Pencarian

Kamis, 18 Juni 2015

Makalah Filsafat Ilmu (Aksiologi Pengetahuan Mistik)

BAB I

PENDAHULUAN

A.           LATAR BELEKANG

Dikalangan masyarakat, mistik  dijadikan media untuk menyelesaikan masalah karena didalam mistik itu sendiri ada muatan-muatan kekuatan (magis)  yang ampuh untuk dijadikan jalan keluar. Kadang kala ketentraman jiwa stidak bisa hanya dicapai dengan materi saja, karena banyaknya problem yang dihadapi manusia, sehingga menyebabkan manusia mempunyai Qolbu yang tidak sehat, dengan jalan mistiklah manusia dapat menemukan ketentraman didalam hidupnya melalui pendekatan kepada Tuhan.  Bagaimanapun mistik tidak lepas dari nilai karena pada kenyataannya mistik itu sendiri dapat digunakan dengan hal-hal yang menyimpang dari agama dan norma-norma sosial,  untuk mengetahui mistik itu menyimpang atau tidak kita dapat membedakan mistik dalam magis putih dan hitam.

B.      RUMUSAN MASALAH

1.        Apa yang dimaksud aksiologi mistik ?
2.        Kegunaan Pengetahuan Mistik ?
3.        Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah ?

C.     TUJUAN PENULISAN

1.      Untuk mengetahui pengertian aksiologi mistik.
2.      Untuk mengetahui apa pengetahuan mistik
3.      Untuk mengetahui  cara pengetahuan mistik menyelesaikan masalah.

BAB II

PEMBAHASAN

A.            Pengertian Aksioligi Mistik

Aksiologi adalah cara untuk menerapkan pengetahuan yang didapat. Secara estimologis, aksologi berasal dari bahasa Yunani  axios”, yang berarti nilai, dan logos yang berarti teori. Terdapat banyak pendapat tentang pengertian aksiologi diantarnya:[1]
a.              Jujun S. Suriasumantri
Aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari ilmu pengetahuan yang di peroleh.
b.             Kamus Besar Bahas Indonesia
Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khusunya etika.
c.              Wibisono
Aksiologi adalah nilai-nilai sebagi tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat, dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mistik mempunyai arti:
a.              Subsistem yang ada dihampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan, tasawuf,  suluk.
b.             Hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia biasa.
Menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinning), tersembunyi (verborgen), gelap (donker), atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld).
Berdasarkan arti tersebut mistik sebagai sebuah paham yaitu paham mistik atau  mistisisme, merupakan paham yang memberikan ajaran  yang serba mistis (misal  ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap atau  terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh  orang-orang tertentu saja, terutama sekali bagi penganutnya.
Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional, ini  pengertian yang umum.  Adapun pengertian mistik dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan ajaran atau 2  keyakinan tentang tuhan yang diperoleh melalui meditasi atau spiritual, bebas dari  ketergantungan pada indera dan rasio.

B.            Kegunaan Pengetahuan Mistik

Mustahil pengetahuan mistik mendapat pengikut yang begitu banyak dan berkembang sedemikian pesat bila tidak ada gunanya. Uraian tentang kegunaan pengetahuan mistik seharusnya menyangkut mistik biasa, mistik putih, dan mistik hitam. Kegunaannya mencakup area yang sangat luas.
Pengetahuan mistik itu amat subjektif, yang paling tahu penggunaannya ialah pemiliknya. Seharusnya kita bertanya kepada salik ( pengamal tasawuf ), para pengamal ahli hikmah, atau kepada dukun mereka gunakan untuk apa pengetahuan itu. secara kasar kita dapat mengetahui bahwa mistik yang biasa digunakan untuk memperkuat keimanan, mistik-magis-putih digunakan untuk kebaikan, sedangkan mistik-magis-hitam digunakan untuk tujuan kejahatan. [2]
Di kalangan sufi ( pengetahuan mistik biasa ) dapat mententramkan jiwa mereka, mereka bahkan menemukan kenikmatan luar biasa tatkala “ berjumpa “ dengan kekasihnya ( tuhan ). Pengetahuan mereka sering dapat menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh sain. Pemegang mistik-magis-putih menggunakan pengetahuannya untuk kebaikan, seperti untuk pengobatan, mendamaikan suami istri yang sedang cekcok. Dukun patah tulang – misalnya – dapat mengobati patah tulang secara mistik ( ini mistik-magis-putih ) sementara dokter ( pemegang sain ) tidak dapat menyelesaikannya.
Jenis mistik lain seperti kekebalan, pelet, debus, dan lain-lain diperlukan atau berguna bagi seseorang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, terlepas dari benar atau tidak penggunaanya. Kebal –misalnya- dapat digunakan dalam mempertahankan diri, debus dapat digunakan sebagai pertahanan diri dan juga untuk pertunjukan hiburan. Jenis ini dapat meningkatkan harga diri. Sementara mistik-magis-hitam, dikatakn hitam, antara lain karena penggunaannyaa untuk kejahatan.[3]
Kegunaan mistik-mistik ini  semakin tergeser oleh produk modern. Pelet tergeser oleh “ pelet jepang “ alias uang, kekebalan  tergeser oleh senjata berat, sebab tidak ada orang kebal terhadap rudal. Agaknya pengetahuan mistik akan terseleksi sesuai dengan kebutuhan dan keadaan zaman. Mistik yang dapat membawa pada ketenangan batin akan bertahan dan semakin dicari orang.
Untuk menilai apakah mistik itu hitam atau putih, kita melihatnya pada segi ontologinya, epistemologinya, dan aksiologinya. Bila pada ontologi terdapat hal-hal yang berlawanan dengan nilai kebaikan, maka dari segi ontologi mistik-magis itu kita sebut hitam. Bila pada cara memperolehnya ( epistemologi ) ada yang berlawanan dengan nilai kebaikan maka kita akan mengatakan mistik-magis itu hitam. Bila dalam penggunaannya (aksiologi ) nya untuk kejahatn maka kita menyebutnya hitam.[4]

C.           Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah

Pengetahuan mistik menyelesaikan masalah tidak melalui proses inderawi dan tidak juga melalui proses rasio. Itu berlaku untuk mistik putih dan mistik hitam.
            Uraian berikut menjelaskan secara cara pengetahuan mistik menyelesaikan masalah.Hampir seluruh masyarakat beragama di dunia mengakui adanya kehidupan mistik, termasuk jenis-jenis mistik yang mengandung kekuatan magis. Jadi, ada dua macam mistik, yaitu mistik yang biasa dan mistik magis. Istilah “mistik“ menunjukkan pengertian kegiatan spiritual tanpa penggunaan rasio. Ini berlaku bagi dua macam mistik itu. Sedangkan “mistik-magis“ adalah kegiatan mistik yang mengandung tujuan-tujuan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan  penggunanya. [5]
a.       Mistik biasa
Mistik biasa adalah mistik yang tidak mengandung kekuatan hanya berupa
pendekatan kepada Tuhan sebagaimana yang dilakukan  oleh para sufi yang ingin
memperoleh pengetahuan tentang tuhan harus membersihkan sebanyak mungkin unsur nasut pada diri manusia dan memperbesar unsur lahut. [6]Unsur nasut ialah unsur
jasmani dan lahut adalah unsur jasmani. Bila unsur  lahut diperbesar dapat
bekomunikasi dengan Tuhan secara baik. Istilah ini didalam keilmuan Islam disebut
ilmu tasawwuf, melalaui studi tasawwuf itulah para sufi dapat membersihkan diri dan
mengamalkannya secara benar dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengetahuan inilah
para sufi diharapkan sebagai individu yang dapat mengendalikan dirinya pada saat
berinteraksi dengan orang, terciptanya akhlak mulia, terhindar dari sifat dengki, iri,
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi manusia, dekat dengan Tuhan, rasa aman
dan tentram. Ternyata pengetahuan mistik yang dilakukan oleh para sufi tidak
menyelesaikan dari aspek vertikal saja, tak terkecuali mencakup aspek horizontal.
b.      Mistik Magis
            Mistik magis adalah mistik yang mengandung kekuatan tertentu dan biasanya
untuk mencapai tujuan tertentu. Mistik magis ini dapat dibagi menjadi dua yaitu mistik magis putih dan mistik magis hitam. Mistik magis putih dalam Islam contohnya ialah mukjizat, karamah, ilmu hikmah, sedangkan mistik magis hitam contohnya santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir yang tentunya mengandung unsur-unsur kekuatan yang supra-rasional, dengan kekuatan tadi manusia mempunyai kesempatan untuk menjadikan kekuatan mistik magis sebagai solusi menyelesaikan masalahnya, tapi perlu diingat bahwa manusia dalam menyelesaikan permasalahan manusia tentunya tidak lepas dari nilai baik dan nilai buruk.[7] Bagi manusia dalam menyelesaikan masalahnya dengan nilai-nilai positif tentunya akan menggunakan mistik magis yang sesuai dengan tuntutan syari’at seperti magis putih. Dan bagi manusia yang mau menyelesaikan masalahnya dengan jalan pintas tanpa  memperhatikan nilai-nilai agamis tentunya akan menggunakan mistik magis hitam sebagai jalan keluar.
Sejak masa primitif sampai masa modern ini kenyataannya mistik tetap digunakan sekalipun dalam kondisi tertutup.
Islam, sebagai agama yang memiliki nilai-nilai universal bagi kehidupan manusia sebenarnya telah memberi jalan cukup jelas tentang keberadaan mistik yang gaib itu. masyarakat islam ketika berhadapan dengan tradisi-tradisi lokal seperti yunani, persia, india, warisan arab kuno ( seperti ibrani , kaldea, suryani ) yang kaya dengan praktik mistik-magis terdorong dan terilhami untuk memformulasikan kembali kegiatan ini dalam bentuk-bentuk yang selaras dengan nilai-nilai islam. Dari sinilah agaknya muncul dan berkembang tradisi mistik-magis dalam islam.
Dari sini muncul lagi istilah baru dalam dunia mistik-magis dalam dunia islam, yaitu ‘ulum al-hikmah yangberisi antara lain tahsia-rahasia huruf al-Qur’an yang mengandung kekuatan magis, rahasia wafaq, rahasia asma ilahiyah, ayat-ayat ilahiyah dan sebagainya.
Tampaknya, pengetahuan mistik-magis ini selain berkembang sebagai akibat pengaruh dari luar seperti disebut diatas, juga –paling mendasar- sebagai pengaruh pengetahuan dan pengalaman spiritual mereka. Dapat dikatakan demikian karena kenyataan menunjukkan bahwa tokoh-tokoh mistik-magis itu kebanyakan sufi-sufi besar. Ibn khaldun dan sihristany mengakui bahwa dunia mistik-magis yang menggunakan kekuatan rohaniah selalu muncul dari orang-orang suci ( maksudnya sufi) yang selalu mengolah kekuatan spiritualnya. Bagi mereka yang sampai mengalami kasyf, berbagai kekuatan luar dan kondisi alam pun tuntuk di bawah tekanan pancarannya. Boleh jadi berbagai potensi dirinya mengembang dan melingkupi hukum alam sejalan dengan pancaran ilahiyah yang ada dalam dirinya.
Dari berbagai kontemplasi dan pengolahan spiritual, akhirnya mampu merumuskan berbagai formulasi kekuatan rohaniah yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an. Dan setiap pecahan huruf Arab yang terkandung dalam al-Qur’an itu, kata al-syilby, selalu memuji Allah dalam suatu bahasa tertentu dan memilki magis tertentu bila dipraktikkan. Kekuatan alam ( aflak ) pun akhirnya tunduk di bawah sinar ilahi dan dukungan-Nya melalui huruf-huruf dan nama-nama indah-Nya. Melalui kalam ilahi inilah jiwa-jiwa ilahiyah yang aktif di dunia dapt digunakan oleh manusia untuk tujuan-tujuan yang dikehendakinya.
Jiwa-jiwa ilahiyah ini bukan hanya terdapat pada beribu-ribu malaikat-Nya tetapi juga pada roh-roh yang ada dalam alam ini. Di sinilah hukum alam atau sunnatullah berada pada kekecualianseperti terjadi pada peristiwa mukjizat para nabi.
Dengan demikian pada perkembangan selanjutnya dunia mistik-magis islam terbagi menjadi dua kelompok, pertama, mistik-magis dalam bentuk wirid-wirid ( termasuk menggunakan ayat atau surat al-Qur’an ), kedua, mistik-magis dalam bentuk benda-benda yang telah diformulasikan sedemikian rupa yang biasanya berupa wafaq-wafaq atau isim-isim tertentu. Dalam masyarakat primitif bentuk pertama berupa bacaan mantra dan bentuk kedua fetish.
Pengetahuan mistik menyelesaikan masalah tidak melalui proses inderawi dan tidak juga melalui proses rasio. Itu berlaku untuk mistik putih dan mistik hitam.

D.           Cara Kerja Mistik-Magis-Putih

Cara kerja mistik-putih ialah sebagai berikut. Para ahli hikmah dengan metode kasyf telah menemukan bahwa di dalam agama ada muatan-muatan praktis untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah seperti mengatasi sesuatu kebutuhan. Mereka menyadari bahwa kekuatan tuhan baik yang ada dalam diri-Nya atau yang ada dalam firman-Nya dapat digunakan oleh manusia. Kitab-kitab yang pernah diturunkan pada para rasul memiliki ayat-ayat yang menggambarkan tuhan sangat berkuasa dalam segala hal. Dengan memanfaatkan janji dan gambaran tuhan seperti itu ayat-ayat digunakan untuk menggugah tuhan memenuhi janji-Nya. Pada kondisi seperti itu ayat-ayat al-Qur’an atau kitab langit lainnya seriang digunakan sebagai perantara menghubungkan manusia dengan tuhan. Bahkan asma-asma tuhan sering digunakan para ahli bidang ini untuk meminta sesuatu dengan diperbanyak menyebut asma tuhan yang berhubungan dengan kaya seperti kata ya ghany, ya razzaaq, dan lain-lain.
Pengertian yang dapat diambil ialah bahwa do’a dan wirid dapat menjembatani manusia dengan kebutuhannya dan tuhan yang memiliki apa yang dibutuhkan itu. para ahli hikmah telah mengembangkan teknik-teknik membuat wirid dan do’a untuk keperluan seperti itu. teknik itu dikembangkan dalam apa yang disebut asrar al-huruf (rahasia-rahasia huruf) dan asrar al-asma (rahasia-rahasia nama tuhan). Dalam pandangan mereka huruf-huruf itu memiliki bilangan nilai dan masing-masing huruf memiliki khadam yang berbeda dan juga kekuatan yang berbeda. Bahkan karakter huruf-huruf itu pun berbeda satu sama lainnya.
Masing-masing wirid atau do’a yang sering ditentukan bilangan dalam pembacaannya, biasanya sesuai dengan kekuatan yang ada di dalam wirid atau do’a itu. jika seseorang dapat atau sanggup mempraktikkan wirid atau do’a sesuai dengan rumusan maka kekuatan ilahiyah (khadam atau malaikat) akan dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Terlebih jika diikuti oleh jiwa yang bersih, misalnya dengan berpuasa dan tirakat.
Cara yang kedua ialah dengan cara memindahkan jiwa-jiwa ilahiyah atau khadam yang ada di dalam huruf-huruf al-Qur’an atau yang ada di dalam asma-asma Allah. Cara inilah yang disebut wafaq dan isim. Istilah wafaq  berasal dari kata wafaqa (sesuai atau selaras), artinya jiwa-jiwa ilahiyah tertarik sesuai dengan karakternya. Jiwa ilahiyah atau khadam harus masuk dan menepati asma atau huruf yang ditulis pada sesuatu benda, biasanya kulit ari kijang, kulit harimau, atau pada logam (emas dan tembaga). Benda yang digunakan untuk wafaq itu harus sesuai dengan kebutuhan makna huruf atau asma yang digunakan.
Kekuatan manusia harus pula diperhitungkan agar sesuai dengan kekuatan wafaq atau isim yang akan digunakan. Untuk menghitung kekuatan seseorang ahli hikmah biasanya menghitung kekuatan yang ada pada nama seseorang dan nama ibu yang melahirkan.
Wafaq dan isim harus ditulis dengan menggunakan tinta tertentu, pada kondisi tertentu. Dalam pandangan ulama hikmah, waktu memiliki karakter dan potensi. Waktu yang 24 jam itu terbagi oleh tujuh kekuatan yang disimbolkan oleh bintang  (zodiak). Setiap hari  peredaran bintang itu mengalami perubahan, dengan demikian setiap hari memiliki karakter berbeda dalam setiap jamnya. Karena itu, maka para ahli hikmah harus memindahkan kekuatan khadam yang ada dalam sebuah wafaq harus hati-hati. Itulah sebabnya hal ini disebut wafaq. Jadi, pada dasarnya para ahli itu menggunakan kekuatan supra natural yang ada pada khadam dalam wirid atau do’a, wafaq atau isim untuk tujuan tertentu.

E.            Cara Kerja Miastik-Magis-Hitam

Cara kerja mitik-magis-hitam telah digambarkan atau lain oleh ibn khaldun  membuat gambar calon korbannya. Digambarkannya dalam bentuk yang ia inginkan, ia merencanakan untuk membuat orang tersebut mengadopsi, baik dalam bentuk simbol-simbil atau nama-nama. Lalu ia bacakan mantra bagi gambar yang diletakkannya sebagai ganti orang yang dituju, secara kongkrit dan simbolik. Selama mengulang-ulang kata-kata buruk itu, ia mengumpulkan air ludah din mulutnya lalu menyemburkannya pada gambar itu. lau ia ikatkan buhul pada simbol menurut sasaran yang telah di siapkan tadi. Ia menganggap ikatan buhul itu memiliki kekuatan dan efektif dalam praktik sihir.[8]
Ia meminta jin-jin kafir untuk berpatisipasi agar mantra itu lebih kuat. Gambar korban dan nama-nama buruk itu memiliki roh jahat. Roh itu dari tukang sihir dengan tiupannya (napasnya) dan melekat pada air ludah yang disemburkannya ke luar. Ia memunculkan lebih banyak roh jahat. Akibatnya, segala sesuatu yang dituju tukang sihir tadi benar-benar terjadi.
Kita juga menyaksikan bagaimana orang mempraktikkan sihir. Ada yang menunjuk pada pakaian atau selembar kulit sebagai perantara dan membacakan mantra-mantra. Dan, lihat, sasaran itu putus dan sobek. Dia juga menunjuk pada perut kambing di padang rumput, dan usus kambing itu putus.

BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

            Aksiologi adalah nilai-nilai sebagi tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat, dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan. Sedangkan Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional, ini  pengertian yang umum.  Adapun pengertian mistik dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan ajaran atau 2  keyakinan tentang tuhan yang diperoleh melalui meditasi atau spiritual, bebas dari  ketergantungan pada indera dan rasio.
            Pengetahuan mistik itu amat subjektif, yang paling tahu penggunaannya ialah pemiliknya. Seharusnya kita bertanya kepada salik ( pengamal tasawuf ), para pengamal ahli hikmah, atau kepada dukun mereka gunakan untuk apa pengetahuan itu. secara kasar kita dapat mengetahui bahwa mistik yang biasa digunakan untuk memperkuat keimanan, mistik-magis-putih digunakan untuk kebaikan, sedangkan mistik-magis-hitam digunakan untuk tujuan kejahatan

B.                 Saran

            Semoga makalah yang kami buat dafat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya. Dan dalam pembuatan makalah ini kamimsadar bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan untuk masukan dalam pembuatan makalah selanjutnya.

            Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan referansi dan sara menambah pengetahuan tentang Filsafat Ilmu dititik beratkan pada Aksiologi Mistik.Pesan penyusun,”jaga adap terhadap orang lain terutama orang-orang yang mengerjakan ilmu dan kebaikan kepada kita karena adab itu lebih utama dari pada ilmu.”

                         DAFTAR PUSTAKA       

Ahmad Tafsir. Prof. Dr. 2006. Filsafat ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsifat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/23/pengertian-mistik/,  “Filsafat Pengetahuan Mistik”.
http://rokimgd.wordpress.com/berhasil-menaa/cara-mistik-menyelesaikan


[1]Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsifat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal 5
[2] Ahmad Tafsir. Prof. Dr. 2006. Filsafat ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
[5] Ahmad Tafsir. Prof. Dr. 2006. Filsafat ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
[6] http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/23/pengertian-mistik/,  “Filsafat Pengetahuan Mistik” (online)

[7] http://rokimgd.wordpress.com/berhasil-menaa/cara-mistik-menyelesaikanmasalah.html,

Komentar yang membangun sangat dinantikan

Tidak ada komentar: