelima, pada firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“Maka
demi Tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka semua.”
(Q.S. Al-Hijr : 92)
v
Keenam, pada firman
Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“Maka
demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan.”
(Q.S. An-Nissa: 65)
v
Ketujuh, pada
firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“Maka
Aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat…….”
(Q.S. Al-Ma’arij: 40)
Adapun
contoh-contoh ayat qasam dalam
Al-Qur’an yang ALLAH bersumpah dengan makhuk-makhluk-Nya adalah.
v Seperti firman Tuhan yang berbunyi:
Artinya:
“1. Demi matahari dan
cahayanya di pagi hari, 2. Dan bulan
apabila mengiringinya, 3. Dan siang apabila menampakkannya, 4. Dan malam apabila menutupinya, 5. Dan langit serta pembinaannya, 6. Dan bumi serta penghamparannya, 7. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
(Q.S. Asy-Syams:
1-7)
v
Seperti firman
Tuhan yang berbunyi:
Artinya:
“1.
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), 2. Dan siang apabila terang
benderang, 3. Dan penciptaan laki-laki dan perempuan,”
(Q.S. Al-Lail: 1-3)
v
Seperti firman
Tuhan yang berbunyi:
Artinya:
“1.
Demi fajar, 2. Dan malam yang sepuluh.”
(Q.S. Al-Fajr: 1-2)
v
Seperti firman
Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“
Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang.”
(Q.S. At-Takwiir: 15)
v
Seperti firman
Tuhan yang berbunyi:
Artinya:
“1.
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, 2. Dan demi bukit Sinai.”
(Q.S. At-Tin: 1-2)
Dan
masih banyak ayat lain yang ALLAH bersumpah mengatasnamakan makhluk-Nya. ALLAH
bersumpah dengan apa yang dia kehendaki. Adapun hamba apabila bersumpah dengan
segala selain ALLAH maka dia termasuk kepada golongan syirik. Hadis dari Umar
Bin Khatab, katanya,- Rasulullah bersabda, -Barang siapa yang bersumpah dengan
selain ALLAH, maka orang ini termasuk kafir atau syirik. Hanya ALLAH yang
bersumpah dengan makhluknya. Ini menunjukkan kelebihannya supaya orang dapat
mengambil pelajaran dari pada-Nya. Hadis dari Al Hasan, katanya,-Bahwa sesungguhnya
ALLAH bersumpah dengan apa yang dikehendakinya. Sedangkan makhluk-Nya itu tidak
boleh bersumpah kepada selain ALLAH swt.[16]
D.
Macam-Macam Qasam
Qama atau sumpah adakala
1.
Zhahir
zhahir ialah yang disebut dengan
terang fi’il qasam dan ditegaskan
pula muqsam bihi. Dan diantaranya ada
yang di buang fi’il qasam, sebagaimana
hal kebanyakannya, karena mencukupi dengan dharaf, jar baik ba, wawu, atau ta dan kadang-kadang dimasukan pula la nafiyah kepada fi’il
qasam.
Seperti
firman ALLAH swt:
Artinya:
“1.
Aku bersumpah demi hari kiamat, 2. Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali (dirinya sendiri)”
(Q.S. Al-Qiyamah: 1-2)[17]
2.
Mudhamar
Qasam mudhamar adalah qasam yang
di dalamnya tidak menjelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsan bih, tetapi
ditunjukan oleh lam taukid yang ada pada jawab al-qasam. Seperti dalam firman
Allah dalah surah Al-Imran ayat 186
Artinya:
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji
terhadap hartamu dan dirimu.”[18]
E.
Faedah Qasam dalam
Al-Qur’an
Keistimewaan bahasa Arab ialah halus
ta’birnya, berbeda metode dengan bermacam-macam tujuan. Bagi si mukhathab
(orang yang mengucapakan perkataan) itu juga berbeda halnya. Ini yang dinamakan
dalam ilmu ma’ani dengan mencontohkan berita itu hanya tiga, yaitu, - Ibtida-I,
thalaby, dan inkary.[19]
Mukhathab yang sama sekali tidak mengetahui
akan apa yang diterangkan, tidak perlu diadakan penta’kidan. Pembicaraan yang
disebutkan kepadanya dinamakan ibtida’i.
dan terkadang dia ragu-ragu tentang kebenaran apa yang disampaikan kepadanya.
Untuk orang ini bagus disebut dengan penta’kidan, pembicara ini dinamakan thalaby. Dan terkadang ia menolak isi
pembicaraan. Maka wajib diadakan penta’kidan sesuai dengan penolakannya.
Pembicara ini dinamaka inkary.
Qasam adalah penta’kidan yang terkenal
untuk menekankan kebenaran apa yang kita sebut.Al-Qur’an diturunkan untuk
segenap manusia yang menanggapi Al-Qur’an dengan bermacam-macam keadaan. Ada
yang ragu-ragu, ada yang menolak, ada yang sangat menentang, maka dikuatkan
dengan sumpah, adalah untuk menghilangkan kerau-raguan itu.[20]
Qasam
merupakan salah
satu penguat perkataan yang masyhur, untuk memantapkannya dan memperkuat kebenaran
sesuatu didalam jiwa. Al-Qur’an diturunkan untuk seluruh manusia, dan manusia
mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Diantara ada yang meragukan,
ada yang mengingkari, dan ada pula yang sampai memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam kalamullah guna menghilangkan keraguan,
menghilangkan kesalah pahaman, menegagkan hujjah, menguatkan khabar, dan
menetapkan hokum dengan cara paling sempurna.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aqsamul
Qur’an adalah salah satu kajian dalam Ulumul Qur’an yang membahas tentang
pengertian, unsur-unsur, bentuk-bentuk, tujuan, serta manfaat (faedah)
sumpah-sumpah ALLAH, dalam menegaskan suatu pernyataan tertentu, yang terdapat
di dalam Al-Qur’an. Sumpah-sumpah dalam Al-Qur’an itu menyebut nama ALLAH atau
ciptaan-Nya sebagai Muqsam bih.
Aqsamul
Qur’an mempunyai tujuan untuk memberikan penegasan atas suatu informasi yang
disampaikan dalam Al-Qur’an atau untuk memperkuat informasi kepada orang lain
yang mungkin sedang mengingkari suatu kebenarannya, sehingga informasi itu
dapat diterima dengan penuh keyakinan.
B. Saran
Semoga
makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya. Dan
dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk masukan dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
Makalah
ini dapat digunakan oleh pembaca sebagi referensi untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai Ulumul Qur’an terutama pada aqsam Al-Qur’an.
Pesan
penulis “jaga adap terhadap orang yang lain terutama orang-orang yang
mengerjakan ilmu dan kebaikan kepada kita, karena adab itu lebih utama dari
pada ilmu”.
DAFTAR PUSTAKA
Ash-shiddi eqy, Muhammad Hasbi,
Teungku. 2010. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
(‘Ulumul Al-Qur’an). Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Izzan
Ahmad. 2005. ‘Ulumul Qur-an. Bandung: Tafaktur (kelompok Humaniora)-Anggota Ikap
Berkhidmat untuk umat
M. Teungku. 2009. Hasbi ash-Shiddieqy. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
(‘ulum al-Qur’an). Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Qutha , Mana’ul. 1995. Mabahits fi ’ Ulumil Qur’an Mana’ul Quthan
Pembahasan ilmu Al- Qur’an.
Rikza Maulana Lc., M.Ag, AQSAMUL
QUR’AN.
Syadali Ahmad, Ahmad Rofi’I. 2000. Ulumul Qura’an II. Bandung: CV Pustaka
Setia
[1]
Mana’ul Qutha, Mabahits fi ’ Ulumil Qur’an, Mana’ul Quthan Pembahasan ilmu Al-
Qur’an, 1995, hlm. 118
[2]
Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Prof. Dr, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘ulum
al-Qur’an), 2009, hlm. 171
[3]
Drs. H. Ahmad Syadali, Drs. H. Ahmad Rofi’I, Ulumul Qura’an II, 2000, hal 45
[4]
Rikza Maulana Lc., M.Ag, AQSAMUL QUR’AN
[5]
Rikza Maulana Lc., M.Ag, AQSAMUL QUR’AN
[6]
Ibid.
[7] Ibid.
[8] Drs. H. Ahmad
Syadali, Drs. H. Ahmad Rofi’I, Ulumul Qura’an II, 2000, hal 45
[9] Ibid, hlm 46
[10] Ibid, hlm 46
[11] Ibid, hlm 47
[12] Ibid, hlm 48
[13] Ibid, hlm 49
[14] Ibid, hlm 49
[15] Ibid, hlm 50
[16] Mana’ul Qutha,
Mabahits fi ’ Ulumil Qur’an, Mana’ul Quthan Pembahasan ilmu Al- Qur’an,
1995, hlm. 122
[17] Ash-shiddi eqy,
Muhammad Hasbi, Teungku, Prof. Dr., Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulumul Al-Qur’an),
hlm 173
[18] Drs. Ahmad Izzan,
M.AG, ‘Ulumul Qur-an, 2005, hlm 224
[19] Mana’ul Qutha,
Mabahits fi ’ Ulumil Qur’an, Mana’ul Quthan Pembahasan ilmu Al- Qur’an,
1995, hlm. 119
[20] Teungku M. Hasbi
ash-Shiddieqy, Prof. Dr, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘ulum al-Qur’an), 2009, hlm. 184
Komentar yang membangun sangat dinantikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar