BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELEKANG
Dikalangan masyarakat, mistik
dijadikan media untuk menyelesaikan masalah karena didalam mistik itu
sendiri ada muatan-muatan kekuatan (magis) yang ampuh untuk dijadikan
jalan keluar. Kadang kala ketentraman jiwa stidak bisa hanya dicapai dengan
materi saja, karena banyaknya problem yang dihadapi manusia, sehingga
menyebabkan manusia mempunyai Qolbu yang tidak sehat, dengan jalan mistiklah
manusia dapat menemukan ketentraman didalam hidupnya melalui pendekatan kepada
Tuhan. Bagaimanapun mistik tidak lepas dari nilai karena pada
kenyataannya mistik itu sendiri dapat digunakan dengan hal-hal yang menyimpang
dari agama dan norma-norma sosial, untuk mengetahui mistik itu menyimpang
atau tidak kita dapat membedakan mistik dalam magis putih dan hitam.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud aksiologi mistik ?
2.
Kegunaan
Pengetahuan Mistik ?
3.
Cara
Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah ?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk mengetahui pengertian
aksiologi mistik.
2.
Untuk mengetahui apa pengetahuan
mistik
3.
Untuk mengetahui cara pengetahuan mistik menyelesaikan
masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aksioligi Mistik
Aksiologi
adalah cara untuk menerapkan pengetahuan yang didapat. Secara estimologis,
aksologi berasal dari bahasa Yunani “axios”, yang berarti nilai, dan logos yang
berarti teori. Terdapat banyak pendapat tentang pengertian aksiologi
diantarnya:[1]
a.
Jujun
S. Suriasumantri
Aksiologi
adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari ilmu pengetahuan yang di
peroleh.
b.
Kamus
Besar Bahas Indonesia
Aksiologi
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang
nilai-nilai khusunya etika.
c.
Wibisono
Aksiologi
adalah nilai-nilai sebagi tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar
normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Jadi,
aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat, dan manfaat yang sebenarnya
dari pengetahuan.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, mistik mempunyai arti:
a.
Subsistem
yang ada dihampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia
mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan, tasawuf, suluk.
b.
Hal
gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia biasa.
Menurut asal katanya, kata mistik
berasal dari bahasa Yunani mystikos yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia
(geheimzinning), tersembunyi (verborgen), gelap (donker), atau terselubung dalam
kekelaman (in het duister gehuld).
Berdasarkan
arti tersebut mistik sebagai sebuah paham yaitu paham mistik atau mistisisme, merupakan paham yang memberikan
ajaran yang serba mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya
serba rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung
dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali
bagi penganutnya.
Mistik
adalah pengetahuan yang tidak rasional, ini
pengertian yang umum. Adapun pengertian mistik dikaitkan dengan
agama ialah pengetahuan ajaran atau 2 keyakinan
tentang tuhan yang diperoleh melalui meditasi atau spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan rasio.
B. Kegunaan Pengetahuan Mistik
Mustahil pengetahuan
mistik mendapat pengikut yang begitu banyak dan berkembang sedemikian pesat
bila tidak ada gunanya. Uraian tentang kegunaan pengetahuan mistik seharusnya
menyangkut mistik biasa, mistik putih, dan mistik hitam. Kegunaannya mencakup
area yang sangat luas.
Pengetahuan mistik itu
amat subjektif, yang paling tahu penggunaannya ialah pemiliknya. Seharusnya
kita bertanya kepada salik ( pengamal tasawuf ), para pengamal ahli hikmah,
atau kepada dukun mereka gunakan untuk apa pengetahuan itu. secara kasar kita
dapat mengetahui bahwa mistik yang biasa digunakan untuk memperkuat keimanan,
mistik-magis-putih digunakan untuk kebaikan, sedangkan mistik-magis-hitam
digunakan untuk tujuan kejahatan. [2]
Di kalangan sufi (
pengetahuan mistik biasa ) dapat mententramkan jiwa mereka, mereka bahkan
menemukan kenikmatan luar biasa tatkala “ berjumpa “ dengan kekasihnya ( tuhan
). Pengetahuan mereka sering dapat menyelesaikan persoalan yang tidak dapat
diselesaikan oleh sain. Pemegang mistik-magis-putih menggunakan pengetahuannya
untuk kebaikan, seperti untuk pengobatan, mendamaikan suami istri yang sedang
cekcok. Dukun patah tulang – misalnya – dapat mengobati patah tulang secara
mistik ( ini mistik-magis-putih ) sementara dokter ( pemegang sain ) tidak
dapat menyelesaikannya.
Jenis mistik lain
seperti kekebalan, pelet, debus, dan lain-lain diperlukan atau berguna bagi
seseorang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, terlepas dari benar atau
tidak penggunaanya. Kebal –misalnya- dapat digunakan dalam mempertahankan diri,
debus dapat digunakan sebagai pertahanan diri dan juga untuk pertunjukan
hiburan. Jenis ini dapat meningkatkan harga diri. Sementara mistik-magis-hitam,
dikatakn hitam, antara lain karena penggunaannyaa untuk kejahatan.[3]
Kegunaan mistik-mistik
ini semakin tergeser oleh produk modern.
Pelet tergeser oleh “ pelet jepang “ alias uang, kekebalan tergeser oleh senjata berat, sebab tidak ada
orang kebal terhadap rudal. Agaknya pengetahuan mistik akan terseleksi sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan zaman. Mistik yang dapat membawa pada ketenangan
batin akan bertahan dan semakin dicari orang.
Untuk menilai apakah
mistik itu hitam atau putih, kita melihatnya pada segi ontologinya,
epistemologinya, dan aksiologinya. Bila pada ontologi terdapat hal-hal yang
berlawanan dengan nilai kebaikan, maka dari segi ontologi mistik-magis itu kita
sebut hitam. Bila pada cara memperolehnya ( epistemologi ) ada yang berlawanan
dengan nilai kebaikan maka kita akan mengatakan mistik-magis itu hitam. Bila
dalam penggunaannya (aksiologi ) nya untuk kejahatn maka kita menyebutnya
hitam.[4]
C. Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah
Pengetahuan mistik menyelesaikan masalah
tidak melalui proses inderawi dan tidak juga melalui proses rasio. Itu berlaku
untuk mistik putih dan mistik hitam.
Uraian berikut menjelaskan secara
cara pengetahuan mistik menyelesaikan masalah.Hampir seluruh masyarakat
beragama di dunia mengakui adanya kehidupan mistik, termasuk jenis-jenis mistik
yang mengandung kekuatan magis. Jadi, ada dua macam mistik, yaitu mistik yang biasa
dan mistik magis. Istilah “mistik“ menunjukkan pengertian kegiatan spiritual
tanpa penggunaan rasio. Ini berlaku bagi dua macam mistik itu. Sedangkan
“mistik-magis“ adalah kegiatan mistik yang mengandung tujuan-tujuan untuk
memperoleh sesuatu yang diinginkan penggunanya.
[5]
a.
Mistik
biasa
Mistik
biasa adalah mistik yang tidak mengandung kekuatan hanya berupa
pendekatan
kepada Tuhan sebagaimana yang dilakukan
oleh para sufi yang ingin
memperoleh
pengetahuan tentang tuhan harus membersihkan sebanyak mungkin unsur nasut pada
diri manusia dan memperbesar unsur lahut. [6]Unsur nasut ialah unsur
jasmani dan
lahut adalah unsur jasmani. Bila unsur
lahut diperbesar dapat
bekomunikasi
dengan Tuhan secara baik. Istilah ini didalam keilmuan Islam disebut
ilmu tasawwuf,
melalaui studi tasawwuf itulah para sufi dapat membersihkan diri dan
mengamalkannya
secara benar dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengetahuan inilah
para sufi
diharapkan sebagai individu yang dapat mengendalikan dirinya pada saat
berinteraksi
dengan orang, terciptanya akhlak mulia, terhindar dari sifat dengki, iri,
menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi manusia, dekat dengan Tuhan, rasa aman
dan tentram.
Ternyata pengetahuan mistik yang dilakukan oleh para sufi tidak
menyelesaikan
dari aspek vertikal saja, tak terkecuali mencakup aspek horizontal.
b.
Mistik
Magis
Mistik magis adalah mistik yang
mengandung kekuatan tertentu dan biasanya
untuk mencapai
tujuan tertentu. Mistik magis ini dapat dibagi menjadi dua yaitu mistik magis
putih dan mistik magis hitam. Mistik magis putih dalam Islam contohnya ialah
mukjizat, karamah, ilmu hikmah, sedangkan mistik magis hitam contohnya santet
dan sejenisnya yang menginduk ke sihir yang tentunya mengandung unsur-unsur
kekuatan yang supra-rasional, dengan kekuatan tadi manusia mempunyai kesempatan
untuk menjadikan kekuatan mistik magis sebagai solusi menyelesaikan masalahnya,
tapi perlu diingat bahwa manusia dalam menyelesaikan permasalahan manusia
tentunya tidak lepas dari nilai baik dan nilai buruk.[7] Bagi manusia dalam menyelesaikan
masalahnya dengan nilai-nilai positif tentunya akan menggunakan mistik magis
yang sesuai dengan tuntutan syari’at seperti magis putih. Dan bagi manusia yang
mau menyelesaikan masalahnya dengan jalan pintas tanpa memperhatikan nilai-nilai agamis tentunya
akan menggunakan mistik magis hitam sebagai jalan keluar.
Sejak masa primitif
sampai masa modern ini kenyataannya mistik tetap digunakan sekalipun dalam
kondisi tertutup.
Islam, sebagai agama
yang memiliki nilai-nilai universal bagi kehidupan manusia sebenarnya telah
memberi jalan cukup jelas tentang keberadaan mistik yang gaib itu. masyarakat
islam ketika berhadapan dengan tradisi-tradisi lokal seperti yunani, persia,
india, warisan arab kuno ( seperti ibrani , kaldea, suryani ) yang kaya dengan
praktik mistik-magis terdorong dan terilhami untuk memformulasikan kembali
kegiatan ini dalam bentuk-bentuk yang selaras dengan nilai-nilai islam. Dari
sinilah agaknya muncul dan berkembang tradisi mistik-magis dalam islam.
Dari sini muncul lagi
istilah baru dalam dunia mistik-magis dalam dunia islam, yaitu ‘ulum al-hikmah
yangberisi antara lain tahsia-rahasia huruf al-Qur’an yang mengandung kekuatan
magis, rahasia wafaq, rahasia asma ilahiyah, ayat-ayat ilahiyah dan sebagainya.
Tampaknya, pengetahuan
mistik-magis ini selain berkembang sebagai akibat pengaruh dari luar seperti
disebut diatas, juga –paling mendasar- sebagai pengaruh pengetahuan dan
pengalaman spiritual mereka. Dapat dikatakan demikian karena kenyataan
menunjukkan bahwa tokoh-tokoh mistik-magis itu kebanyakan sufi-sufi besar. Ibn
khaldun dan sihristany mengakui bahwa dunia mistik-magis yang menggunakan
kekuatan rohaniah selalu muncul dari orang-orang suci ( maksudnya sufi) yang
selalu mengolah kekuatan spiritualnya. Bagi mereka yang sampai mengalami kasyf,
berbagai kekuatan luar dan kondisi alam pun tuntuk di bawah tekanan
pancarannya. Boleh jadi berbagai potensi dirinya mengembang dan melingkupi
hukum alam sejalan dengan pancaran ilahiyah yang ada dalam dirinya.
Dari berbagai
kontemplasi dan pengolahan spiritual, akhirnya mampu merumuskan berbagai
formulasi kekuatan rohaniah yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an. Dan
setiap pecahan huruf Arab yang terkandung dalam al-Qur’an itu, kata al-syilby,
selalu memuji Allah dalam suatu bahasa tertentu dan memilki magis tertentu bila
dipraktikkan. Kekuatan alam ( aflak ) pun akhirnya tunduk di bawah sinar ilahi
dan dukungan-Nya melalui huruf-huruf dan nama-nama indah-Nya. Melalui kalam
ilahi inilah jiwa-jiwa ilahiyah yang aktif di dunia dapt digunakan oleh manusia
untuk tujuan-tujuan yang dikehendakinya.
Jiwa-jiwa ilahiyah ini
bukan hanya terdapat pada beribu-ribu malaikat-Nya tetapi juga pada roh-roh
yang ada dalam alam ini. Di sinilah hukum alam atau sunnatullah berada pada
kekecualianseperti terjadi pada peristiwa mukjizat para nabi.
Dengan demikian pada
perkembangan selanjutnya dunia mistik-magis islam terbagi menjadi dua kelompok,
pertama, mistik-magis dalam bentuk
wirid-wirid ( termasuk menggunakan ayat atau surat al-Qur’an ), kedua, mistik-magis dalam bentuk
benda-benda yang telah diformulasikan sedemikian rupa yang biasanya berupa
wafaq-wafaq atau isim-isim tertentu. Dalam masyarakat primitif bentuk pertama berupa bacaan mantra dan bentuk kedua fetish.
Pengetahuan mistik
menyelesaikan masalah tidak melalui proses inderawi dan tidak juga melalui
proses rasio. Itu berlaku untuk mistik putih dan mistik hitam.
D. Cara Kerja Mistik-Magis-Putih
Cara kerja mistik-putih
ialah sebagai berikut. Para ahli hikmah dengan metode kasyf telah menemukan
bahwa di dalam agama ada muatan-muatan praktis untuk digunakan dalam
menyelesaikan masalah seperti mengatasi sesuatu kebutuhan. Mereka menyadari
bahwa kekuatan tuhan baik yang ada dalam diri-Nya atau yang ada dalam
firman-Nya dapat digunakan oleh manusia. Kitab-kitab yang pernah diturunkan
pada para rasul memiliki ayat-ayat yang menggambarkan tuhan sangat berkuasa
dalam segala hal. Dengan memanfaatkan janji dan gambaran tuhan seperti itu
ayat-ayat digunakan untuk menggugah tuhan memenuhi janji-Nya. Pada kondisi
seperti itu ayat-ayat al-Qur’an atau kitab langit lainnya seriang digunakan
sebagai perantara menghubungkan manusia dengan tuhan. Bahkan asma-asma tuhan
sering digunakan para ahli bidang ini untuk meminta sesuatu dengan diperbanyak
menyebut asma tuhan yang berhubungan dengan kaya seperti kata ya ghany, ya razzaaq, dan lain-lain.
Pengertian yang dapat
diambil ialah bahwa do’a dan wirid dapat menjembatani manusia dengan
kebutuhannya dan tuhan yang memiliki apa yang dibutuhkan itu. para ahli hikmah
telah mengembangkan teknik-teknik membuat wirid dan do’a untuk keperluan
seperti itu. teknik itu dikembangkan dalam apa yang disebut asrar al-huruf
(rahasia-rahasia huruf) dan asrar al-asma (rahasia-rahasia nama tuhan). Dalam
pandangan mereka huruf-huruf itu memiliki bilangan nilai dan masing-masing
huruf memiliki khadam yang berbeda dan juga kekuatan yang berbeda. Bahkan
karakter huruf-huruf itu pun berbeda satu sama lainnya.
Masing-masing wirid
atau do’a yang sering ditentukan bilangan dalam pembacaannya, biasanya sesuai
dengan kekuatan yang ada di dalam wirid atau do’a itu. jika seseorang dapat
atau sanggup mempraktikkan wirid atau do’a sesuai dengan rumusan maka kekuatan
ilahiyah (khadam atau malaikat) akan dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki. Terlebih jika diikuti oleh jiwa yang bersih, misalnya dengan
berpuasa dan tirakat.
Cara yang kedua ialah
dengan cara memindahkan jiwa-jiwa ilahiyah atau khadam yang ada di dalam
huruf-huruf al-Qur’an atau yang ada di dalam asma-asma Allah. Cara inilah yang
disebut wafaq dan isim. Istilah wafaq
berasal dari kata wafaqa (sesuai atau selaras), artinya jiwa-jiwa
ilahiyah tertarik sesuai dengan karakternya. Jiwa ilahiyah atau khadam harus
masuk dan menepati asma atau huruf yang ditulis pada sesuatu benda, biasanya
kulit ari kijang, kulit harimau, atau pada logam (emas dan tembaga). Benda yang
digunakan untuk wafaq itu harus sesuai dengan kebutuhan makna huruf atau asma
yang digunakan.
Kekuatan manusia harus
pula diperhitungkan agar sesuai dengan kekuatan wafaq atau isim yang akan
digunakan. Untuk menghitung kekuatan seseorang ahli hikmah biasanya menghitung
kekuatan yang ada pada nama seseorang dan nama ibu yang melahirkan.
Wafaq dan isim harus
ditulis dengan menggunakan tinta tertentu, pada kondisi tertentu. Dalam
pandangan ulama hikmah, waktu memiliki karakter dan potensi. Waktu yang 24 jam
itu terbagi oleh tujuh kekuatan yang disimbolkan oleh bintang (zodiak). Setiap hari peredaran bintang itu mengalami perubahan,
dengan demikian setiap hari memiliki karakter berbeda dalam setiap jamnya.
Karena itu, maka para ahli hikmah harus memindahkan kekuatan khadam yang ada
dalam sebuah wafaq harus hati-hati. Itulah sebabnya hal ini disebut wafaq.
Jadi, pada dasarnya para ahli itu menggunakan kekuatan supra natural yang ada
pada khadam dalam wirid atau do’a, wafaq atau isim untuk tujuan tertentu.
E. Cara Kerja Miastik-Magis-Hitam
Cara kerja
mitik-magis-hitam telah digambarkan atau lain oleh ibn khaldun membuat gambar calon korbannya.
Digambarkannya dalam bentuk yang ia inginkan, ia merencanakan untuk membuat
orang tersebut mengadopsi, baik dalam bentuk simbol-simbil atau nama-nama. Lalu
ia bacakan mantra bagi gambar yang diletakkannya sebagai ganti orang yang
dituju, secara kongkrit dan simbolik. Selama mengulang-ulang kata-kata buruk
itu, ia mengumpulkan air ludah din mulutnya lalu menyemburkannya pada gambar
itu. lau ia ikatkan buhul pada simbol menurut sasaran yang telah di siapkan
tadi. Ia menganggap ikatan buhul itu memiliki kekuatan dan efektif dalam
praktik sihir.[8]
Ia meminta jin-jin
kafir untuk berpatisipasi agar mantra itu lebih kuat. Gambar korban dan
nama-nama buruk itu memiliki roh jahat. Roh itu dari tukang sihir dengan
tiupannya (napasnya) dan melekat pada air ludah yang disemburkannya ke luar. Ia
memunculkan lebih banyak roh jahat. Akibatnya, segala sesuatu yang dituju
tukang sihir tadi benar-benar terjadi.
Kita juga menyaksikan
bagaimana orang mempraktikkan sihir. Ada yang menunjuk pada pakaian atau
selembar kulit sebagai perantara dan membacakan mantra-mantra. Dan, lihat,
sasaran itu putus dan sobek. Dia juga menunjuk pada perut kambing di padang
rumput, dan usus kambing itu putus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aksiologi adalah nilai-nilai sebagi
tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan
penggalian, serta penerapan ilmu.Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari
hakikat, dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan. Sedangkan Mistik adalah
pengetahuan yang tidak rasional, ini
pengertian yang umum. Adapun pengertian mistik dikaitkan dengan
agama ialah pengetahuan ajaran atau 2
keyakinan tentang tuhan yang diperoleh melalui meditasi atau spiritual,
bebas dari ketergantungan pada indera
dan rasio.
Pengetahuan mistik itu amat
subjektif, yang paling tahu penggunaannya ialah pemiliknya. Seharusnya kita
bertanya kepada salik ( pengamal tasawuf ), para pengamal ahli hikmah, atau
kepada dukun mereka gunakan untuk apa pengetahuan itu. secara kasar kita dapat
mengetahui bahwa mistik yang biasa digunakan untuk memperkuat keimanan,
mistik-magis-putih digunakan untuk kebaikan, sedangkan mistik-magis-hitam digunakan
untuk tujuan kejahatan
B. Saran
Semoga makalah yang kami buat dafat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya. Dan dalam pembuatan makalah ini kamimsadar bahwa masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Kritik dan saran yang sifatnya membangun kami harapkan untuk masukan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Makalah
ini dapat
digunakan sebagai bahan referansi
dan sara menambah pengetahuan tentang Filsafat Ilmu dititik beratkan pada
Aksiologi Mistik.Pesan penyusun,”jaga adap terhadap orang lain terutama
orang-orang yang mengerjakan ilmu dan kebaikan kepada kita karena adab itu
lebih utama dari pada ilmu.”
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. Prof.
Dr. 2006. Filsafat ilmu. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Bakhtiar, Amsal.
2010. Filsifat Ilmu. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/23/pengertian-mistik/, “Filsafat Pengetahuan Mistik”.
http://rokimgd.wordpress.com/berhasil-menaa/cara-mistik-menyelesaikan
[1]Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsifat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Hal 5
[2] Ahmad Tafsir. Prof. Dr. 2006. Filsafat ilmu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
[5] Ahmad Tafsir. Prof. Dr. 2006. Filsafat ilmu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
[6]
http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/23/pengertian-mistik/, “Filsafat Pengetahuan Mistik” (online)
[7]
http://rokimgd.wordpress.com/berhasil-menaa/cara-mistik-menyelesaikanmasalah.html,
Komentar yang membangun sangat dinantikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar