BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBERADAAN ONTOLOGI
Ontologi adalah penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang
mempermasalahkan akar-akar (akar yang
paling mendasar tentang apa yang di sebut ilmu pengetahuan itu). Jadi dalam
ontologi yang di permasalahkan adalah akar-akarnya hingga sampai menjadi ilmu.[1]
Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan
yang paling kuno. Awal mula alam pikiraan yunani telah menunjukkan munculnya perenungan
di bidang ontaologi. Yang tertua di antara segenap filsafat yunani yang di
kenal adalah Thales. Atas perenungan terhadap air merupakan asal mula ari
segala sesuatu.[2]
Kata antologi berasal dari perkataan yunani: On = being, dan Logos = logic. Jadi Ontologi adalah The
theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Louis O. Kattsoff dalam Elements of filosophy mengatakan,
ontologi itu mencari ultimate reality dan menceritakan bahwa di antara contoh
pemikiran ontologi adalah pemikiran Thales, yang berpendapat bahwa airlah yang
menjadi ultimate subtance yang mengeluarkan semua benda. Jadi asal semua benda
hanya satu saja yaitu air.[3]
Noeng muhadjir dalam bukunya filsafat ilmu mengatakan , ontologi membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi
membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta
universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan,
atau dalam rumusan Lorens bagus, menjelaskan yang ada yang meliputi semua
realitas dalam semua bentuknya. Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam
pengantar ilmu dalam perspektif mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkatan lain, suatu
pengkajian mengenai teori tentang ada.
Sementara itu, A. Dardiri dalam bukunya Humaniora,
filsafat, dan logika mengatakan, ontologi adalah menyelidiki sifat dasar
dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda di mana entitas
dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-0bjek fisis, hal
universal, abstraksi) dapat dikatakan ada: dalam kerangka tradisional ontologi
di anggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, dipandang
sebagai teori mengenai apa yang ada.
Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika filsafat mengatakan, ontologi
mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyatan. Karena itu ia di sebut
ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan. Dalam agama ontologi
pemikiran tentang tuhan.
Amsal bakhtiar dalam bukunya Filsafat Agama I mengatakan, ontologi berasal
dari kata Ontos = sesuatu yang
terwujud, ontologi adaah teori/ilmu tentang wujud, tentang hakikat yang ada.
Ontologi tidak banyak berdasar pada alam nyata, tetapi berdasarkan pada logika
semata-mata.
beberapa pengetahuan di atas dapat di
simpulkan bahwa;
1. Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa yunani yaitu, On/Ontos =ada, dan Logos = ilmu. Jadi,
ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
2. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada, yang merupakan ultimate reality
baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Trem ontologi pertama kali di perkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun
1636 M. Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis.
Dalam perkembangan Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi
dua, yaitu metafisika dan metafisika khusus. Metafisika umum di maksudkan
sebagai istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum atau
ontologi adaah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau
paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih
dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi.
Kosmologi adalah cabang filsafat
yang secara khusus membicarakan tentang alam semesta, Psikologi adalah cabang
filsafat yang secara khusus membicarakan tentang jiwa manusia. Teologi adalah
cabang filsafat yang secara khusus membicarakan Tuhan.
B.
PAMAHAMAN
ONTOLOGI
1.
Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyatan itu
hanyalah satu saja sebagai sumber yang
asal, baik yang asal berupa materi ataupun rohani. Tidak mungkin ada hakikat
masing-masing bebas dan berdiri. Harusah salah satunya merupakan sumber yang
pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Istilah monisme oleh Thomas Davidson di sebut dengan
Block Universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran:
a. Materialisme
Aliran ini mengangap bahwa sumber yang asal
itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan
naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyatan dan satu-satunya
fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh tindaklah merupakan
suatu kenyatan yang berdiri sendiri. Jiwa atau ruh itu hanyalah merupakan
akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu.
Kalau dikatakan bahwa materialisme sering di
sebut naturalisme, sebenarnya ada sedikit perbedaan di antara dua paham itu.
Namun begitu materialisme dapat dianggap suatu penampakan dari naturalisme.
Naturalisme berpendapat bahwa alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam
tidak ada. Yang di maksud alam di sini ialah segala-galanya, meliputi benda dan
ruh. Jadi benda dan ruh sama nilainya dianggap sebagai alam yang satu.
Sebaliknya, materialisme menganggap ruh adalah kejadian dari benda. Jadi tidak
sama nilai benda dan ruh seperti dalam naturalisme.
Dari segi di mensiya, paham ini sering
dikaitkan dengan teori atomisme. Menurut teori ii semua materi tersusun dari
sejumlah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap, tak dapat
dirusakkan. Bagian-bagian yang terkecil dari unsur itulah yang di namakan
atom-atom. Atom dari unsur sama rupanya sama pula, dan sebaliknya. Namun
perbedaan hanya mengenai berat dan besarnya. Mereka bisa bersatu menjadi
molekul yang terkecil dari atom-atom itu. Selanjutnya atom-atom dengan
kesatuannya molekul-molekul itu bergerak terus menuruti undang-undang tertentu.
Jadi materialisme menggap bahwa kenyatan ini merupakan suatu mekanis seperti
suatu mesin yang besar.
Dalam perkembangannya, sebagai aliran yang
paling tua, paham ini timbul dan tenggelam seiring roda kehidupan manusia yang
selalu di warnai dengan filsafat dan agama. Alasan mengapa aliran ini
berkembang sehingga memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah:
-
Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang
kelihatan yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran
sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang yang abstrak.
-
Penemuan-penemuan menunjukkan berapa
bergantungannya jiwa pada badan. Oleh sebab itu, peristiwa jiwa selalu dilihat
sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dalam peristiwa ini.
-
Dalam sejarahnya manusia memang bergantung
pada benda seperti pada padi. Dewi sri dan tuhan dari situ. Kesemuanya ini
memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah benda.
b. Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran
idealisme yang di namakan juga dengan spiritualisme. Idealisme berarti serba
cita, sedang spiritualisme berati serba ruh.
Idealisme diambil dari kata “Idea” , yaitu
sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan
yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya,
yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu
hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani.
Alasan aliran ini yang menyatakan bahwa
hakikat benda adalah ruhani, spirit atau sebangsanya adalah:
-
Nilai ruh lebih tinggi dari pada badan, lebih
tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Ruh itu dianggap sebagai
hakikat yang sebenarnya. Sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau
perjelmaan saja.
-
Manusia lebih dapat memahami dirinya dari pada
dunia luar dirinya.
-
Materi ialah kumpulan energi yang menempati
ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu saja.
Mareka bagi penganut idealisme sebenarnya tidak ada. Segala kenyataan ini
termasuk kenyataan manusia adalah sebagai ruh. Ruh itu tidak hanya menguasai
manusia perorang, tetapi juga kebudayaan. Jadi kebudayan adalah perwujudan dari
alam cita-cita dan cita-cita itu adalah ruhani. Karenanya aliran ini dapat
disebut idealisme dan dapat disebut spiritualisme.
2.
Dualisme
Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monisme) baik materi ataupun
ruhani, ada juga pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran
ini di sebut dualisme. Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua
macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani
materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul
dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua macam
hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi.
Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling
jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.
Umunya manusia tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip
dualisme ini, karena setiap kenyatan lahir dapat segera di tangkap oleh
pancaindera kita, sedang kenyataan batin dapat segera diakui adanya oleh akal
dan perasaan hidup.
3.
Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam
bentuk merupakan kenyatan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui
bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion di
katakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari
banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa
yunani kuno adalah anaxagoros dan empedocles yang menyatakan bahwa substansi
yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan
udara.
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
Ontologi adalah penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang
mempermasalahkan akar-akar (akar yang
paling mendasar tentang apa yang di sebut ilmu pengetahuan itu). Jadi dalam
ontologi yang di permasalahkan adalah akar-akarnya hingga sampai menjadi ilmu.
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyatan itu
hanyalah satu saja sebagai sumber yang
asal, baik yang asal berupa materi ataupun rohani.
Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari
bahasa yunani yaitu, On/Ontos =ada,
dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada, yang merupakan ultimate reality
baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada.
Sebuah doktrin tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah
nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fathers and childern yang di tulisnya pada tahun 1862 di rusia.
Dalam novel itu Bazarov sebagai tokoh sentral mengatakan lemahnya kutukan
ketika ia menerima ide nihilisme.
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda.
Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Timbulnya aliran ini di karenakan
belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya
kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini dengan tegas
selalu menyangkal adanya suatu kenyatan mutlak yang bersifat trancendent.
Jadi agnostisme adalah paham pengingkatan atau penyangkalan terhadap
kemampuan manusia mengetahui hakikat benda baik materi maupun ruhani. Aliran
ini mirip dengan skeptisisme yang berpendapat bahwa manusia diragukan
kemampuannya mengetahui hakikat. Namun tampaknya agnostisisme lebih dari itu
karena menyerah sama sekali.
Daftar Pustaka
Prof. Dr. Asmal Bakhtiar, M.A.
Filsafat Ilmu, PT Raja grafindo Persada, Jakarta : 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar