Pencarian

Selasa, 16 Juni 2015

Makalah Ulumul Qur'an (Aqsamul Al’Qur’an)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Assalamualaikum Warhamatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, salawat serta salam semoga selalu tercurahkan atas junjungan kita Nabi Kita Muhammad saw, keluarga, para sahabat, para Dai yang menyeru orang lain dengan seruannya serta mereka yang berpedoman dengan hidayah-Nya yaitu Al-Qur’an Al-Karim.
Al-Qur’an adalah mukjizat islam yang abadi hingga akhri kiyamat nanti, karena ALLLAH lah yang langsung menjaganya. Tiada yang dapat membandinginya dengan sesuatu apapun. Semakin maju ilmu pengetahuan, semakin Nampak validitas kemukjizatanya. ALLAH SWT menurunkan Al-Qur’an kepada nabi Muhammad saw, demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju  cahaya ilahi, dan membimbing manusia kejalan yang lurus. Jiwa dan hati yang fitrahnya tidah ternoda kejahatan akan segera menyambut petunjuk dan membukakan pintu hati bagi sinarnya serta mengikutinya. Sedangkan jiwa yang tertutup oleh kejahilan dan gelapnya kebatilan tidak akan tergerak hatinya kecuali dengan peringatan yang keras, dengan cara seperti itulah keingkaranyanya tergerak. Dan seringnya ALLAH bersumpah dalam Al-Qur’an inilah menunjukan salah satu cara memperkuat ungkapan kalimat yang diiringi dengan bukti nyata, sehingga akan dapat mengakui apa yang semula diingkarai.
Serta kami dari kelompok 12 dengan tugas membuat makalah Ulumul Qur’an dengan judul Aqsam Al-Qur’an, atau diartikan dengan sumpah-sumpah dalam Al-Qur’an. Disini akan memberikan pemahaman tentang macam-macam Aqsam dalam Al-Qur’an, kenpa ALLAH bersumpah, apa faedahnya, dan sedikit diselipkan larngan bersumpah dengan makhluk. Hanya ALLAH sajalah yang boleh bersumpah dengan makhluk, adapun ALLAH bersumpah dengan makhluk-Nya karena mahkluk itu menunjukan penciptaan-Nya, dan menunjukan pula keutamaan dan kemanfaatan makhluk tersebut , tidak laintidak bukan hanyalah agar menjadikan pelajran bagi manusia.
Demikianlah makalah ini kami buat. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, baik di dunia maupun di akhirat kelak, dan semoga kita dapat mengambil manfaatnya. Kami mohon maaf kalau banyak kekurangan dari makalah ini baik segi pengetikan maupun subtansinya. Dan kamipun akan selalu menerima kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini dari Bapak Dosen dan rekan-rekan semua. Terimakasih atas perhatiannya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

1.2.  Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian Aqsam Al-Qur’an.?
b.      Apa saja unsur mendasari Aqsam AL-Qur’an.?
c.       Apa saja macam-macam Aqsam Al-Qur’an.?
d.      Apa Manfaat sebuah qasam Al-Qur’an.?

1.3.  Tujuan Penulisan
a.       Mendiskrifsikan apa yang dimaksud dengan Aqsam Al-Qur’an .
b.      Untuk mengetahui yang mendasari terbentuk Aqsam Al-Qur’an.
c.       Memaparkan macam-mcam Aqsam Al-Qur’an.
d.      Menjelaskan bagaimana penulisan Aqsam Al-Qur’an.

1.4.  Manfaat Penulisan
a.       Dapat memenuhi tugas dari mata kuliah Ulumul Qur’an.
b.      Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang Aqsam Al-Qur’an.
c.       Mahasiswa lebih terampil dalam kerja kelompok dan berdiskusi.
d.      Dapat memaparkan apa yang dimaksud dengan Aqsam Al-Qur’an.




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Aqsam Al-Qur’an
Aqsam jamak dari qasam, berarti sumpah. Sighat asli qasam itu berasal dari fi’il aqsama اقسم  dita’adikan dengan ba ( ) kepada muqsim ( ) sudah itu didatangkan kepada ( ) ini dinamakan jawaban seperti firman Tuhan berbunyi:
Mereka bersumpah dengan nama ALLLAH dengan sumpah yang sungguh-sungguh. ALLAH tidak membangkitkan orang mati (QS 16 : 38). [1]
Aqsam jamak dari qasam , yang berarti sumpah. Sighat yang asli bagi sumpah ialah uqsimu atau ahlifu, yang dita’diahkan dengan ba kepada muqsam bihi. Barulah disebut muqsam ‘alaihi, yang dinamkan jawaban qasam, seperti firman ALLAH sawt.:
Mereka bersumpah dengan nama ALLLAH dengan sumpah yang sungguh-sungguh. ALLAH tidak membangkitkan orang mati (QS. An-Nahl 16 : 38).[2]
Menurut Bahasa Aqsam adalah bentuk jamak dari Qasam yang artinya sumpah. Adapun menurut istilah yang dimaksud dengan ilmu Aqsamul Quran ialah ilmu yang membicarakan tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an.[3]
Sehingga dapat dikatakan bahwa Aqsam Al-Qur’an secara etimologi adalah sumpah atau ucapan penguat. Aqsam Al-Qur’an secara terminologi yaitu ucapan penguat yang memiliki “makana” yang dipandang besar dan agung, baik secara hakiki maupun I’tiqadi oleh pihak yang bersumpah.
Sumpah sering juga dikatakan dengan yamin (tangan kanan), karena orang Arab ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan terhadap orang bersumpah atau yang menjadi tujuan sumpahnya.[4]
Penggunaan Sumpah
1.      Ibtida’i
Ibtida’I yaitu apabila mukhatabnya merupakan orang yang berhati kosong, yang belum memiliki persepsi akan pernyataan yang diterangkan kepadanya. Maka perkataan yang disampaikan kepadanya tidak perlu memakai penguat (ta’kid).[5]
2.      Thalabi
Thalabi ialah apabila mukhatabnya ragu-ragu terhadap kebenaran pernyataan yang disampaikan kepadanya. Perkataan untuk orang seperti ini diperkuat dengan suatu penguat guna menghilangkan keraguan.[6]
3.      Inkari
Inkari adalah apabila mukhatabnya mengngikari atau menolak isi pernyataan. Perkataan untuk orang seperti ini harus disertai penguat sesuai dengan kadar keinginannya ; kuat atau lemah;.[7]
B.       Unsur-unsur Qasam dan Ungkapan
a.      Unsur-unsur Qasam
Maka suku-suku sight qasam ada tiga:
1.      Fi’il yang berbentuk muta’addi dengan diawali huruf (ب) ba’
Sight Qasam baik yang berbentuk  uqsimu  atau  akhlifu tidak akan berfungsi tanpa dita’adiyahkan dengan huruf (ب) ba’.
Contoh:
            Artinya :
“Mereka bersumpah dengan nama ALLAH”
(Q.S. An-Nahl: 38)[8]
Namun kadangkala dalam satu ayat langsung disebutkan dengan wawu ( ) pada isim dzahir, kadang kala disebutkan dengan huruf ta’ ( ) pada lafal jalalah. Hal ini terjadi manakala fi’il qasam tidak disebutkan dalam ayat tersebut.
Contoh:
Dengan huruf wawu ( )
Artinya :
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)”.
(Q.S. Al-Lail: 1)

Dengan huruf ta’ ( )
Artinya: 
“Demi Allah, Sesungguhnya Aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu”
(Q.S. AL-Anbiya: 57)[9]

2.      Muqsam bih
Muqsambih iyalah lafaz yang terletak sesudah ada qasam yang dijadikan sebagi sandaran dalam bersumpah yang juga disebut sebagai syarat.
ALLAH dalam Al-Qur’an bersumpah dengan Zat-Nya sendiri yang Maha Suci dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya Yang Maha Besar.[10]
ALLAh bersumpah dengan zat-Nya Sendiri.
Contoh:
                
             Artinya:
“Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, Kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.".
(Q.S. At-Tagabun: 7)
                                                    
Artinya:
“ Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku, Sesungguhnya azab itu adalah benar".
(Q.S. Yunus: 53)[11]

ALLAH bersumpah dengan makhluk-Nya.
Contoh:
Artinya:
Demi matahari dan cahayanya di pagi hari”
(Q.S. Asy-Syamsi: 1)

Artinya:
“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun”.
(Q.S. At-Tin: 1)[12]
3.      Muqsan ‘alaih
Muqsan ‘alaih ialah bentuk jawaban dari syarat yang telah disebutkan sebelumnya (muqsam bih). Posisi Muqsan ‘alaih terkadang bisa menjadi taukid, sebagai jawaban aqsam. Karena yang dikehendaki dengan qasam adalah untuk mentaukidi Muqsan ‘alaih dan mentahkikannya.
Untuk fi’il madi yang mutasharif yang tidak didahului ma’mul, maka jawaban qasamnya seringkali menggunakan lam ( ) atau Qod ( ).
Contoh:
Artinya:
“Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”.
(Q.S. Asy-Syamsi: 10)[13]

b.      Ungkapan Qasam
1.         Secara Dzahir (terang)
Ungkapan sumpah (qasam) dzahir ialah qasam yang disebutkan fi’il qasam dan muqasam bihnya.
Contoh:
Artinya:
Aku bersumpah demi hari kiamat”.
(Q.S. Al-Qiyamah: 1)[14]

2.         Secara Dhamir (samar)
Yang dimaksud ungkapan sumpah dengan dhamir adalah ungkapan sumpah yang tidak dengan menggunaka fi’il qasamnya dan tidak pula muqsam bihnya. Tapi qasam  di sini hanya ditunjukkan oleh adanya lam ( ) taukid yang masuk pada jawaban qasam  seperti firman ALLAH:
Artinya:
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu……………”
(Q.S. Ali Imran: 186)[15]

C.           Muqsam bih dalam Al-Qur’an
ALLAH Ta’ala bersumpah dengan diri-Nya yang kudus, yang disifatkan dengan sifat-sifat-Nya. Atau dengan ayat-ayat-Nya yang merupakan kepastian bagi zat dan sifat-sifat-Nya itu. Ada pula ALLAH itu bersumpah dengan sebegian makhluk-makhluk-Nya. Ini menjadi dalil bahwa Dialah yang membesarkan ayat-ayat-Nya. Di dalam Al-Qur’an ALLAH bersumpah dengan diri-Nya itu terdapat pada tujuh tempat.
v  Pertama, pada firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan………….”.
(Q.S. At-Taghabun: 7)


vKedua, pada firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib, Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu……….”
(Q.S. Saba: 3)

vKetiga, pada  firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu? Katakanlah: "Ya, demi Tuhanku, Sesungguhnya azab itu adalah benar..........”
(Q.S. Yunus: 53)
vKeempat, pada firman Tuhan  yang berbunyi
Artinya:
“Demi Tuhanmu, Sesungguhnya akan kami bangkitkan mereka bersama syaitan, Kemudian akan kami datangkan mereka ke sekeliling Jahannam dengan berlutut.”
(Q.S. Maryam: 68)
vKelima, pada firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“Maka demi Tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka semua.”
(Q.S. Al-Hijr : 92)
v   Keenam, pada firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan.”
(Q.S. An-Nissa: 65)
v   Ketujuh, pada firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat…….”
(Q.S. Al-Ma’arij: 40)
Adapun contoh-contoh ayat qasam dalam Al-Qur’an yang ALLAH bersumpah dengan makhuk-makhluk-Nya adalah.
v  Seperti firman Tuhan yang berbunyi:
Artinya:
“1. Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, 2.  Dan bulan apabila mengiringinya, 3. Dan siang apabila menampakkannya, 4.  Dan malam apabila menutupinya, 5.  Dan langit serta pembinaannya, 6.  Dan bumi serta penghamparannya, 7.  Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
(Q.S. Asy-Syams: 1-7)
v  Seperti firman Tuhan yang berbunyi:
Artinya:
“1. Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), 2. Dan siang apabila terang benderang, 3. Dan penciptaan laki-laki dan perempuan,”
(Q.S. Al-Lail: 1-3)
v  Seperti firman Tuhan yang berbunyi:
Artinya:
“1. Demi fajar, 2. Dan malam yang sepuluh.”
(Q.S. Al-Fajr: 1-2)
v  Seperti firman Tuhan yang berbunyi
Artinya:
“ Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang.”
(Q.S. At-Takwiir: 15)
v  Seperti firman Tuhan yang berbunyi:
Artinya:
“1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, 2. Dan demi bukit Sinai.”
(Q.S. At-Tin: 1-2)

Dan masih banyak ayat lain yang ALLAH bersumpah mengatasnamakan makhluk-Nya. ALLAH bersumpah dengan apa yang dia kehendaki. Adapun hamba apabila bersumpah dengan segala selain ALLAH maka dia termasuk kepada golongan syirik. Hadis dari Umar Bin Khatab, katanya,- Rasulullah bersabda, -Barang siapa yang bersumpah dengan selain ALLAH, maka orang ini termasuk kafir atau syirik. Hanya ALLAH yang bersumpah dengan makhluknya. Ini menunjukkan kelebihannya supaya orang dapat mengambil pelajaran dari pada-Nya. Hadis dari Al Hasan, katanya,-Bahwa sesungguhnya ALLAH bersumpah dengan apa yang dikehendakinya. Sedangkan makhluk-Nya itu tidak boleh bersumpah kepada selain ALLAH swt.[16]

D.           Macam-Macam Qasam
Qama atau sumpah adakala
1.             Zhahir
zhahir ialah yang disebut dengan terang fi’il qasam dan ditegaskan pula muqsam bihi. Dan diantaranya ada yang di buang fi’il qasam, sebagaimana hal kebanyakannya, karena mencukupi dengan dharaf, jar baik ba, wawu, atau ta dan kadang-kadang dimasukan pula la nafiyah kepada fi’il qasam.
Seperti firman ALLAH swt:
Artinya:
1. Aku bersumpah demi hari kiamat, 2. Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)”
(Q.S. Al-Qiyamah: 1-2)[17]

2.             Mudhamar
Qasam mudhamar adalah qasam yang di dalamnya tidak menjelaskan fi’il qasam dan tidak pula muqsan bih, tetapi ditunjukan oleh lam taukid yang ada pada jawab al-qasam. Seperti dalam firman Allah dalah surah Al-Imran ayat 186
ž
Artinya:
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.”[18]

E.                Faedah Qasam dalam Al-Qur’an
 Keistimewaan bahasa Arab ialah halus ta’birnya, berbeda metode dengan bermacam-macam tujuan. Bagi si mukhathab (orang yang mengucapakan perkataan) itu juga berbeda halnya. Ini yang dinamakan dalam ilmu ma’ani dengan mencontohkan berita itu hanya tiga, yaitu, - Ibtida-I, thalaby, dan inkary.[19]
Mukhathab yang sama sekali tidak mengetahui akan apa yang diterangkan, tidak perlu diadakan penta’kidan. Pembicaraan yang disebutkan kepadanya dinamakan ibtida’i. dan terkadang dia ragu-ragu tentang kebenaran apa yang disampaikan kepadanya. Untuk orang ini bagus disebut dengan penta’kidan, pembicara ini dinamakan thalaby. Dan terkadang ia menolak isi pembicaraan. Maka wajib diadakan penta’kidan sesuai dengan penolakannya. Pembicara ini dinamaka inkary.
Qasam adalah penta’kidan yang terkenal untuk menekankan kebenaran apa yang kita sebut.Al-Qur’an diturunkan untuk segenap manusia yang menanggapi Al-Qur’an dengan bermacam-macam keadaan. Ada yang ragu-ragu, ada yang menolak, ada yang sangat menentang, maka dikuatkan dengan sumpah, adalah untuk menghilangkan kerau-raguan itu.[20]
Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur, untuk memantapkannya dan memperkuat kebenaran sesuatu didalam jiwa. Al-Qur’an diturunkan untuk seluruh manusia, dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Diantara ada yang meragukan, ada yang mengingkari, dan ada pula yang sampai memusuhi. Karena itu dipakailah qasam  dalam kalamullah guna menghilangkan keraguan, menghilangkan kesalah pahaman, menegagkan hujjah, menguatkan khabar, dan menetapkan hokum dengan cara paling sempurna.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Aqsamul Qur’an adalah salah satu kajian dalam Ulumul Qur’an yang membahas tentang pengertian, unsur-unsur, bentuk-bentuk, tujuan, serta manfaat (faedah) sumpah-sumpah ALLAH, dalam menegaskan suatu pernyataan tertentu, yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Sumpah-sumpah dalam Al-Qur’an itu menyebut nama ALLAH atau ciptaan-Nya sebagai Muqsam bih.
Aqsamul Qur’an mempunyai tujuan untuk memberikan penegasan atas suatu informasi yang disampaikan dalam Al-Qur’an atau untuk memperkuat informasi kepada orang lain yang mungkin sedang mengingkari suatu kebenarannya, sehingga informasi itu dapat diterima dengan penuh keyakinan.

B.     Saran
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya. Dan dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk masukan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Makalah ini dapat digunakan oleh pembaca sebagi referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Ulumul Qur’an terutama pada aqsam Al-Qur’an.
Pesan penulis “jaga adap terhadap orang yang lain terutama orang-orang yang mengerjakan ilmu dan kebaikan kepada kita, karena adab itu lebih utama dari pada ilmu”.



DAFTAR PUSTAKA


Ash-shiddi eqy, Muhammad Hasbi, Teungku. 2010. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulumul Al-Qur’an). Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra

Izzan  Ahmad. 2005. ‘Ulumul Qur-an. Bandung: Tafaktur (kelompok Humaniora)-Anggota Ikap Berkhidmat untuk umat

M. Teungku. 2009. Hasbi ash-Shiddieqy. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘ulum al-Qur’an). Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra

Qutha , Mana’ul. 1995. Mabahits fi ’ Ulumil Qur’an Mana’ul Quthan Pembahasan ilmu Al- Qur’an.

Rikza Maulana Lc., M.Ag, AQSAMUL QUR’AN.

Syadali  Ahmad, Ahmad Rofi’I. 2000. Ulumul Qura’an II. Bandung: CV Pustaka Setia





[1] Mana’ul Qutha, Mabahits fi ’ Ulumil Qur’an, Mana’ul Quthan Pembahasan ilmu Al- Qur’an, 1995,  hlm. 118
[2] Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Prof. Dr, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘ulum al-Qur’an), 2009, hlm. 171
[3] Drs. H. Ahmad Syadali, Drs. H. Ahmad Rofi’I, Ulumul Qura’an II, 2000, hal 45
[4] Rikza Maulana Lc., M.Ag, AQSAMUL QUR’AN
[5] Rikza Maulana Lc., M.Ag, AQSAMUL QUR’AN
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Drs. H. Ahmad Syadali, Drs. H. Ahmad Rofi’I, Ulumul Qura’an II, 2000, hal 45
[9] Ibid, hlm 46
[10] Ibid, hlm 46
[11] Ibid, hlm 47
[12] Ibid, hlm 48
[13] Ibid, hlm 49
[14] Ibid, hlm 49
[15] Ibid, hlm 50
[16] Mana’ul Qutha, Mabahits fi ’ Ulumil Qur’an, Mana’ul Quthan Pembahasan ilmu Al- Qur’an, 1995,  hlm. 122
[17] Ash-shiddi eqy, Muhammad Hasbi, Teungku, Prof. Dr., Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulumul Al-Qur’an), hlm 173
[18] Drs. Ahmad Izzan, M.AG, ‘Ulumul Qur-an, 2005, hlm 224
[19] Mana’ul Qutha, Mabahits fi ’ Ulumil Qur’an, Mana’ul Quthan Pembahasan ilmu Al- Qur’an, 1995,  hlm. 119
[20] Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Prof. Dr, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘ulum al-Qur’an), 2009, hlm. 184
 

Komentar yang membangun sangat dinantikan

Tidak ada komentar: